Eɪɢʜᴛʜ

867 76 15
                                    

"Sepertinya aku akan muntah," Jungkook melontarkan kata-kata itu selagi isi perutnya bergejolak dan terombang-ambing di setiap putaran laju mobil.

Di sisinya, terdengar gemerisik lembut kulit yang bergesekan dengan fabrik halus. "Jangan muntah di limusinku, tolong, terima kasih." Ujar Namjoon dengan tenang, menghadap ke jendela yang menampilkan senja yang perlahan menghilang.

Khususnya malam ini, bintik-bintik emas di lautan ungu yang halus bersinar lebih dari biasanya.

Beralih ke anak laki-laki yang jauh lebih tenang daripada dirinya di malam keagungan ini, Jungkook merengek, "Sanhee-ie, tolong aku, aku sangat gugup... aku merasa seperti akan pingsan."

"Pingsan!?" Sanhee mengulangi kata-katanya dengan heran, matanya tidak bergerak dari buku kecil di pangkuannya; itu adalah buku dongeng.

Pagi ini, sebelum berangkat Taehyung telah mengemas berbagai macam buku di dalam tas hitam kecil Sanhee yang cocok dengan setelan krem miliknya, meninggalkan bocah itu dengan serangkaian narasi imajinatif bahwa malam ini adalah malam dongeng besar dan ajaib.

Taehyung pasti berusaha keras untuk menjauhkan rasa cemas Sanhee, agak cerdas juga—sebab buku-buku itu bekerja dengan cukup baik. Anak itu santai seperti buah persik, agak bersemangat juga, membuat Jungkook merengek dan cemberut untuk memperbaiki sarafnya yang tegang.

"Ada apa, appa? Apakah Kook appa takut!? Apa kau mau buku sihirku!?" Sanhee bertanya lagi, sekarang fokusnya beralih ke pemuda yang nampak sudah terkuras energinya bahkan sebelum acara dimulai.

"Mmn'," Jungkook hanya bisa menyenandungkan respons, membelai pucuk kepala bocah dipangkuannya untuk mencari ketenangan, tetapi tidak berhasil. Kegugupan masih mendominasi seperti jari-jarinya yang terus-menerus gelisah di sepanjang sisi setelan barunya.

"Oh, Tuhan—aku akan—" Dan gumamannya yang malang kini membentuk serangkaian erangan menyedihkan.

"Relax bro, breathe!" Suara nyaring Namjoon memenuhi telinga Jungkook dengan perlawanan, tubuhnya merasa sangat sulit untuk fokus pada apa pun kecuali kehangatan menenangkan dari aroma samar milik Sanhee.

"Hanya pintu masuknya saja yang menakutkan, setelah itu, acara ini seperti jalan-jalan di taman! Plus kau akan mendapatkan makanan gratis! Makanan gratis, Jeon!" tegasnya lagi.

Memikirkan makanan ketika Jungkook hampir mengosongkan semua isi perutnya itu agak... tidak menyenangkan.

"Oke, pikirkan Taehyung untuk mengalihkan perhatianmu sampai saat itu, atau tunggu! Ini lebih baik, pikirkan belalang sembah! Aku selalu memikirkan mereka untuk mengalihkan perhatianku. Seperti... apakah kau tahu belalang sembah betina memakan kepala si jantan setelah kawin!? Kadang-kadang bahkan selama berhubungan intim!"

Pada racauan Namjoon yang tiba-tiba itu... Jungkook menolehkan kepalanya ke pria yang lebih tua dengan berbisik-agak berteriak, "Ada apa denganmu, hyung!? Ada anak kecil di sini!"

"Dan jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi kepada siapa pun—"

"Hubungan intim itu apa?!" Sanhee mencoba mengulangi kata terkutuk itu. Entah bagaimana, itu terdengar lebih manis dengan aksen cadelnya.

"Oke, bagus!" Jungkook tersedak oleh tawa canggungnya, menyembunyikan ketakutannya yang penuh air mata dari bocah tidak tahu apa-apa yang terus menyanyikan kata itu dengan putus asa, terlalu tenggelam dalam bukunya untuk peduli pada Jungkook yang hampir sekarat karena histeria.

Jungkook terdiam, lalu berbisik pelan. "Taehyung akan membunuhmu, hyung."

For good.

Namun, seketika energi di dalam mobil berubah menjadi kegembiraan saat cekikikan Sanhee bergetar di sekelilingnya, sedikit mencairkan ketegangan Jungkook.

Erstwhile. ✧ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang