.
Sesuai dugaan nya tadi malam, pagi ini dia bangun dengan keadaan yang tak jauh beda dengan yang di perkirakan. Ada Lena juga disampingnya, anak itu tidak ada kelas sampai nanti jam setengah satu siang. Jadi dari pada keluyuran lebih baik menjaga adiknya yang sebenarnya adiknya itu tidak akan keluar dari kamarnya, ya sudahlah."Mbak..... Jam berapa?", Sedikit basa basi membuka percakapan.
"Masih jam 8, kenapa laper?"
"Ihh, adeknya baru bangun, harusnya ditanyainnya kayak yang difilm-film"
"Hmmmm, emang gimana kalo di film?", Lena tau apa yang dimaksud adiknya, tapi tidak ada salahnya kan menjahili adiknya
"Ihhhh, kenapa ngga kak izyan aja sih yang disini"
"Halah, emangnya tahan kamu kalo sama kak izyan?"
"Yakin?" Balasnya ketika sang adik menganggukkan kepalanya sebagai jawaban untuk pertanyaan sebelumnya, kemudian dieluslah kepala adiknya itu.
"Yaudah deh, adek sakit?, Kenapa?, Mau apa" nada bicaranya benar-benar menggambarkan bagaimana tulusnya, dan besarnya kasih sayang yang dia berikan.
"Ahh, mbak Lena emang yang terbaik deh, ngga jadi sama kak izyan". Ala mengatakannya bak anak kecil yang baru saja diberikan mainan oleh saudaranya.
"Ssttt, jangan gitu nanti kalo dia tau gimana", lagi lagi ketulusannya di sampaikan bersamaan dengan setiap kata yang ia ucapkan.
"Bisa bisa kamu kalah Lo sama dia"
"Ngga bisa lah, kan Ala lebih jago". Bersamaan dengan gerakan tangan seperti atlet-atlet yang memamerkan ototnya.
"Iya, iya, kalo gitu mbak ambilin makan ya biar lebih jago nanti"
Lena keluar dari kamar ala pergi ke dapur menggambil mangkuk untuk sayur bening bayam buatannya, sedari kecil Ala tak pernah berubah saat sedang sakit. Manjanya masih sama, tingkahnya tetap sama yang berbeda hanya tubuhnya.
Sejak kecil ibu akan memasakkan sayur bening bayam saat anak-anaknya sedang sakit -bubur sum-sum untuk Izyan karena dia tidak suka sayur.Ibu pergi 8 tahun yang lalu, ketika si bungsu Lena dan Ala sedang sakit. Tepat setelah memastikan anak-anaknya menghabiskan sayur bening yang ia masakkan, ibu pamit pada kak Lea selaku anak tertua untuk pergi ke pasar sebentar dan menitipkan dua adik bungsunya. Namun sampai tengah hari pun ibu belum kembali, dan nyatanya ibu tidak pernah kembali setelahnya.
Hari itu ayah pulang diiringi rintik hujan yang bertindak layaknya pertanda bahwa ada kesedihan yang sedang berlangsung, ayah pulang memeluk keempat putrinya di kamar sang adik, sembari mengatakan bahwa ibu sudah tak kan lagi ada disini, dirumah ini, bersama mereka.
Tentu ala sudah paham dia tau ibunya telah pergi dari semestanya, dia sudah cukup besar untuk bisa memahami maskud ayahnya, ayah bilang pada Ala kalau ibu akan jadi bintang diatas sana, ibu mau nemenin Ala dan kakak-kakak dari atas.Memikirkannya membuat Lena rindu pada ibu, sudah lama tangan cantik itu tidak mengusap pucuk kepalanya di pagi hari, sudah lama tak ada suara lembut yang selalu membangunkannya di setiap pagi, dan sudah lama pula ketika terakhir kali dia merasa cemburu kepada adiknya.
.
.
."Mbak, adek nanti sore mau bikin video untuk babak penyisihan, bantuin ya".
"Kok sama mbak sih, kan yang lain banyak"
"Mbak ngga mau?", Betapa menggemaskannya anak ini ketika mencebikkan bibirnya sebab kesal
"Eeenggaaaaakk", kata Lena yang membuat adiknya semakin kesal.
"Ah ngga seru lah". Tepat setelahnya Ala menarik selimut sampai menutupi kepalanya dan memiringkan badannya membelakangi Lena"
"Ih, masak gitu aja ngambek, udah ah mbak mau jalan-jalan aja dadah dedek ku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai, Ala || Melodi Terakhir Milik Ala
Teen FictionIni cerita Ala. Yang pergi dengan melodi terakhir, melodi indah nan sempurna, seperti penciptanya. Bukan niat Ala untuk meninggalkan kenangan indah beserta luka bagi saudara dan sahabat nya. Sungguh Ala masih ingin berbagi sandaran bersama kakak-kak...