01

11 1 2
                                    

Ini awal. Ku berjalan di sebuah taman bersama teman ku yang secantik putri kerajaan. Sendau gurau saling terlempar tuk buat kenangan dengan teman. Sampai teman menunjukan suatu ruang.

Ku masuk pada ruang. Berusaha melihat isinya lebih dalam. Ku pandang seseorang yang duduk termenung di pojok ruangan. Ku mendekatinya dengan langkah pasti hingga berhenti pada jarak yang terpatri.

"Siapa nama mu?" Tanya ku pelan. Mata ini masih menelusuri ruang.

"Rendy. Kamu?" Nama itu. Apa ini kebetulan? Kebetulan yang buat ku ingat pada si penoreh luka yang terkenang.

"Jika nama lengkap mu?" Tanya ku seakan ingin mengenalnya lebih dalam.

Rendy Febrian. Nama yang indah. Dan ku panggil dia Ian.

Ku mengatakan nama ku. Nama lengkap ku. "Laila? Lala." Rasa hangat ini sudah lama tak ku rasa.

Ingin rasanya ku tatap matanya. Namun apalah daya kegelapan menyamarkan segalanya. Sebuah meja terletak dalam ruang mencuri perhatian akan pandang. Langkah kaki menuju meja tanpa keraguan. Ku ambil sebuah buku. Buku tebal berwarna hitam dengan pemuda bermasker sebagai covernya.

Apa dia yang menulisnya sendiri?

Ku buka, ku baca isinya.

Apa ini cerita tentang dirinya?

Ku tutup buku. Kembali mendekatinya, melewati batas sebelumnya hingga sampai pada jarak berikutnya. Bayang samar itu mulai terlihat jelas.

Ku tatap mata samarnya. Mata sendu yang seakan memiliki kisah di dalamnya. Buat ku penasaran akan netra yang tersamar kegelapan.

"Berapa umur mu?"

Lagi, aku penasaran tentangnya. Tentang pemuda yang duduk di pojok ruangan. Rasa ini sekali lagi tak bisa ku tahan.

"Delapan belas," jawabnya singkat. Kenapa rasa kecewa ini bisa tersemat?

"Udah punya pasangan nih pasti," goda ku berharap es yang berada di ruangan ini bisa mencair.

"Belum, ingin lulus dulu sebelum punya pasangan. Karena urusan jodoh itu bukan urusan yang kecil. Dan aku tidak mau rasa sakit hati terulang lagi."

Ku termenung mendengarkan penjelasannya. Memang benar urusan pasangan itu bukan urusan yang kecil. Tapi, tunggu, sakit hati?

Rasa yang tak diinginkan setiap insan. Memangnya siapa yang mau merasakan sakit hati? Tapi aku yakin setiap insan pasti akan pernah merasakan rasa sakit itu.

"Ditinggal pergi oleh seseorang? Aku juga pernah ditinggal oleh seseorang yang ku anggap rumah."

Dan kita, atau aku sendiri menikmati obrolan itu di ruang yang sunyi dan dibatasi jarak yang tak bisa ku tembus kecuali waktunya nanti.

Denting detik terus berbunyi. Informasi terus mengalir tanpa henti. Entah kenapa dengan hati ini. Yang pasti rasa ini muncul tanpa bisa dihenti.

Semakin lama ku tatap mata samar itu. Semakin dalam ingin ku menyelam. Tapi, akara masalalunya. Aku harus beri ekspresi apa?

Suara memenuhi ruang. Kepala seakan di benturkan ke batu karang. Rasa pusing memenuhi kepala ini. dan, aku ada di sini. Pada ruang dengan dinding putih mendominasi dan cahaya mentari masuk mennyertai. Jadi, itu semua hanya mimpi?

Ku kumpulkan sisa sisa nyawa. Memijat kepala ini pelan. Bayang matanya masih tersimpan pada fikiran. Tanggal 4 Mei rasa penasaran ku semakin dalam kar'na bayang-bayang matanya.

____________________________________________________

4 Mei 2022 aku ingin menyelam lebih dalam.

AKARA ROMANSA YANG KELABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang