🖤50🖤

248 37 9
                                    

"Gue dimana?" Tanya Jay memperhatikan sekitar.

"Hai, syukurlah kamu udah sadar" Ucap seorang gadis manis berkulit sawo matang dari balik pintu. Gadis itu tersenyum malu lalu menyodorkan segelas air hangat.

Jay menatap gadis asing di hadapannya. "Kok baju lo modern? Lo anak bangsawan?" Tanya Jay.

Gadis itu terlihat bingung dengan pertanyaan Jay "Hahaha, kamu lucu. Aku Dita, tadi ga sengaja liat kamu pingsan di pinggir sungai"

Jay mengerjapkan matanya "Lo ga bercanda kan?"

"Engga kok"

"AAA GILA GUE SENENG BANGET!" Ucapnya tanpa sadar memeluk Dita.

"Sorry, hehe"

"Nih kamu minum dulu teh nya. Hati-hati masih panas." Ucap Dita menyodorkan segelas teh hangat.

"Aku izin panggil ibu dulu ya."

"Gausah, gue mau langsung pulang."

"Kamu yakin?"

Jay menangguk. "Gue boleh pinjam handpone lo?" Tanya Jay.

"Handphone?" Jay seketika memundurkan dirinya saat mendengar nada bicara gadis itu berubah layaknya anak kecil.

"Kamu mau pinjam handphone? Hehehe untuk apa?"

Jay terdiam melihat gadis bernama Dita itu berubah menjadi seorang anak kecil dengan wajah yang sangat hancur. Jay melihat teh yang diberikan Dita telah berubah menjadi darah berwarna merah pekat serta bau yang sangat menyengat.

"M-mau apa lo?!" Tanya Jay saat Dita mendekatkan wajahnya pada wajah Jay. Lelaki itu meringis melihat belatung keluar dari mata Dita.

'Sial, gue dimana?' Batin Jay bertanya.

"Hihihi kamu lucu."

Jay menepis tangan Dita dari wajahnya. Jay menjambak rambut Dita membuatnya meringis kesakitan.

"Hiks, sakit hiks." Jay pun melepaskan jambakan itu.

"Tapi bohong, hihihi." Geram, Jay pun menendang perut Dita hingga ia tersungkur ke lantai.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan Jay segera berlari namun langkahnya terhenti ketika tangan Dita menahan kakinya. "Kamu mau kemana? Kan belum sembuh. Hehehe" Jay melotot saat kepala itu berputar 100°.

"Apasi anjing sok asik lo setan!" Jay menendang tangan Dita di kakinya dan segera berlari keluar rumah gubuk ini.

Jay tidak tahu dimana dirinya berada. Seingat Jay saat Liora selesai bercerita ombak besar datang menghampiri dirinya dan semua berubah menjadi gelap. Jay kira ia kembali ke dunianya ternyata Jay salah. Ia bahkan tidak tahu dunia apa yang ia injak saat ini.

"Bangsat kenapa gue disini!" Ucap Jay saat keluar rumah. Pemandangan mengerikan macam apa yang ia lihat di depannya. Banyak sekali mereka yang berwajah mengerikan berlalu lalang di depannya.

Jay terus berlari saat Dita mengejar dirinya. Dan tak sengaja menabrak salah satu dari mereka.

"Jay?"

Jay terdiam ketika hantu yang ditabrak oleh Jay menyebut namanya. "Lo siapa?" Tanya Jay sambil memperhatikan hantu di depannya.

Hantu berambut kusut dengan kulit wajah mengelupas serta darah yang membasahi gaun putihnya menatap Jay tak terbaca.

"Aku Liora."

Jay menggeleng tak percaya "Hahaha bercanda lo!"

"Aku ga bercanda, ini aku Liora!"

"Ga, Liora yang gue kenal cantik ga serem kayak gini!" Jay ingin kembali berlari namun kakinya terasa berat di gerakan.

"Ini aku Liora, dan wajah asliku. Maaf telah membuatmu ketakukan."

Jay memandang wajah Liora yang tak lagi cantik. Air mata lelaki itu menetes tanpa intruksi.

"Maaf tapi gue ga percaya." Jay menghapus air mata nya. Kakinya terasa ringan dan Jay kembali berlari mencari jalan keluar dari dunia ini.

"AKU LIORA! DAN KAMU JAY, SAHABAT ABIAN!"

Langkah kaki Jay terhenti mendengar teriakan Liora. Satu detik Liora sudah berada di hadapan Jay dengan wajah yang masih sama.

"Kamu Jay, sahabat dari Abian, dan Justin. Kamu juga pacar dari Ryana. Aku baru saja menceritakan semua hal itu sama kamu, lalu ombak besar datang dan kamu mengira jika kamu sudah di duniamu. Benar?"

Jay terdiam dengan air mata yang masih mengalir. "Liora ga kayak gini!" Gumamnya.

"Maaf Jay, tapi ini wujud asli aku. Jika kamu lupa, aku mati terbunuh saat itu. Maaf jika aku membuatmu takut."

Jay memeluk Liora erat menumpahkan tangis nya pada bahu gadis itu. Ia percaya bahwa yang di depannya adalah Liora.

"Gue takut disini Li. Tolong gue."

Liora membalas pelukan Jay. Dirinya semakin merasa tenang saat Jay telah mengetahui wujud asli dari dirinya.

"Maafin aku Jay. Aku ga bisa."

"Bohong Li! Lo bisa!"

"Niat gue baik Li, gue cuma mau menyelamatkan Abian! Tapi kenapa malah gue yang harus di selamatkan? Kenapa? Gue cuma mau kembali ke dunia gue, ga lebih Li, cuma itu!" Ucap Jay bibirnya bergetar menahan tangis.

Liora menggenggam tangan Jay. Ditatapnya manik mata yang sedang ketakutan itu. "Terima kasih telah berbuat baik. Jay, tolong bersabar ya." Ucap Liora lalu menghilang begitu saja.

"Aakhh sial!" Umpat Jay.

•••

Baik Gio maupun Kenzo, keduanya terus mondar mandir gelisah di depan pintu UGD. Abian dan Justin duduk dengan tenang walaupun sebenarnya tidak. Mereka berharap sebuah keajaiban datang hari ini. Mereka membutuhkan itu.

Abian melangkahkan kakinya. Ia butuh tempat sendiri saat ini. Yap, Abian sudah bisa berjalan karena anak itu memaksa untuk berjalan. Dengan langkah yang pelan Abian menuju taman depan rumah sakit.

Dari sini Abian melihat anak remaja sesusianya dan juga seorang pria paruh baya didalam bengkel sepeda motor. Memperkatikan anak dan ayah itu sedang memperbaiki sepeda sembari bergurau serta seorang wanita yang membawa dua gelas teh berhasil membuat Abian merasa sangat ingin berada di posisi itu.

Abian tertawa kecil menertawai dirinya. Tak ingin rasa iri nya membesar, Abian berjalan entah kemana. Abian merasa semua yang ia miliki hilang dan kini tinggal ia sendiri.

"Kalo bisa gue pilih, gue lebih memilih hidup seperti lo. Senyum ayah lo begitu tulus, andai gua jadi lo pasti dunia gue sangat indah." Ucapnya sembari melihat kehangatan keluarga itu.

Rintik hujan mulai turun tanpa permisi membuat taman depan rumah sakit dibuat basah karenanya. Walaupun hujan Abian tetap pada tempatnya, tatapannya masih tertuju pada keluarga kecil yang hangat itu. Air mata mengalir bersatu dengan air hujan yang membasahi tubuhnya. Abian menggigit bibir bawahnya guna menahan isakan yang ingin keluar.

"Anjing! Gue ga kuat, hiks!" Abian kini membiarkan isakannya keluar. Tak perduli ia menjadi pusat perhatian, yang terpenting emosionalnya tersalurkan saat ini.

"GUE NYERAH! CABUT NYAWA GUE SEKARANG!" Teriak Abian hingga menjadi pusat perhatian beberapa orang yang meneduh. Sungguh masalah yang dimiliki Abian sangatlah rumit baginya.

"ABIAN! JAY SADAR!" Teriak Gio dari jauh sana. Abian mengusap kasar air hujan yang membasahi wajahnya. Lelaki itu dengan semangat berlari menuju ruangan Jay tanpa peduli kakinya yang terasa sakit dan penampilannya yang basah kuyup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GADIS KAMAR ABIAN  [slow update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang