𝟎𝟐.ᴋᴇɴᴄᴀɴ ʙᴜᴛᴀ

752 111 3
                                    

Belakangan ini Joy tidak banyak mendapatkan pekerjaan di akhir pekan. Biasanya dia memang suka mengisi akhir pekannya dengan mencari kerja sampingan, entah itu di sebuah pesta atau disebuah acara yang sebentar, menjadi pembantu atau pelayan bukanlah hal yang buruk, justru dari acara-acara besar seperti itu ia bisa lebih banyak meraup bonus dari kantong orang-orang borjuis.

Jenuh sekali rasanya, jika sudah terbiasa mengisi akhir pekan dengan bekerja dan diberi kesempatan menganggur malah merasa ada yang kurang, membosankan. Joylin tidak terbiasa duduk bersantai di rumah, kendati ia bisa melakukan banyak hal dirumah bersama Sunghoon, ia lebih suka sibuk dengan banyak hal di luar rumah, kemudian pulang larut malam dengan penat dan uang. Itu lebih memuaskan.

"Biar ku tebak, pasti kau menganggur kan?"

Ahn Yuri menepuk pundak karibnya, kemudian meletakkan sekotak susu strawberry dihadapan Joy. Wanita itu tengah melamun, menjadikan kedua tangannya sebagai tumpu dagu dengan pandangan kosong seperti tidak ada semangat untuk hidup. Lesu.

Pandangan Joy beralih pada kotak susu dihadapannya, memandang tak selera, kemudian bergumam malas sebagai tanggapan. Ia memang menganggur dan bosan, ditambah lagi Sunghoon yang lebih memilih berlatih surfing dan meninggalkannya di rumah sendirian, membuatnya makin bosan, jadi memutuskan pergi ke cafe tempat temannya bekerja dan berakhir mendudukkan diri cukup lama di sana sambil melamun.

Yuri mulai menyeruput cup coffe digenggamannya, sedikit menghela nafas kemudian. Sudah lama sekali mereka berteman, sampai rasanya mereka sudah seperti saudara, Yuri lumayan banyak mengenal sisi Joy. Wanita galak penyuka susu strawberry, sedangkan Yuri malah kebalikannya, ia lebih suka kopi, sesuatu yang pahit. Padahal kalau dilihat lagi diantara keduanya Joy yang lebih tangguh dan dewasa dalam segala hal, tapi seleranya masih seperti bocah meski kadang prilakunya juga demikian.

"mau ikut bekerja dengan ku malam ini?"

Tawaran Yuri langsung membuat Joy mengalihkan padangan ke arahnya. Menaikkan salah satu alisnya samar, pertanda ingin tau.

"kemana?"

"kencan buta"

Menyadari wajah Joy yang langsung berubah tidak tertarik dan pasti berakhir menolak dengan sarkas dan menceramahinya, Yuri lantas melanjutkan bicara, menaruh cup coffe miliknya di atas meja.

"dengar, aku tau kau tidak suka hal semacam ini. Tapi kali ini berbeda Joy, jika kita melakukannya kita dibayar"

Berusaha meyakinkan Joy dengan penjelasan itu. Yuri tau, sejak dulu Joy memang tidak pernah mau diajak bekerja di tempat yang berhubungan dengan bar atau tempat berisik semacamnya.

Joy memutar bola matanya malas, sedikit tertarik sebenarnya tapi ia menimang-nimang lagi, sebab kencan buta adalah hal yang paling tidak dia sukai. Selalu berusaha dihindari. Sudah pernah beberapa kali diajak oleh teman kerja pria yang memiliki ketertarikan padanya, selalu ia tolak. Entahlah, Joy hanya merasa dirinya tidak pantas disukai, juga tidak mau membuang waktu hanya untuk mencintai. Meski kadang menginginkan juga.

"berapa bayarannya?"

Yuri nampak berfikir sebentar "sekitar 850₩  untuk satu malam"

Jawaban itu lantas membuat mata Joy membola, jawaban itu mendadak langsung menarik  antusiasnya, banyak sekali, uang segitu sangat cukup untuk biaya kontrol dan membeli obat adiknya hingga beberapa minggu kedepan.

"Kau serius?!"

Yuri mengangguk pasti, tersenyum setelahnya. Jika masalah uang sahabatnya itu pasti langsung sumringah, seolah uang adalah hal yang paling indah dan tidak boleh disia-siakan. Ia tau, selain karena mereka sudah berteman cukup lama, juga karena Yuri dan Joy memiliki kesamaan, sama-sama berjuang sendiri untuk bertahan dengan layak di dunia. Hidup mereka sebelas dua belas sebenarnya, Joy harus mencari banyak uang untuk biaya pengobatan adiknya, sedangkan Yuri harus mencari banyak uang untuk melunasi hutang mendiang orang tuanya. Mereka selalu haus dengan kerja dan uang.

TemptedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang