iii. 𝘢𝘴𝘮𝘢𝘳𝘢𝘯𝘢𝘭𝘢 / 𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴 𝘴𝘦𝘥𝘶 ///

63 17 3
                                    

Semuanya telah berakhir sekarang. Berlembar-lembar kertas yang tertaut pada buku jurnal di atas meja tertiup angin dan tak mengelak lagi, embusannya menghempas hingga ikut mengaburkan helai demi helai bunga dandelion yang memutih.

Menangis pun percuma.

Akhir kisah tak akan selamanya diselesaikan oleh sukacita yang tidak terhingga. Sedih juga merupakan jawaban. Berpisah adalah suatu keputusan.

Rumput yang bersemi hijau, hamparan primrose beraneka warna, sampai puluhan kupu-kupu cantik kembali tergambar dalam ingatan Zweitson.

Entah kenapa Zweitson merasakan bahunya begitu berat dan lesu. Rasanya, menyesal memang selalu datang paling akhir ketika mengantre di lorong panjang berderetkan macam-macam kesempatan.

Zweitson sadar kalau itu hanya fiksi belaka, namun rasanya sangat nyata. Bagaimana ia mencium bibir Shandy pun masih terasa ada. Kembalinya ia di dunia nyata sama saja membuatnya tak tenang.

Jujur, ia merindukan kehidupan singkatnya di dunia dongeng ... bersama Shandy tentunya.

"Zweitson! Udah lama nunggunya? Sorry ya, nyiapin naskah anyar Flowerytale dulu soalnya, hehe."

Demi bunga matahari yang mulai tumbuh di musim panas, Zweitson terperanjat kaget. Jaket jins beserta tatanan rambut merah lelaki gondrong yang duduk di depan bangkunya menambah ketampanannya berkali-kali lipat.

Shandy tersenyum, paham kalau sesuatu menakjubkan baru saja terlintas dalam pikiran Zweitson. [end]

❀❀❀

[✔] Flowerytale || Zweitson UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang