𝟎𝟕.ɢɪʀʟ ᴡɪᴛʜ ᴅʀᴇꜱꜱᴇꜱ

643 89 12
                                    

"bilang padanya aku tidak akan sudi datang ke pesta itu"

Pria Kim bersikeras, menolak mentah-mentah bujukan Jimin untuk datang ke acara pesta yang diadakan ayahnya sendiri. Sudah sejak lama, sengaja memutuskan hubungan dengan sang ayah, Taehyung makin merasa diseret kembali untuk lebih dekat, dengan berbagai alasan. Taehyung sudah banyak menjaga jarak pada ayahnya sejak remaja, juga sangat berhati-hati, karena ia tau ayahnya pemilik busuk hati, sangat pandai memasang wajah munafik demi memperbagus citranya dihadapan publik.

Air wajah Taehyung dingin, sedingin malam yang mencekam kulit. Baru saja selesai melepas jas hitam dan tiga buah kancing kemeja putihnya sebelum mendudukkan diri pada kursi kerjanya. Mulai membuka beberapa berkas di atas meja dan menghiraukan presensi Jimin yang terlihat mulai kacau. Pria Hwang setengah frustasi, sebab dirinya juga terus mendapat tekanan dari ayah Taehyung, untuk bisa memaksa anak durhakanya itu datang ke pesta dengan cara apapun. Dan sekarang, Jimin rasa dirinya sudah kehabisan cara, jika Taehyung berkata tidak maka tidak akan ia lakukan sama sekali. Jimin sudah sangat mengenal watak pria itu.

Pesta itu seolah krusial sekali, hingga ayah Taehyung sangat membutuhkan kehadiran putra tunggalnya. Padahal sudah lama sekali Taehyung memutuskan untuk menjadi asing dengan ayah kandungnya sendiri. Jimin jelas tau semua penyebab dan alasannya, dan ia tentu sangat mengerti, sudah hidup selama bertahun-tahun sebagai bagian dari keseharian Taehyung dan keluarganya, Jimin sudah banyak mengerti seluk-beluk mereka yang lebih rumit dari pada benang kusut.

Mengalihkan pandangannya pada layar ponsel yang menampilkan sebuah pesan singkat, mata Jimin sedikit membelalak, ayah Taehyung seakan tau kesulitan yang sedang ia hadapi dan gagal membujuk putranya datang ke pesta besar yang diminta. Jimin lantas melangkah, mendekati meja Taehyung, kemudian sedikit membungkukkan punggungnya dan berkata dengan suara rendah.

"ayahmu bilang, kalau kau tetap tidak mau datang. Maka dia akan menjemput nenekmu"

Sejenak ditengah kebencian bersambut emosi yang mulai memuncak, tangan Taehyung mulai mengepal kuat, buku-buku jarinya ikut memutih pertanda bahwa kalimat barusan berhasil membuatnya mendidih. Ia menggebrak meja dengan nyaris seluruh tenaga, yang langsung membuat Jimin ikut tersentak di sampingnya, auranya gelap dan pekat, tatapannya yang tajam siap menikam.

Itu adalah kalimat paling sensitif untuk Taehyung, Jimin tau, tapi ia terpaksa mengatakannya. Lantas ia memilih mundur beberapa langkah dari meja Taehyung, takut-takut akan jadi samsak dari amarah tuannya. Jimin wajari saja, jika Taehyung bisa berubah semarah itu jika menyangkut soal neneknya, satu-satunya wanita paling berharga di hidupnya yang selalu ia lindungi bagaimanapun caranya.

Taehyung memejamkan matanya sejenak, ia tidak pandai menetralisir amarah, sangat butuh sebuah pelampiasan. Beberapa kali sudah sengaja ia biarkan, sang ayah mengusik kehidupannya, dengan alasan tidak masuk akal yang sifatnya memaksa, tapi kali ini sudah keterlaluan, berani untuk menggunakan neneknya sebagai ancaman adalah sesuatu yang tidak bisa ia biarkan. Taehyung harus menyelesaikannya dengan cara memuaskan.

"siapkan mobil untukku dan bawa aku menemui Joy sekarang!"

Suaranya yang dingin penuh penekanan, langsung saja membuat Jimin patuh dan buru-buru keluar ruangan untuk mengerjakan apa yang diminta sang tuan.

🪴🪴🪴

Akhir pekan kali ini Joy diperbolehkan pulang sedikit lebih cepat, tidak ada keharusan untuk menemani Taehyung makan malam atau melakukan hal yang ia mau seperti biasanya. Pria itu sedang berbaik hati agaknya, mengizinkan Joy untuk pulang lebih awal dan menyuruhnya untuk istirahat demi mempersiapkan rapat yang padat di keesokan harinya. Entah, tiba-tiba baik sekali.

Joy tentu tidak akan membuang masa berharga itu, memilih untuk keluar dan menikmati angin malam setelah memastikan adiknya tertidur pulas. Hiruk-pikuk malam yang identik dengan lampu-lampu unik yang menghiasi pepohonon pingir jalan adalah favoritnya, juga angin malam yang semilirnya mampu menembus serat pakaian yang Joy kenakan. Sudah lama sekali semenjak bekerja dengan Taehyung ia tidak punya waktu untuk jalan-jalan seorang diri di trotoar. Dulunya, setiap pulang kerja dari toko, ia pasti melewati deretan pepohonan itu.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang