Bab 2 Pelaku

4 0 0
                                    


"Hah!" ucapan Jack membuatku kaget

"Ini alasan saya mencari Anda, kita sebaiknya bertemu dengan kepala sekolah."

Kami berdua segera bergegas ke sekolah Sheina. Aku mengenalnya ketika menangani sebuah kasus yang ternyata pemilik panti adalah seorang psikopat yang sering menjual anak-anak di bawah umur di pasar gelap. Sheina dan beberapa anak lainnya adalah korban dari peristiwa itu.

Akan tetapi hanya Sheina yang berhasil selamat. Kasus terpecahkan dan penjahat akhirnya ditemukan. Panti asuhan tempat Sheina tinggal ditutup. Sheina tidak memiliki tempat tinggal. Aku memutuskan untuk merawat Sheina dan menjadi orang tua asuhnya untuk sementara waktu. Aku sudah menganggapnya Sheina sebagai anakku.

Rasa takut dan gelisah terus menghantui. Pikiran mulai tidak tenang hingga aku tidak sadar bahwa ada motor berada di depan mobil.

Astaga hampir saja

Kaki dengan cepat menginjak rem. Denyut jantung terasa berhenti sesaat. Aku menengok ke sebelah dan melihat wajah asistenku terlihat pucat. Ia mungkin saja mengira bahwa mobilku akan mencium motor tersebut.

Aku berusaha mengatur emosiku dan perlahan menjalankan kembali mobil hingga akhirnya sampai di sekolah Sheina. Langkah kupercepat hingga sampai di ruang guru. Mataku menatap sekeliling dan terlihat beberapa anggota kepolisian tampaknya telah berada di sini terlebih dahulu.

Kepala sekolah terlihat sedang diajukan beberapa pertanyaan oleh salah satu anggota kepolisian. Wajahnya terlihat tegang dan sesekali ia menggigit bibir merahnya. Keringat terus mengalir dan tangannya terus menggenggam erat bajunya. Matanya seketika menatapku dan langsung berdiri dan berlari ke arahku.

"Detektif Laiser, tolong aku!" teriaknya berlari mendekat ke arahku. "Mereka memberikan pertanyaan yang membuatku ketakutan," ucap pria gemuk itu yang langsung berlari ke belakangku.

"Pak, tolong kami perlu informasi lebih lanjut dari bapak," ucap salah satu anggota kepolisian dengan suara semakin meninggi.

Anggota kepolisian itu terus bertanya, tetapi kepala sekolah sama sekali tidak menjawab sedikit pun pertanyaan yang diajukan. Dia hanya bisa menghela napas. Suasana seketika hening dan aku perlahan berbicara dengan polisi itu.

"Pak, biarkan saya saja yang bertanya kepada tersangka," ucapku berusaha membuat situasi menjadi lebih nyaman.

"Baiklah kalau itu maumu, Laiser." Pria itu lalu berjalan menjauhi dan memanggil seluruh anggotanya untuk meninggalkan tempat itu.

Suasana seketika hening. Aku berusaha membuat kepala sekolah tenang terlebih dahulu dengan memberikan segelas air. Setelah melihat kepala sekolah tenang, aku akhirnya bertanya kepadanya.

"Kepala sekolah Fred, kenapa bisa Sheina menghilang?" ucapku dengan suara rendah.

Kepala sekolah terlihat melirik ke segala arah. Wajahnya terlihat tegang. Dia lalu berbisik kepadaku.

"Anggota Legion yang menculiknya, Laiser," ucapnya dengan nada terbata-bata.

"Apa maksud dari ucapanmu?" ucapku mengerutkan alis.

"Penyebab Sheina dan anak-anak menghilang karena mereka," ucapnya. "Legion yang merencanakan ini semua dan aku merasa ada pengkhianat di kota ini,"

"Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"

"Adikku dulu menghilang secara misterius ketika aku masih kecil. Kepolisian tidak menemukan apa pun selain simbol yang berbentuk tetesan darah. Keberadaan adikku lama kelamaan dilupakan hingga sekarang." Wajahnya terlihat menatap lantai tanpa ekspresi sedikit pun.

"Simbol tetesan darah?" ucapku kaget. "Aku juga menemukan hal yang sama dengan kasus yang pernah kutangani."

"Aku terus melakukan pencarian mengenai keberadan adikku, tetapi tampaknya semuanya berakhir dengan jalan buntu," ucapnya dengan kepala tertunduk. "Aku merupakan kakak yang paling buruk." Suaranya diikuti dengan isak tangis. Ia tampaknya tidak bisa menahan rasa sedih yang berada di dalam hatinya.

"Fred, kapan terakhir kamu melihat Sheina?"

"Aku melihat Sheina tadi bermain dengan temannya, tapi ...."

"Tapi apa, Fred?" ucapku penasaran. "Aku pasti akan menjamin informasi ini tidak akan kusebarkan."

"Aku tadi melihatnya dengan salah satu anggota kepolisian, Laiser." Bisiknya dengan tatapannya bergerak ke kiri dan kanan. "Akan tetapi, aku tidak melihat siapa karena dia berdiri membelakangiku," sambungnya.

"Astaga wajar saja Anda berlarian ketika diinterogasi," ucapmu sambil menjentikkan jari. "Ada pengkhianat di antara kepolisian, rupanya," ucapku sambil memegang dagu.

"Apa yang kamu lakukan, Laiser?" ucapnya penasaran.

"Oh, tentu saja aku akan memecahkan kasus ini," ucapku melangkah dengan semangat ke luar dari ruangan.

Rasanya energiku kembali penuh. Aku melangkah penuh percaya diri dengan penuh senyuman. Asistenku menatapku dengan penuh kerutan di wajahnya.

"Pak, apa yang sebenarnya terjadi?" ucapnya penasaran.

"Jack, aku tahu sekarang kita harus ke mana."

Detektif LaiserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang