kiss

11.5K 685 23
                                    

•••

beberapa jam telah berlalu, Jaehyun duduk di kursi kerjanya, pria itu berkeringat dan gelisah, Jaehyun mengusap peluhnya yang bercucuran, debaran kuat jantungnya tidak bisa berhenti normal kembali.

bayang bayang sosok Jeno seolah selalu terputar dalam memorinya.

"untuk apa memikirkan bocah menyebalkan itu" gumam Jaehyun.

ini tidak normal, Jaehyun tidak pernah merasakan hal aneh seperti ini, pipinya tiba tiba memerah begitu saja Jaehyun bisa melihat penampilan dirinya dari cermin yang terpajang pada dinding ruangan.

rona merah itu, membuatnya kesal, dia tampak malu malu seperti orang gila.

tok tok tok

"permisi, tuan Jung"

Jaehyun tersentak, hingga mejanya bergetar akibat lututnya yang terhantuk, bahkan bolpoinnya sampai menggelinding jatuh ke lantai, Jaehyun tergagap segera bangun dari tempatnya dan merapihkan mejanya yang sedikit berantakan sekalian meraih bolpoin jatuh tersebut, meletakkannya ke tempat asli lalu merapihkan diri dan menatap ekspresinya di kaca agar lebih baik.

namun telinganya masih memerah, sial. Jaehyun mengumpat dalam hati.

"masuk" pria itu mendudukan diri di kursi, menatap pintu ruangannya yang terbuka, sekretaris pribadinya masuk,

perempuan itu menatap Jaehyun dan tersenyum tipis "tuan, di luar ada anak berandalan yang mencari anda"

"anak berandalan?"

perempuan itu segera meralat ucapannya "maksud saya remaja laki laki, dia memaksa untuk masuk dan sekarang satpam di bawah tengah menahannya" ujar perempuan itu, Jaehyun mengerutkan dahi tiba tiba wajah menyebalkan Jeno melintas di dalam otaknya.

"namanya siapa?"

"dia mengatakan namanya adalah, Jeno"

Jaehyun meneggakan tubuh "baik, urus anak itu dulu, saya akan menemuinya nanti, dia memiliki urusan dengan saya" perempuan tersebut mengangguk patuh dan pamit undur diri.

padahal tadi Jaehyun memikirkan lelaki itu sampai merona seperti kepiting rebus dan sekarang bocah itu benar benar ada di kantornya.

•••

Jaehyun turun ke lobi, dia melihat dua orang satpam menahan kedua lengan seorang pria, Jaehyun melangkahkan kakinya cepat dan meminta kedua satpam itu untuk pergi, ketika Jaehyun tau Jeno lah pembuat keributan di lobi kantor.

anak lelaki itu tampak menyugar rambutnya sebal dan mengumpat kepada kedua satpam yang mencegatnya tadi.

lalu atensi Jeno beralih kearah Jaehyun begitu juga sebaliknya.

"apa yang kau lakukan disini?" tanya Jaehyun berbisik.

Jeno tersenyum miring,

"kenapa, memangnya tidak boleh mengecek keadaan calon suami, lebih tepatnya calon istriku?" tanya Jeno.

Jaehyun mendecih "tutup mulutmu, bocah!" tekan Jaehyun, sementara Jeno terkekeh geli mendapati kalimat kesal yang keluar dari bibir Jaehyun.

menggoda Jaehyun tidak buruk juga.

...

"ruangan yang membosankan" komentar Jeno, pria itu hanya berkomentar saja, dengan wajah menyebalkan, rautnya bosan karna Jeno kira di kantor ini ada hal luar biasa ternyata sama sama membosankan.

Jaehyun bersidekap dada.

"bisakah kau duduk diam saja, atau pergi dari sini"

Jeno berbalik arah, mendekati Jaehyun. alis Jaehyun terangkat melihat gelagat remaja tersebut dengan sigap Jaehyun memegang pundak Jeno ketika Jeno berdiri tepat di depannya.

sudut bibir remaja itu tertarik, maniknya bergerak menelusuri setiap inci wajah Jaehyun dengan senyuman miring, manik kelam Jaehyun mengikuti pergerakan mata Jeno, sampai mana pria itu menatapa keseluruhan wajahnya secara intens.

pertama kalinya, seseorang menatapnya se intens ini dengan jarak dekat, nafas hangat itu menerpa wajahnya, Jaehyun di buat salah tingkah oleh pemuda berandal ini, wajahnya memerah seperti kepiting rebus, hawa di sekitar berubah pengap.

Jaehyun menundukkan pandangan, menatap kalung yang Jeno pakai terlihat dari sela kemeja abu abunya, enggan untuk bersitatap.

suara kekehan menyadarkan Jaehyun, di sambut usapan ibu jari di pipinya, Jaehyun kembali mendongak melihat, kedua mata Jeno melengkung.

"wajahmu memerah"

Jaehyun meneguk ludahnya, menepis ibu jari Jeno namun ibu jari itu kembali lagi menyentuh wajahnya "hentikan sialan" tukas Jaehyun.

"kenapa? kau tidak menyukainya?" tanyanya, kaki Jeno menyudutkannya berada di antara kedua pahanya hampir menyentuh selangkangan.

telapak tangan Jeno bergerak semakin ke belakang, menyentuh tengkuk mengusap permukaan tengkuknya sensual, Jaehyun menggeliat, menjepit tangan Jeno yang menyentuh lehernya, dia merasa geli sekaligus merinding.

"bisakah aku menciummu?"

"H-hah? ah Jeno geli" tubuh Jaehyun bergerak tidak nyaman, ibu jari itu menari di pangkal lehernya, mengusap usap permukaan lembut disana, menciptakan sensasi lain dengan tubuh meremang.

"aku meminta izin terlebih dahulu, tapi kau tidak mau menjawabnya, lain kali aku mungkin tidak akan meminta izin darimu lagi"

Jaehyun meremat pundak Jeno, dengan sebelah mata tertutup, menggigit bibirnya dan menggerang, tidak memperdulikan ocehan Jeno, karna Jeno sepertinya sengaja menyentuh titik sensitifnya.

"Mmh-

matanya terbuka lebar,

bibir tebal itu menyapanya, meraup habis miliknya, menghisap kuat, sampai rongga mulutnya terbuka mempersilahkan lidah Jeno untuk mengeksplor lebih dalam, mengabsen setiap giginya, lidah mereka saling melilit, tubuhnya tersentak "Anhh!" Jaehyun mendorong tubuh Jeno begitu saja, pemuda itu mundur beberapa langkah.

melihat wajah Jaehyun yang memerah, bersandar pada meja, menutup mulutnya, terlihat kesakitan akibat gigitan Jeno di lidah pria yang lebih tua, Jeno meludah mengeluarkan darah dari mulutnya.

"kau amatiran, tapi bibirmu sangat pas"

Jaehyun menatap Jeno, anak itu sama sekali tidak merasa bersalah, lidahnya berdenyut perih karna perbuatannya.

"ya sudah, aku pergi dulu ya. disini membosankan" Jeno pamit, lalu pergi.

pintu ruangannya di tutup, Jaehyun menghela nafas, meringis kesakitan, mungkin dia akan kesusahan untuk makan karna perih.

•••




Jaehyun hyung [Nohyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang