Happy Reading!!!
Mark masuki kamarnya yang memiliki warna dominan hitam itu. Menggantung tas yang ia bawa di gantungan samping meja belajarnya. Mark berjalan mendekati ranjang dengan ukuran king size yang lagi-lagi memiliki warna dominan hitam. Sepertinya Mark ini penggila warna hitam. Mark menghempaskan tubuhnya di kasur itu dan memandangi langit-langit kamarnya. Mark rasa ini pertama kalinya ia merasakan sangat lelah sepulang sekolah. Terlebih karena kelakuan teman-teman barunya.
Tunggu.
Teman?
Apa Mark bisa memanggilnya mereka seperti itu?
Iya. Mark bisa! Taman barunya yang memiliki warna sedikit gelap itulah yang bilang mereka adalah teman sekarang. Siapa namanya? Haechan.
Merk tidak pernah punya teman sebelumnya. Selama tinggal di Canada, tidak ada anak yang berani mendekatinya. Mark pikir mungkin karena sifatnya yang terlalu cuek dan dingin. Dan hal itu membuat anak-anak di sekolahnya dulu merasa segan berteman dengannya. Karena Mark juga akan selalu mendorong mereka menjauh.
Tapi di sekolah barunya sekarang. Mark sedikit merasa senang. Teman-teman barunya itulah yang berusaha mendekatinya. Sekuat apapun Mark mendorong mereka, tetapi mereka tidak berbalik menjauhinya, malahan mendorong mereka agar menjadi dekat.
Mari lupakan bebetapa hal untuk sejenak. Mark rasa tidak apa untuk tertidur sebentar. Masih ada beberapa jam lagi sampai jadwal les yang biasa Mark ikuti.
Di saat Mark hampir menyelami dunia mimpinya, Mark di kejutkan dengan suara pintu kamarnya yang terbuka. Mark refleks segera bangun dan memijat kepalanya yang terasa pusing karena bangun tiba-tiba. Ternyata orang yang memasuki kamarnya adalah ayahnya.
"Bagaimana sekolah mu?" tanya ayah Mark. Tuan Mahendra.
"Baik ayah. Sistem belajarnya efesien dan guru yang mengajar datang tepat waktu." jawab Mark hati-hati, karena Mark harus memberikan jawaban yang sesuai dengan apa yang Tuan Mahendra inginkan.
"Baguslah. Tidak sia-sia membayarmu sekolah di sana"
"Dan ini semua jadwal harianmu. Aku juga sudah menambah jadwal 2 les baru di waktu luang mu Mark. Kamu harus membuat usahaku memasukkanmu ke NEO menjadi tidak sia-sia. Aku tak mau tau. Kau harus menjadi yang pertama di sekolah itu!!!" Tuan Mahendra menyerahkan selembar kertas yang ia bawa pada Mark. Merasa urusannya dengan Mark telah selesai, Tuan Mahendra segera keluar dari kamar Mark. Tuan Mahendra harus kembali ke Rumah Sakit karena masih banyak pasien yang menunggunya.
Mark meandangi kertas itu. Melihat jadwal harian yang di buat ayahnya. Baru melihatnya pun Mark sudah merasa lelah. Jadwal itu isinya waktu sekolah Mark yang berlangsung sampai sore dan langsung di sambung dengan les. Memiliki waktu jeda 2 jam yang Mark pikir hanya cukup untuk perjalanan pulang, mandi, dan makan malam. Setelahnya dilanjutkan les di rumah yang menghabiskan waktu sampai hampir tengah malam. Bagaimana jika Mark memiliki tugas nantinya? Apakah ada waktu tidur untuknya?
Mark tidak habis pikir dengan ayahnya. Apa ini memang yang terbaik untuknya? Tapi Mark merasa semakin hari ia semakin sulit bernafas.
Sekarang lupakan tentang teman. Waktu untuk tidur saja terasa sulit. Apalagi waktu untuk berteman.
Baiklah. Lebih baik sekarang Mark tidur sebentar karena besok Mark tidak tau apakah dia masih bisa tidur atau tidak.
Keluarga Huang sekarang sedang makan malam. Hanya terdengar suara alat makan yang beradu dengan piring. Sampai suara sang tuan rumah, Taun Huang memecahkan keheningan.
"Kamu tau sayang? aku sangat bangga dengan Winwin. Baru beberapa hari lalu aku memberinya bahan materi untuk proyek itu. Dan kemarin dia membawakan bahan materinya dengan sangat baik. Dan membuatku lebih bangga lagi Winwin memenangkan tander itu." Tuan Huang memberitahu istrinya dengan semangat.
Nyonya Huang hanya tersenyum menanggapi sang suami. Sesekali ia juga memandang putra bungsunya Renjun untuk melihat reaksi anak tersebut. Nyonya Huang jelas tau pembahasan ini adalah hal yang tidak di sukai oleh Renjun. Dan itu terlihat dari reaksi Renjun yang berhenti memakan makanannya.
Nyonya Huang tidak terlalu menganggapi sang suami agar pembicaraan yang membuat Renjun kurang nyaman ini cepat selesai. Tatapi seakan tidak puas, Tuan Huang tetap membanggakan anak yang bernama Winwin itu.
"Tidak salah aku memilih Winwin. Lihat!sekarang saja ia sudah sesukses ini." anak yang bernama Winwin itu juga hanya tersenyum menanggapi ayahnya. Rasanya kurang nyaman membahas hal ini saat di meja makan.
Renjun mengeratkan gengamannya pada alat makan yang digunakannya. Telinganya seolah panas mendengar semua kalimat yang di keluarkan Tuan Huang.
"Aku sudah sangat yakin masa depan Winwin pasti sangat cerah nantinya. Tidak seperti anak yang taunya hanya menggambar saja. Mau jadi apalah ia di masa depan"
TING!
Suara kerasnya alat makan yang di hasilkan oleh Renjun mengambil alih atensi semua orang di meja makan. Kesabaran Renjun telah habis.
"Aku selesai" Renjun berdiri. Meningalkan makan malamnya yang bahkan tidak termakan separuhnya.
Sebelumnya Renjun menatap Winwin, orang yang selalu menjadi objek perbandingan dia oleh ayahnya dengan tajam. Winwin adalah orang yang paling Renjun benci di keluarga ini. Seandainya Winwin tidak ada di keluarga ini, mungkin ayahnya tidak akan berlaku seperti itu padanya pikir Renjun.
Winwin menatap Renjun balik dengan sendu. Tidak ada yang bisa Winwin lakukan untuk menghantikan kebancian adik kecilnya. Winwin juga sebenarnya tidak ingin membuat Renjun dalam situasi seperti ini. Seandainya dapat memutar waktu. Winwin akan menolak untuk diadopsi keluarga Huang dan mengambil semua perhatian Tuan Huang, bukanlah dengan begitu Renjun tidak akan mrmbencinya.
Kenyataannya benar, Winwin bukanlah bagian keluarga Huang. Winwin adalah anak yang di adopsi keluarga Huang sebagai pemancing agar nyonya Huang dapat hamil. Dan itu menjadi kenyataan. 2 tahun setelah mengadopsi Winwin, Nyonya Huang hamil Renjun.
Kehadiran Renjun menjadi kebahagiaan tersendiri bagi keluarga Huang saat itu. Sampai usia Renjun menginjak usia sekolah, Renjun selalu enggan jika di suruh belajar. Renjun hanya memiliki ketertarikan dengan waran-warni cat dan aneka kuas serta media lukis. Membuat Tuan Huang kerap kali memarahi Renjun.
Tuan Huang sedikit bersyukur memiliki Winwin. Anak itu sangat cerdas dan sering menerima prestasi di sekolahnya. Tuan Huang selalu membawa Winwin jika sedang menghadiri acara-acara besar untuk membaganggakan anaknya itu.
Awalnya Renjun memaklumi hal itu. Mungkin ayahnya ingin anak yang bisa di banggakan di hadapan teman-teman bisnisnya. Tapi semakin hari Tuan Huang selalu membandingkan Renjun dengan Winwin. Semenjak itulah Renjun mulai membenci Winwin. Terlebih setelah Renjun tau bahwa Winwin bukan kakak kandungnya atau bukan bagian Huang kebencian Renjun pada Winwin semakin besar.
Renjun tidak peduli dengan suara lembut ibunya, bahkan juga dengan suara keras ayahnya yang menyuruhnya menghabiskan makan malamnya. Terserah jika ayahnya akan marah sekalipun Renjun tidak peduli.
Renjun memasuki kamarnya dan membanting pintu dengan keras.
To Be Continue...
Batulicin
29 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW || NCT Dream
Random7 warna yang di satukan untuk membuat keindahan yang menakjubkan... 7 orang yang punya sifat dan karakter yang berbeda disatukan untuk saling menguatkan...