Semesta mengurung diri untuk kegelapan
Disusul nya kedamaian untuk mencapai kesetaraan
Mungkin sudah tidak ada lagi pengorbanan,
Di kala musim jatuh yang telah berganti dengan waktu
Candrawinata bertaburan bak peluru segala penjuru
Termakan habis oleh usia rapuh bertebar janjiSegala sesuatu memang menyakitkan
Saat menggelar kekosongan ruang hampa
Biarkan telinga mendengar semuanya
Biarkan mata menyaksikan kembali
Biarkan kaki ini melangkah menuju tempat semestinya
Dan biarkan mulut ini terkunci rapat tanpa penegasan
Masih ada logika yang harus sejalan dengan kalbu
Walau rasanya sulit menyatukan derita perbedaan itu,,Hingga datang gertakan dari dalam sudut
Memeperlihatkan Kebodohan yang akhirnya termakan waktu
Gelap nya waktu gelora ku bertabuh sendirian
Meringsut pendekatan yang tidak akan menyamai perbedaan
Rujuk kembali atas perlandasan hutang waktu?
Yang baginya meniru formalitas adalah kesanggupan yang harus terpenuhi
Tak membayangkan jika goresan pena nya telah menusuk begitu dalam
Sakit.. Namun tak mengapa karna masih tertahanSelamat tinggal logika yang tak berujung
Terima kasih telah meneggelamkan ku terlalu dalam
Dalam kenyataan getir yang masih diri ini terima
Biarkan lepas jangan kau tahan rasa ini disini
Jika masih ada waktu mungkin rasa akan berkata pada semesta
Untuk mengabulkan satu permintaan nya
Yaitu menutup luka ini dengan akhir bahagia,
Bukan mustahil. Namun sayang untuk ditolak.
Biarlah luka ini berlari tanpa henti sepanjang waktu
Kala sudah merasa lelah,,
Yakin lah luka akan kembali pada pengistirahatan
Jalan kedamaian menjadi murni segalanyaSenjuu_
Anything for not me
⚡⚡⚡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cipratan Rasa
PoetrySebuah rasa ada saja yang menyelinap dan membungkam seseorang untuk mengatakan nya. Banyak dari mereka memilih diam ketimbang harus mengungkapkan. Origami rasa pun terbentuk dan mengenai dasar cipratan rasa. Ia bermuara dalam hati yang sulit di jang...