Berputar—waktu yang terkadang terasa berlari atau merangkak lebih lambat namun yang pasti dia takkan berhenti berjalan. Membungkus momen menjadi kenangan dan menorehkan tinta basah pada setiap halaman baru.
Sudah beranjak dua bulan, kisah mereka terus menggabungkan serpihan menjadi sesuatu yang utuh. Sehingga pertemuan mereka seperti sudah terjadwal—rutin layaknya aktivitas yang penuh warna.
"Aku rasa itu sedikit gosong," Jungkook berkomentar ringan. Seketika Taehyung bergeming seperti membeku saat dirinya tengah menambahkan bulgogi ke dalam mangkuk nasi Sanhee.
"M-maaf," Taehyung bergumam kecil. Lalu mengambil sumpitnya sendiri. "Aku hanya melihat resep di internet dan berpikir untuk mencobanya..." Dia memang sudah terbiasa memasak, namun jika topiknya soal rasa—Taehyung hanya bisa bergumam malu-malu. Kurang percaya diri.
Duduk di satu meja bundar, ketiganya kini tengah makan malam bersama dengan hidangan daging—yang sedikit gosong terbakar—dan beberapa sayuran basah. Sejujurnya, sebagai seorang Kim Taehyung, dia hanya bisa memasak nasi dan ramyun secara benar tanpa cacat.
Dari tempatnya duduk, Jungkook tertawa. "Jangan khawatir, hyung. Jika kau mau, aku bisa membantu untuk membuat daging yang lebih utuh." Ujarnya memberi saran yang sungguh menyinggung dinding batas kesabaran Kim Taehyung. Plus, ia tersenyum—tepatnya 'sih, menyeringai jahil.
"Yaaa, terserah!" Balasan Taehyung terdengar panjang.
Terus terang saja, bahkan setelah dua bulan hingga sekarang Taehyung tidak tahu apa arti dari semua ini. Ketika Jungkook bekerja di jadwal sibuknya; Taehyung akan mengantarkan Sanhee ke sekolah, Jungkook makan siang di tempatnya bekerja, dan saat Taehyung pergi bekerja; Jungkook datang setiap hari Jumat dan akhir pekan, Taehyung menjemput Sanhee dan mengurusnya di rumah bersama Jungkook.
Itu semua layaknya rutinitas biasa, namun dengan kehidupan masing-masing—they're not together. Tanpa hubungan spesial, jadi apa arti dari semua ini?
Terkadang Taehyung ingin mengungkapkan banyaknya pertanyaan yang tersangkut di tenggorokannya, namun di satu sisi dia juga ingin menelan semua pertanyaan tersebut demi—yah apapun itu, yang menyangkut hubungan baiknya dengan Jungkook.
Tanpa sadar di atas piring hanya tersisa satu potong daging. Mengerutkan kening, sepasang sumpit Taehyung langsung menusuk daging itu—namun suara dentingan sumpit logam yang bertabrakan itu berhasil mengecoh keadaan.
Ternyata ada sepasang sumpit lain yang bergerak cepat bersamaan dengannya. Saat Taehyung melihat sekilas, di sana ada Jungkook yang tersenyum miring padanya.
"Serius, hyung? Kau harus mengalah kepada yang lebih muda." Jungkook mengejek.
"Oh, aku ingat kau mengatakan ini gosong 'kan?" Taehyung tak ingin kalah.
Mereka terus mengolok-olok satu sama lain. "Ya, tapi ini makanan. Makan atau tinggalkan."
"Aku tidak akan memberikannya, aku—"
"Ayolah, sayang, berkompromi denganku kali ini, hyung." Taehyung menatap si wira yang lebih muda, tapi lagi-lagi jantungnya justru yang tidak bisa diajak bekerja sama.
Sebelum dia melayangkan respons yang lebih tajam, Sanhee merengek dari kursinya. "Aku mauuuu!"
Keduanya yang tertangkap basah tengah saling berpandangan satu sama lain kini memutuskan kegiatan tersebut setelah Sanhee merengek ingin mendapatkan potongan daging terakhir juga.
"Aku sudah mengatakannya beberapa kali, Sanhee-ie. Apa kata manisnya?"
Sepasang mata indahnya membingkai wajah bocah itu dengan innocent lalu berujar, "Aku ingin dagingnya, tolong?"
"Baiklah, sayang. Kau mendapatkannya~" Taehyung mengambil daging yang menjadi rebutan itu lalu menaruhnya di mangkuk Sanhee. Jungkook melihat itu dan terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.
"Anak itu seorang pemikat. Pemikat yang lucu," Jungkook tersenyum pada dirinya sendiri. Taehyung yang mendengar itu lantas mengalihkan fokus pada ekspresi si pemuda. Jungkook juga balas menatap, dan terjadi lagi—pandangan mereka yang terkunci satu sama lain. Mata mereka berbicara tanpa suara.
'Kau berharap Sanhee adalah anakmu.'
'Ah, jika saja aku mempunyai yang seperti Sanhee.'
'Sayang sekali, tapi dia anakku.'
'Jadi kita tidak bisa berbagi?'
Taehyung terkejut, pundaknya terlihat tegang. Sebelum Taehyung ingin membalas 'Apa maksudnya ini? Apa yang terjadi diantara kau dan aku?' namun Jungkook sudah bangkit dari kursi makannya, menimbulkan bunyi gesekan dari keramik lantai.
Jungkook berkata, "Aku akan mencuci piringnya. Kau harus membawa Sanhee ke kamarnya, hyung." setelah melihat Sanhee yang terantuk mangkuknya sendiri—menahan rasa kantuk yang datang lebih awal.
Usai mengatakan hal tersebut Jungkook beranjak meninggalkan meja makan, sementara Taehyung membersihkan sisa makanan di sekitar mulut Sanhee sebelum menggendongnya ke kamar.
Yang jelas, Kim Taehyung seperti digantung, dan dilanda kebingungan total.
✧ ✧ ; end for second piece.
Selamat Tahun Baru 2019 untuk semuanya!! Semoga di awal tahun ini banyak mendapatkan good things untuk kita semua. ♡ Sebenernya gemes mau ngetik bagian lanjutan Dissemble, tapi belum selesai juga karena alur ceritanya agak berat sih. T.T
Ditunggu aja ya, hehe. Enjoy!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Erstwhile. ✧
FanfictionKetika Jungkook hendak pergi, ia merasakan sebuah tarikan kecil pada bajunya. Lantas ia berbalik dan menoleh, melihat sepasang mata antusias yang menunggu respons. "Bisakah kau menjadi Appa-ku juga?" Tanya si kecil. ─────────────────── 𝗕𝗧𝗦・KookV...