Malam ini entah kenapa begitu indah. Bulan sabit yang bersinar terang itu tepat di depan mata dengan bintang bertabur di kanan dan kirinya.
Puas sudah ku pandang langit yang berawan. Kembali berjalan menuju tujuan sampai bertemu dengannya di tengah jalan. Dengan membelakangiku dia menghadap laut. Dia, kenapa bisa berada di sini?
Aku tersenyum memandang punggungnya. Dan aku tersenyum pula saat kembali memandang langit malam berharap dia juga melakukan ibadah kecil itu. Meski aku tak melihatnya tapi aku senang membayangkannya.
"Malamnya indah ya. Bintangnya banyak, awannya kelabu, bulannya sabit. Indah dan cantik. Aku ingin terus memandangnya."
Dia tak bergeming pada tempatnya. Seolah tak peduli pada seseorang yang sedang memikirkannya.
"Ian merasa bersalah banget sama perempuan yang mengungkap rasa hatinya kepada Ian tetapi Ian menolak, termasuk Lala. Maafin Ian yang tak bisa membuat Lala tersenyum. Urusan hati itu untuk hidup. Ian tak ingin sakit lagi."
Ternyata dia masih memikirkannya padahal aku sudah melupakannya.
"Tak perlu merasa bersalah Ian, Lala tersenyum di sini. Bahkan Lala bersyukur sakitnya tak separah dulu dan cara menolaknya tak sekejam dulu."
Angin menerpa tubuh pelan. Buat tubuh ini kedinginan akan tetapi tetap berusaha tegar. Cahaya bulan sabit semakin bersinar, cahaya bintang-bintang pun sama, awan yang kelabu bergerak mengikuti angin pergi.
"Dulu itu sakit, Ian tak bisa merasakannya ketika seseorang yang Ian pergi dengan cekikan sebagai penutupan," ujar ku berusaha memberi tahu kepadanya rasa yang ku rasa dulu.
"Itu bukan kejam melainkan pengecut. Dan Ian tak ingin merasakan rasa itu."
Aku tertawa setelah mendengarkan jawabannya. Masih dengan membelakangi ku entah apa yang dia tatap aku tak tahu.
"Ian cukup merasakan menjadi bulan. Bersinar untuk diri sendiri. Tak perlu memengaruhi sekitarnya yang gelap gulita. Tetapi dia tetap indah." Aku mengatakannya saraya memandang bulan yang terpampang di depan sana.
"Lalu Lala?"
Ku terdiam sejenak tuk merasakan hawa malam yang damai. Terkadang malam jauh lebih indah dan bermakna dari siangnya dunia, dan terkadang juga malam lebih indah jika dibandingkan senja.
" Lala? Hanya memandang indahnya bulan dari bumi dengan senyum yang terpatri."
Bulan. Sinarnya semakin menyilaukan mata hingga melenyapkan segalanya termasuk malam kecuali rasa.
____________________________________________________
Ku ingin kau menjadi seperti bulan sabit. Kenapa?
Bersinar untuk diri sendiri. Tak perlu memengaruhi sekitarnya yang gelap gulita. Tetapi dia tetap indah.
Hanya itu yang saat itu ku katakan bukan?
Tapi, aku juga berharap kau menjadi bulan sabit walau tak sesempurna bulan purnama kau tetap indah. Kar'na yang membuat bulan itu berarti ialah sinarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA ROMANSA YANG KELABU
Ficción GeneralDia seseorang yang ku sayang tapi tak ku cinta. Apa itu wajar? #### "Tangan kamu dingin. Mungkin dengan kamu senyum semuanya akan menjadi hangat." #### "Aku menyayangi mu." #### Ku hapus air mata. Kembali berjalan sampai tujuan. Kembali memikirkan...