Bagaimana bisa pencipta menjebak dirinya sendiri untuk berkecimpung dalam suatu alur cerita pelik macam sekarang? Otak Zweitson dibuat kram karena ini.
Diam tak mengubah apa pun, bergerak juga sama saja terjun bebas lalu menyerahkan nyawanya secara cuma-cuma. Sekarang hanya satu yang dapat Zweitson lakukan yaitu menurut alur panjang yang diberikan.
Tapi kembali lagi. Isi kepalanya saling bersahut-sahutan dengan banyak jalan pintas yang disebut takdir. Saraf di sana mengatur kalau ini adalah jalan yang salah. Zweitson masih muda, usia 20 tahun pula. Ia masih mau merasakan kehidupan layaknya lelaki normal pada umumnya. Hati yang berbunga-bunga kala bersinggungan dengan lawan jenis pun terbayang bersamaan hilir mudik kupu-kupu yang tengah terbang melewatinya.
Hal itu tiba-tiba saja ditampik keras oleh hati terdalam Zweitson, ini kontradiktif. Usapan lembut di puncak kepala, sungging bibir manis, serta perhatian lebih yang diperlihatkan Shandy beberapa menit lalu membuatnya goyah.
Jantungnya berdegup cepat, dua kali lebih kencang daripada biasanya. Tangannya mengarah ke dada, denyut itu kian terasa pada telapak tangan Zweitson yang kini ditimpa oleh jemari putih milik Shandy.
Betul sekali, Zweitson berdebar.
"Kamu tidak akan menghindariku lagi, bukan? Kamu menyukaiku, Zweitson. Buktinya, kepalaku berubah menjadi bunga primrose sekarang!" tukas Shandy girang, telinganya berayun ke kanan-kiri karena berubah menjadi kelopak bunga putih tanda kesetiaan tersebut.
Zweitson berdiri lalu netranya menjurus pada Shandy, kali ini mulai memberanikan diri. "Shan, kamu enggak bercanda, 'kan? Ini kita lagi terjebak di dunia cerita Flowerytale buatan kamu loh!"
"Aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Aku yang menciptakan kamu dan kamulah alasan aku tercipta, Zwei."
Terdengar romantis, namun tetap saja sekaligus kedengaran gila.
Zweitson mungkin akan dibuai kasmaran hingga terpelanting ke langit ketujuh jika kalimat tersebut terlontar dari perempuan yang benar-benar ia cintai. Tapi ini? Seorang lelaki tulen seperti Shandy sedang meminangnya dengan bualan kata-kata manis bak pasangan kekasih!
Kontan ia bergidik dan memagari tubuhnya dengan tangan, mengisyaratkan agar Shandy tak melangkah lebih dekat.
Ranum bunga yang tertanam di tanah beraroma petrikor itu menoel kesadaran Zweitson. Lelaki seperlima abad tersebut menoleh, mendapati Shandy sudah kembali dengan wajah normal. Um, maksudnya, kelopak-kelopak bunga *primrose putih itu perlahan samar.
Keadaan magis apa lagi ini?
"Kamu harus ikuti alur kalau mau keluar dari tempat ini," ujar Shandy dengan ekspresi berubah, kelihatannya lelaki itu sedikit tidak suka dengan perkataannya sendiri.
Kacamatanya bergeser kala Zweitson menaikkan alis, ia tertarik. "Serius? Caranya?"
Shandy memutar tumit, berbalik badan lalu melangkah tanpa menjawab satu patah katapun pertanyaan lawan bicaranya. Jalannya melamban namun teratur ke arah gapura bunga yang terletak di sisi Barat tepat ia berpijak. Di sana, disebut-sebut sebagai pulau bunga.
Zweitson juga tahu fakta itu.
Konon katanya, floweryland - begitulah sebutan namanya - akan menjadi tempat para insan untuk mendeklarasikan rasa cintanya kepada siapa pun. Tidak peduli siapa kepada siapa, apa pun bentuknya, dan bagaimanapun keadaannya.
Tidak, Zweitson tidak mau ke sana.
Lembar kesembilan, paragraf terakhir.
Tapi ia harus pergi dari tempat ini secepatnya. Dalam karangan yang ditulis Shandy, masa di floweryland berjalan lebih cepat dibandingkan dengan dunia nyata. Dan waktu itu tidak dapat diterka alias sering berubah-ubah sesuai dengan kemauan sang pencipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Flowerytale || Zweitson UN1TY
Fanfiction[3/3] Zweitson, editor akuisisi redaksi penerbit mayor, harus terjebak dalam dunia dongeng yang manuskripnya baru saja ia baca tuntas. Menariknya, Zweitson harus mendapatkan takdir yang berkebalikan dengan kehidupan nyatanya di dunia lalu bertemu de...