(2)

0 0 0
                                    


Kang Mina itu namaku, seorang anak dari keluarga kurang mampu namun karena selalu menjadi juara umum dari SMP sampai SMA, nilai-nilai yang bagus jadinya,ku mendapat beasiswa full di sebuah universitas ternama di Busan.

Dari kecil ku sudah suka akan dunia kedokteran jadinya,jurusan kuliah kali ini mengambil jurusan kedokteran yang kebetulan ada di kampus, untuk itu ku memperdalam ilmu tentang itu.

Semenjak Ayah mengalami kecelakaan yang membuat kakinya mengalami kelumpuhan,sebenarnya kata Dokter kaki nya bisa kembali normal dengan rutin terapi tapi keadaan keungan kami yang terbilang hanya cukup untuk makan dan keperluan lain itu membuat harus menunda itu.

Kini hanya Ibu yang harus menggantikan untuk mencari uang demi memenuhi kebutuhan, tidak tega rasanya harus melihatnya bekerja di beberapa tempat di usia yang sudah tidak muda lagi itu ingin rasanya ku membantunya dengan kerja paruh waktu tapi,dia meminta untuk fokus saja kuliah tanpa perlu mengkhawatirkannya yang harus bekerja keras demi keluarganya.

Sudah hampir setahun kesehatan Ayah mengalami penurunan,upah dari kerja Ibu hanya cukup untuk makan dan kebutuhan yang lain saja sementara itu, Ayah perlu berobat jalan untuk bisa sembuh namun uang hasil kerjanya tidak cukup jadinya, ku harus kerja paruh waktu supaya bisa membantu biaya pengobatan nya tanpa sepengetahuan Ibu.

Terimakasih Tuhan karena sudah  mempermudah jalan untuk membantu orang tuaku,meskipun harus kerja di beberapa tempat tidak melunturkan semangat ku meskipun harus membagi waktu antara kuliah dan kerja.

Sedikit demi sedikit uang terkumpul, ku harus kerja lebih keras lagi supaya bisa mendapatkan uang lebih banyak lagi mungkin,ku harus menambah satu kerja paruh waktu lagi.

Lelah itu pasti, tapi mengingat perjuangan mereka yang telah membesarkan anaknya sampai seperti ini membuatku harus tetap semangat karena tanpa adanya mereka rasanya begitu hampa jadinya, ku tidak akan menyerah meskipun lelah.

Karena kesehatan Ayah semakin memburuk membuat Ibu harus ekstra menjaganya jadinya, hanya bisa kerja di satu tempat saja dimana hasil upah lebih kecil dari sebelumnya.

Jam kuliah selesai lebih cepat jadinya ku pulang terlebih dahulu untuk mengecek keadaannya yang di tinggal Ibu pergi bekerja,betapa terkejutnya saat melihat terbaring di lantai dalam keadaan yang sudah tidak sadarkan diri itu,tanpa perlu banyak waktu berpikir segera ku bawa ke Rumah Sakit.

Dokter belum keluar dari UGD padahal sudah beberapa menit berlalu ini membuatku tidak tenang, semoga keadaan nya tidak parah.

Ibu datang lebih cepat dari dugaanku dan langsung mempertanyakan bagaimana keadaannya dengan mata berkaca-kaca sembari matanya ingin melihat di balik pintu UGD namun tidak dilakukannya.

Dokter akhirnya keluar juga ternyata harus menjalani tes dan harus di rawat sampai tahu kondisinya,mata Ibu langsung terlihat bingung sepertinya, memikirkan soal biaya rawat dan biaya tes nya.

"Eomma tenang saja, biar aku yang bayar biaya rumah sakitnya Appa"

"Memangnya kamu punya uang buat bayarnya?"

"Punya,tanpa sepengetahuan Eomma ku kerja paruh waktu di beberapa tempat untuk bantu biaya pengobatan Appa"

"Mina,maafkan kami yang tidak bisa menjalani hidup seperti anak seumuranmu andai saja, kami termasuk orang berada kamu tidak perlu kerja keras seperti ini, nak"

"Eomma tidak boleh bilang begitu,ku bahagia kok jadi anak kalian"

"Mina,maafkan kami"

"Eomma tunggu di sini,ku mau bayar administrasi dulu"

Jujur saja perkataan Ibu tadi membuatku sedikit sedih, kenapa dia bisa mengatakan hal itu padahal ku tidak merasa terbebani lahir menjadi anak mereka meskipun kehidupan kami kurang sekali tapi bahagia karena memiliki orang tua yang begitu selalu mendukung penuh keinginanku itu.

Hasil tes sudah di ketahui namun tetap harus di rawat sampai keadannya membaik.

Ibu selalu bilang padaku untuk pulang saja karena jika di rawat di Rumah Sakit terus takutnya tidak mampu membayar sampai keadaannya membaik, seperti nya sarannya kali ini benar karena ku sudah tidak ada uang untuk biaya kamar selanjutnya jika pinjam pun tidak tahu pada siapa.

Setelah tahu keadaannya secara bergantian kami menjaganya meskipun sebenarnya Ibu lah yang paling banyak menjaganya.

Bagai pohon yang kuat jika di terpa angin terus menerus akan membuatnya jatuh juga,itu yang bisa dikatakan tentang keadaan ku saat ini yang akhirnya tumbang juga karena terlalu lelah harus bekerja siang sampai  malam ditambah mengerjakan tugas kuliah yang menyebabkan waktu istirahat jadi sedikit kadang tidak tidur saat tugas kampus begitu banyak, semoga saja sakitku ini tidak lama supaya bisa kembali bekerja seperti biasa.

Sudah 3 hari namun sakitku masih terasa saja semoga besok bisa membaik tapi tidak, butuh waktu 5 hari untuk sehat kembali namun kali ini ku harus menerima, jika harus di pecat dari salah satu kerja paruh waktu harus segera cari satu lagi supaya pemasukannya tetap seperti biasanya.

Kali ini ku temukan pekerjaan yang upahnya lumayan besar yaitu di kedai  Jjajamyeon yang begitu laris,selama bekerja di sana ku begitu senang karena pemilik nya begitu baik di tambah anak perempuan nya begitu baik dan ternyata anak keduanya adalah seniorku di kampus dan jurusan.

Kang Soo Hyuk itu namanya, sosok yang begitu tampan, pintar, populer di kalangan mahasiswi itu membuatku terkesan dengannya,setelah tahu kami memiliki kesukaan yang sama kadang membantu Ibunya di kedai membuat kami jadi dekat bahkan seiring berjalannya waktu malah membuatku nyaman setiap bersamanya bahkan Ibu dan kakaknya sudah menganggapku seperti keluarga mereka sendiri.

Setelah rutin menjalani pengobatan jalan kondisinya perlahan membaik, ku berharap suatu saat nanti keadaannya kembali membaik.

Kedatangan tamu kali ini tidak ku sangka pasalnya,tamu yang datang adalah keluarga Kang Soo Hyuk yang ingin melihat keadaan Ayah,atas keinginan mereka meminta kami untuk keluar karena ada hal yang ingin di bicarakan.

Suara semilir angin terdengar sayup-sayup, sedari tadi mata kami hanya tertuju pada bintang yang bersinar di atas langit,tangannya tiba-tiba menyentuh tanganku sontak langsung dilepas namun tatapan matanya hanya fokus menatapku ada apa sebenarnya ini?

"Mina, bolehkah ku anggap kamu sebagai Yeodongsaengku? "

"Tapi..."

"Rasanya ku ingin melindungimu, mengertikan maksudku?"

"Mau di kedai / kampus kamu harus panggil ku Oppa ya"

"Tapi... "

"Tolong lakukan itu Yeodongsaeng"

"Baik kalau begitu Oppa"

"Panggil ku juga dengan Eonni, Mina" suara dari belakang

"Panggil ku juga dengan Eomma, Mina" Suara dari belakang
"Sekarang kamu adalah anakku"

"Maksudnya?"

"Kamu putri angkatku sekarang, Eomma-Appa mu sudah setuju"

"Ku harus dengar langsung dari mereka"

"Tenang saja Mina,meskipun kamu putri angkatku tapi masih tinggal dengan orang tuamu di sini"

Sungguh, ku masih belum percaya dengan apa yang di katakan mereka mengenai ini,kenapa orang tuaku setuju akan hal ini apa,mereka sudah tidak ingin melihatku menderita makannya menyetujuinya?



                            * * * *

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang