drunk

10.4K 695 9
                                    

...

setelah menyenangkan dirinya di club, Jeno memilih pulang, pria itu sudah sampai di depan penthouse, membuka pintu penthouse dengan card yang dia simpan, Jeno melangkahkan kakinya masuk ke dalam dengan kepala berat.

sekelibat samar Jeno mendengarkan langkah kaki seseorang, pria itu berdecih saat melihat sosok Jaehyun yang baru keluar dari ruangan dapur dengan dahinya yang di beri kasa dan beberapa tetes obat.

mungkin Jaehyun pergi ke rumah sakit, untuk mengobati lukanya, Jeno menggidikan bahu acuh berjalan sempoyongan seperti pria tua pengangguran yang kerjanya hanya mabuk mabukan.

toleransi alkohol Jeno tinggi, dia hanya mengalami pening di kepalanya tidak terlalu mabuk, tidak mungkin Jeno bisa pulang jika dia mabuk yang ada akan ada berita kecelakaan.

tersebar di media massa.

"Jeno, kau mabuk?" Jaehyun mencoba mendekat walau dia tau Jeno mabuk, namun kembali memberi jarak saat akan mendekati Jeno yang hanya diam berdiri tanpa melakukan apapun.

Jaehyun menutup hidung dengan dahi mengerut, saat mencium aroma alkohol yang menyengat kuat masuk ke indera penciumannya "berapa banyak alkohol yang kau minum, kau ingin membuat dirimu rusak" ujar Jaehyun.

Jeno tertawa tanpa alasan, pandangan pria itu kosongan tanpa tujuan, melirik Jaehyun yang kini memakai piyama berwarna coklat muda dari ekor matanya, Jeno menggaruk sebelah alisnya yang berdenyut gatal.

pria April itu tiba tiba menghadap kearah Jaehyun dan mendaratkan telapak tangannya secara lembut di pipi yang lebih tua, ibu jarinya bergerak mengusap usap lembutnya permukaan kulit Jaehyun, sedikit ia menekan nekan pipi itu dengan gemas.

kedua sudut bibir Jeno tertarik, pria itu meracau tidak jelas. menatapnya dengan tatapan sayu.

"ternyata, kau cantik juga" racau Jeno.

Jaehyun menepis tangan Jeno ketika jari jemari itu menyentuh tengkuknya, tetapi Jeno malah terkekeh di tenggorokan dan mencoba menyentuh bagian tubuhnya yang lain "berhenti, kau sedang mabuk"

"kenapa? aku tak boleh menyentuhmu" tanya Jeno mendapati penolakan dari Jaehyun, Jeno semakin gencar mencolek dagu Jaehyun dengan telunjuknya.

"kau sudah gila, ditambah mabuk semakin gila saja" ucap Jaehyun, sejujurnya Jaehyun tidak pernah terlalu memperdulikan orang lain, dia hanya mementingkan dirinya sendiri dibanding orang lain, namun bocah bengal ini membuatnya kerepotan, Jaehyun memapah tubuh berat Jeno yang selalu terjatuh ke tubuhnya menambah bebannya berat, bahkan pria itu tidak berhenti mengeluarkan omong kosong dan kalimat kotor dari mulutnya.

Jaehyun menggelengkan kepala lalu mendorong tubuh besar Jeno jatuh keatas sofa, memandang pemuda itu dengan wajah jengah.

terlalu menyiksa jika Jaehyun harus membawa Jeno ke kamar, belum apa apa mungkin Jeno akan dia jatuhkan dari atas tangga.

lantas selanjutnya apa yang harus Jaehyun lakukan, membiarkan pria itu beristirahat dengan tubuh bau alkohol menyengat, atau mengganti pakaiannya, untuk opsi yang kedua Jaehyun benar benar tidak sudi untuk mengganti pakaian pria itu, memangnya dia adalah babu Jeno.

biarlah, biarkan Jeno seperti itu sampai dia sadar nanti, lebih baik Jaehyun ke kamarnya dan beristirahat, meninggalkan Jeno yang masih meracau dengan mata terpejam, Jaehyun menyentuh dahinya yang terluka, rasa sakit kepalanya saat di benturkan pada badan mobil masih terasa.

Jeno bisa melakukannya, bahkan tanpa ragu melukainya seperti itu, lantas apa yang akan terjadi selanjutnya, apakah Jeno akan berniat untuk membunuhnya nanti.

iblis muda itu membuatnya bergidik.

•••

Jeno membuka matanya, lalu meringis memeganggi kepala, dengan obsidian yang berusah untuk terbuka lebar.

"sial, kepalaku pening"

ini adalah hari minggu pagi yang membuat Jeno dongkol, bau alkohol yang menempel di pakaiannya membuatnya bertamabah pusing.

"motherfucker!" umpat Jeno, sambil memegang pakaiannya sendiri, masih sama dengan pakaian yang dia pakai kemarin.

dimana pria jung itu, apa tidak ada niatan untuk membantunya, atau mungkin Jaehyun dendam dengannya dan ingin membalas karna kemarin sore dia melukai pria itu.

cih,

Jeno menyentuh pelipisnya, dia tidak terbiasa untuk meminta maaf, lagi pula itu adalah pelajaran yang tepat untuk Jaehyun karna telah menyentuh kekasihnya.

walaupun Taeyong hanya partner one night stand nya, namun Jeno tidak yakin untuk melepas pria bermarga sama dengannya itu, Jeno tergiur oleh Lee Taeyong.

ini tidak biasa.

"selamat pagi pangeran, akhirnya kau bangun juga, bagaimana keadaanmu hah?" Jeno melirik Jaehyun yang sudah rapi, pemuda tampan itu hanya berdiam diri di tempatnya tidak ada niat untuk membalas sapaan mengejek itu.

"setidaknya kau mencari pekerjaan, jangan seperti pria penggaguran, yang hanya mabuk mabukan" ucap Jaehyun memberi kecaman tegas pada Jeno.

anak muda itu bisa semena mena nantinya, sudah menyusahkan orangtua, sekarang Jeno juga menyusahkannya.

Jeno terkekeh "kau yang bekerja, untuk apa aku harus mencari kerja lagi, duitmu banyak kan?" Jaehyun mengerutkan dahi, mungkin ini adalah motif pemerasan.

"kau ingin menjadi pihak atas disini tapi kau tidak bertanggung jawab sama sekali, kau ini melantur atau bagaimana" ejek Jaehyun, dia bisa memenanginya.

berdebat dengan Jeno yang tidak habisnya, tapi kali ini Jaehyun merasa dia akan memenangkan debat tidak jelasnya.

si april membuka suara.

"setidaknya mendominasi seseorang itu tidak perlu uang yang banyak, kau bertahta diatas uang, apa kau bahagia?"

"aku memiliki uang secukupnya, setidaknya itu cukup untuk mengencani banyak wanita dan pria seksi dan aku bahagia, pria top tidak pernah menekan seseorang dengan banyak uang" Jeno tersenyum miring, lalu melepas pakaiannya, tubuh bugar pria itu terlihat proposional bak tubuh seorang atlet.

pundak lebar, bahu tegap kokoh, dan tricep yang terbentuk dengan baik, dada bidang juga pelengkap delapan pack yang terpahat sempurna menggambarkan pemandangan saat ini.

mata bambi Jaehyun tak berpaling, semu merah alami muncul begitu saja, pria jung itu tersentak beberapa detik kemudian menyadari kelakuannya, dengan wajah memanas hingga kelakuanny Jaehyun memalingkan wajah.

menggengam erat tas kantornya, dengan bibir yang di tekan menipis.

atmosfer ruangan yang mereka berdua tempati tiba tiba saja memanas,

"a-aku harus berangkat, ini sudah siang, jangan merusak apapun aku tidak mau ada barangku yang rusak!" peringat Jaehyun, lalu melangkahkan kakinya, segera pergi dari sana.

Jeno tersenyum tipis "munafik" decihnya.

•••





Jaehyun hyung [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang