00. Prolog🐣

108 65 147
                                    

"Haruskah satu kesalahanku di balas dengan seribu kehilangan?"
- Capella Amoora -

Di sebuah rumah mewah, tepatnya di dalam kamar lantai dua sebelah kanan. Terdapat gadis cantik dengan rambut halus yang tergerai, dia sedang terduduk menerenung di meja belajarnya. Membiarkan laptop miliknya menyalakan sebuah lagu untuk menghiburnya, lebih tepatnya untuk mengisi keheningan di ruangan ini.

Sudah dua jam dia duduk di atas kursinya, melipat kaki dan memeluk lututnya. Dia adalah Capella Amoora Fransakti, gadis SMA tingkat akhir yang tidak lama lagi akan lulus dan memasuki jenjang perkuliahan. Tapi sayang, tak ada tanda-tanda semangat dalam hidupnya. Ya! Itu semua terjadi semenjak setahun yang lalu, saat sang kakak tercinta meninggal dunia akibat kecelakaan mobil.

Dia merasa sangat bersalah akan kecelakaan kakaknya setahun yang lalu itu, akankah dia memaafkan dirinya sendiri? Entahlah.

"Capella!"

Teriakan seorang wanita paruh baya terdengar kuat di indra pendengar Capella saat ini.

Bugh! "Capella, kamu ngapain di situ? Ayo makan!" Tiba-tiba wanita tersebut membuka pintu kamar Capella dengan sedikit keras dan meneriaki penghuni kamar.

"Bentar ma, Pella nggak lapar." Yup! Dia adalah Rena Zaskia, mama kandung Capella.

"Bentar kamu sakit, ayo makan. Jangan bikin mama jadi pusing deh sama tingkah kamu ini!" Setelah mengatakan itu, Rena segera menghampiri anaknya dan menariknya secara perlahan.

"Makan ya, mama temenin."

Mendapatkan perlakuan halus dari Rena dengan cepat Capella menoleh dan memberi anggukan setuju.

* * *

"Ya, halo pak Candra." Saut seorang pria paruh baya yang tengah asik mengobrol dengan benda pipih di tangannya dan menempelkannya ke telinga.

"Oh, boleh-boleh pak. Iya, nanti kita bicarakan lagi." Lanjutnya membalaskan percakapan seseorang di seberang sana.

"Tenang saja pak, anak saya pasti setuju. Iya, tidak perlu khawatir begini!"

"Iya baik pak, kalau begitu teleponnya saya matikan dulu ya pak, iya baik pak. Sampai ketemu nanti."

Tutt!

Telepon antara kedua pria paruh baya itu akhirnya terputus dan kini dari tangga turunlah dua wanita cantik dari lantai dua.

"Pa, abis telepon sama siapa?" Ucap Rena yang sudah berada di anak tangga kedua di susul dengan Capella di belakangnya.

"Teleponan sama pak Candra." Betul. Ini adalah Fransakti Hermawan, tuntunya dia adalah Papa Capella.

"Pella, sini duduk samping papa. Kita makan bareng, ya?"

"Hm"

Setelah kegiatan makan malam selesai, Capella beranjak dari duduknya dan menaiki anak tangga. Dia kembali masuk ke dalam kamarnya, dan segera mengunci pintu dari dalam.

Hiks.. hiks.. hiks...

Terdengar isakan tangis yang tentunya itu berasal dari Capella, ada apa dengan Capella? Author juga tidak tahu :v

CAPELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang