𝑠𝑜𝑢𝑙𝑚𝑎𝑡𝑒 [ NoSung ] ✔

Soulmate #5

─━─━─━─

Jeno menghembuskan napas pelan. Kedua tangannya terlipat di depan dada, seakan sedang menutupi sesuatu yang tidak enak di hatinya.

Perasaan tidak enak itu sebenarnya sudah dia rasakan sejak mulutnya mengatakan hal yang menurutnya tidak perlu dia katakan pada Jisung.

Tapi, mau tidak mau dia juga harus jujur pada Jisung.

"Oi, kenapa lagi sekarang?" tanya seseorang sembari duduk di hadapan Jeno.
Jeno menatap orang di depannya dengan tatapan tajam.

"Aku gak sengaja ngomong sama Jisung kalo dia anak angkatku."

Orang di depannya terdiam, sembari mengangkat salah satu alisnya.

"Hah? Tapi nyatanya Jisung memang anak angkat mu, kan?"
Jeno enggan menyangkal tapi, jawaban dari orang itu 100% benar.

Jisung adalah anak angkatnya.
Jeno sengaja mengangkatnya adalah karena dia tahu, Jisung adalah soulmate nya.

Bagaimana Jeno bisa tahu?
Karena Jeno sendiri juga bisa melihat benang merah yang terhubung di kelingkingnya dengan kelingking Jisung.

Waktu itu, keduanya bertemu di sebuah pondok yang berada di pedesaan. Jeno ke pedesaan itu karena Ayahnya yang ingin dia meliburkan diri dari pekerjaan di kantor yang cukup menumpuk. Apalagi Jeno memang cukup stress akhir - akhir ini karena benang merah di kelingking nya.

Benang merah itu tidak terlihat sama sekali, bahkan ketika Jeno berada di kerumunan orang-orang, tidak ada tanda bahwa benang merah kelingking nya akan muncul.

"Pergi berlibur sana! Bukannya menaikkan perusahaan, malah bikin turun saja."

"Kapan soulmate mu datang hm? Katanya bisa lihat benang tapi kok belum nemu?"

"Jangan jangan soulmate mu udah berjodoh sama orang lain."

"Jomblo seumur hidup kamu, Jen."

"Aduh! Jangan percaya sama benang itu, kamu malah gak bakal nemu jodoh mu."

Jeno mengusap wajahnya kasar ketika suara menyebalkan teman juga keluarga nya terdengar dari dalam kepalanya.

Sebal.. Sebal.. Sebal, batin Jeno diikuti dengusan tidak suka.

Hening beberapa saat karena Jeno memutuskan membiarkan tangan menutupi seluruh wajahnya. Angin berembus menerpanya, dan Jeno akhirnya menurunkan tangannya.