00.Sepersekian

7 6 2
                                    

" SEMESTINYA SEMESTA"
a Story by usingzell_
(Cerita Ini hanyalah cerita fiksi belaka, bila ada kesamaan tokoh, alur, suasana, dan tempat itu hanyalah sebuah ketidak sengajaan)

Malam dingin angin berhembus kencang meniup beberapa dahan ranting serta dedaunan yang sudah rapuh, malam itu semua orang sibuk untuk mencari beberapa kain maupun selimut untuk menghangatkan tubuh mereka dari terpaan angin malam.Tak terkecuali untuk seorang gadis yang tengah berdiri di balkon rumahnya sambil menatap rasi bintang yang ada di langit pada malam itu, ia menatap bintang tersebut sambil sesekali menghela nafas di sertai gigi yang bergemelatuk karena kedinginan.

Sedari belakang Ibunya membawa sebuah mantel tebal dan di pakaikannya ke tubuh gadis tersebut sambil memeluknya, di sertai dengan usapan lembut di rambutnya, gadis itu tersentak kecil karena terkejut dengan kedatangan Ibunya, kemudian mereka berdua terkekeh bersama.

"Suka dengan pandangan baru di rumah baru nak?" tanya sang Ibu sambil tersenyum menghadap putrinya.

"Jani suka, tapi belum menyamankan diri saja, lagian jani masih berusaha untuk terbiasa dengan lingkungan baru bu" jawab gadis tersebut sembari membalas senyum Ibunya.

"Bagus kalau putri Ibu suka, maafkan Ibu ya nak, Ibu harus mengambil keputusan yang tidak semua orang setuju, kamu pasti juga tidak setuju bukan? Ayahmu orang yang egois, dan ia sudah mempunyai keluarganya sendiri" Dengan suara yang lirih Ibunya menatap sendu putrinya sembari menyelasi kembali dengan keputusan yang ia buat.

"Ibu...Rinjani menghargai keputusan Ibu, Jani juga tidak ingin menjadi seseorang yang egois, bahagia ibu adalah bahagia Jani juga, lagipun Jani tak masalah apabila memang Ayah sudah tidak menginginkan kita untuk terus berada di sampingnya"lirih kecil gadis yang menyebut dirinya Rinjani, sambil tersenyum sendu ia melirik Ibunya yang sudah berkaca kaca namun tetap tegar, di usapnya rambut sang Ibu dengan lembut seakan akan ia adalah barang paling berharga yang tidak boleh rusak barang sedikitpun.

"Ibu harap kamu tidak membenci Ayahmu nak, sekarang ayo tidur ini sudah larut malam, besok kamu harus ke sekolah baru mu dan harus bangun dini hari" ketuk sang Ibu sembari melirik jam yang menunjukan pukul 21.37, kemudian ia berlalu pergi meninggalkan kamar anak gadisnya, sedangkan Rinjani ia menatap getir kepergian Ibunya.

"Maaf Ibu...patah hati pertama yang Jani rasakan adalah Ayah"lirih Rinjani.

Keesokan harinya seperti yang di perintah Ibu, Rinjani bangun lebih awal dari biasanya karena hari ini adalah hari dimana ia akan menemukan suasana baru di sekolah baru nya, biasanya di sekolah lama pun ia berangkat lebih awal, namun karena ini adalah hari keberangkatan pertamanya di sekolah baru Rinjani harus menyiapkan segala keperluan sekolahnya.

Dengan langkah gontai Rinjani mengambil handuk beserta seragam sekolah barunya, dan masuk ke kamar mandi, setelah ia selesai mandi Rinjani duduk di depan meja rias mengoles skincare di muka nya sembari memakai pelembab bibir agar tidak terlalu menor.Setelah menyiapkan segala keperluan sekolahnya ia kemudian turun ke bawah dan langsung di sapa hangat oleh Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

Rinjani berlari kecil menuruni tangga, dan langsung menghampiri Ibunya dengan memberi kecupan kecil di pipi sang Ibu, sedangnya Ibu Rinjani hanya terkekeh kecil menanggapi kebiasaan Rinjani yang selalu mengecup pipi Ibunya di pagi hari.

"Selamat Pagi Ibu" sapa Rinjani sembari tersenyum manis ke arah Ibunya, lalu duduk di kursi meja yang telah di siapkan, kemudian mencomot satu potong roti yang sudah di beri selai coklat kacang di atasnya.

"Selamat Pagi juga sayang, bagaimana tidurnya semalam apakah nyenyak?" tanya Ibu Rinjani sembari mengoleskan selai coklat kacang ke beberapa helai roti.

Semestinya SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang