There was one word you said yesterday that felt like a stuck thorn, actually I still don't understand anything.
Boyfriend - Hitomi no melody
🎵🎵🎵
"Kau belum pulang?" tanya Jeongmin kepada gadis yang berdiri di depan loker miliknya.
Gadis berambut pendek tepat di bawah telinga itu berjengit kaget. Tak menyangka, aksinya akan ketahuan hari ini. Namun, dalam hatinya berdoa semoga laki-laki berpipi chubby itu tak menyadari ia sudah memasukkan sesuatu ke dalam loker miliknya.
"Belum pulang?" tanya Jeongmin sekali lagi, dan pertanyaan itu hanya dijawab dengan dua kali anggukan.
Awalnya, fokus Jeongmin hanya tertuju pada netra No Vira yang berpendar seolah menghindari kontak mata dengannya, sehingga langkah yang ia ambil menuju loker seperti biasa. Namun, begitu ia mendapati kedua tangan gadis itu bersembunyi di balik postur kecilnya, kecepatan rata-rata langkah Jeongmin meningkat.
"Apa yang kau sembunyikan?" tanya Jeongmin menatap mata Vira.
Gadis itu tak menjawab. Menyadari pergerakan Jeongmin semakin dekat dengannya, Vira melangkah mundur hingga tubuhnya merapat ke pintu loker. Kedua mata sipitnya terpejam akibat gugup. Ia bisa merasakan keberadaan Jeongmin dari dengkusan napas pemuda itu.
Jeongmin meniup pelan ke arah kelopak mata Vira yang masih tertutup, mengisyaratkan agar gadis itu menatapnya dari jarak sedekat ini. Vira mengerjapkan mata, kemudian mendapati wajah Jeongmin lebih dekat dari yang ia duga. Lengan bawah kanannya berada tepat di atas bahu kiri Vira.
Rasanya No Vira membutuhkan tabung oksigen dalam posisi ini. Pernapasannya tidak lancar dan intensitas detak jantungnya tak beraturan.
"Minggir," bisik Jeongmin.
Bisikan pelan yang membuat telinga kanan Vira merasa geli itu menyebabkan peredaran darahnya seolah berpindah pusat ke kepalanya. Ia yakin wajahnya berwarna merah muda seperti bunga sakura yang bermekaran di pekarangan sekolah mereka.
Vira bergeser dua langkah ke kanan agar Jeongmin bisa membuka lokernya. Laki-laki bermata sipit dan menjadi segaris setiap ia tersenyum ini sebenarnya berniat untuk mengambil salah satu cermin yang ia simpan di loker karena takut disita pihak kesiswaan yang kadang-kadang melakukan razia, menggeledah tas siswa tanpa pemberitahuan.
Benda pertama yang mencuri perhatiannya adalah sepucuk surat berwarna merah yang terletak paling atas. Belakangan ini, ia memang sering mendapatkan surat misterius berisi ucapan semangat dan pujian yang ia yakini berasal dari satu orang, melihat dari tulisan tangan yang serupa. Sepertinya ... ia tahu siapa pengirimnya sekarang.
BAM!
Suara hempasan itu berhasil membuat Vira yang masih belum beranjak dari tempatnya terperanjat. Jeongmin meraih pergelangan gadis itu yang tengah menggenggam kado kecil sebesar telapak tangannya.
"No Vira, kau pengirimnya?" tanya Jeongmin tak ingin basa-basi.
Kali ini Vira memberanikan diri untuk menatap mata laki-laki yang sering hadir dalam mimpi-mimpi terindahnya. "Kau benar, Jeongmin-ssi." Ia kemudian menyodorkan kotak kado dalam genggamannya. "Kuharap kau tak keberatan menerimanya."
Jeongmin menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa gatal. "Bisa kita bicara sebentar?"
Ajakan yang terdengar menyenangkan itu tentu tak akan ditolak Vira. Ia lalu mengekor langkah Jeongmin menuju halaman sekolah yang dipenuhi pohon sakura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody
FanfictionNo Vira sedang berusaha menghapus perasaannya yang bertepuk sebelah tangan kepada Lee Jeongmin, teman sekelasnya, yang menolak cintanya bahkan sebelum gadis ini mengungkapkan perasaannya sendiri karena pemuda itu merasa tak nyaman dengan keberadaann...