0.2

1.4K 62 7
                                    

Jam 9 malam, Jisung datang kerumah buyut nya, sang nenek sangat gembira kala melihat kedatangan cicit nya, dengan cepat menyambut kedatangan Jisung, memeluk nya sayang. "Sudah makan?" Tanya nenek lembut, Jisung ingin menjawab, tapi keburu di tarik langsung oleh sang nenek, Jisung sempat bertemu pandang dengan sang kakek, tapi keburu Jisung menghentikan tautan tatapan mereka.

***

Berada di ruang tamu di rumah kakek  neneknya, Jisung hanya duduk termenung, Sekarang sudah jam 11 malam, Jisung pun juga sudah makan setelah dipaksa oleh neneknya, sang kakek buyut(?) Yang selama ini memang memantau Jisung juga tau bahwa Jisung memang sedang memikirkan sesuatu.
"Apa yang menggangu pikiran mu?" Jisung diam, dia tatap kakek buyutnya tak suka, beri muka julid, dan memilih tak menjawab pertanyaan sang kakek, "Selalu saja begitu, sekian tahun kau makin tak menghormati ku" kata sang kakek buyut jengkel "Kau durhaka dengan yang tua" kata sang kakek, Jisung tatap sang kakek tajam, "Kakek durhaka pada pada anak dan cucu mu" jawab Jisung langsung melenggang pergi ke lantai atas, meninggalkan sang kakek di lantai bawah sendirian terdiam merenung. Sang nenek yang melihat interaksi suami dan cicit nya merasa sangat sedih, sang nenek tau apa yang terjadi pada Jisung, tapi ia tak bisa apa apa, cuma bisa menangis dalam diam.

...

Jam 3 subuh Jisung baru kembali kerumahnya, ia tahu Appa nya akan bermain lama jadi ia terpaksa menunggu di rumah sang kakek, tersiksa sekali rasanya, pikirkan kemana mana, membayangkan sang eomma digagahi oleh appanya, sial harusnya ia saja yang begitu.
Masuk perlahan ke kamar sang Papa, bau sperma langsung tercium disana, seketika Jisung langsung tersulut emosi, ia dekati sang papa yang terlelap di ranjang, hanya bagian bawah Haechan yang tertutup selimut, atasnya tidak, bisa ia lihat, bercak merah disana sangat lah banyak, Jisung ingin sekali mengamuk sekarang, dia terbakar amarah dan Api cemburu, tapi ia sedikit bersyukur setidaknya Appa nya tak seperti dulu yang suka main kasar, hingga Jisung kecil dulu sering sekali menemukan bekas cambukan, pukulan, dan siksaan lainnya di badan sang eomma.
Dengan perlahan Jisung tarik selimut agar menutupi seluruh badan Haechan kecuali kepala, Jisung usap sayang rambut Haechan, ia kecup lembut dahi Haechan, turun pada bibir Haechan, kecup perlahan, dan pergi meninggalkan kamar menutup pintu perlahan.

...

"Jisung kau sibuk?" Jisung menggeleng atas pertanyaan yang di berikan Jimin, Jimin mengangguk, "Kalau begitu ikuti Appa" Jimin melangkah lebih dulu di ikuti oleh Jisung di belakangnya.

Keduanya sampai di depan taman rumah, saling berdiri dekat sama menghadap depan, Jimin rangkul bahu Jisung, ia usap pundak Jisung lembut, "maafkan Appa, apa dorongan yang Appa berikan membuat mu sakit?" Jisung dengar, ada nada penyesalan disana, "Tidak sakit" Jawab Jisung, Jimin mengangguk, "Maaf ya, Appa kelepasan kemarin, pengaruh dari alkohol membuat Appa seperti itu. Kau tau Jisung Appa sangat menyayangi mu, jadi bagaimana pun Appa tak akan bisa menyakiti, kau anak ku, anak ku satu satunya" Jisung anggukan kepala, ia sudah tau itu, Jimin memang tak akan bisa menyakiti nya, "Aku tau, tapi... Apa Appa juga sayang Papa?"
Hening melanda keduanya, Jisung menunggu jawaban dari Jimin, sedangkan Jimin, ia nampak seperti memikirkan hal lain, "haha, ya jelas saja, dia kan ibu mu" Jimin tertawa menepuk nepuk bahu Jisung seolah Jimin sedang menertawakan lelucon terbaik sepanjang hidupnya, Wajah Jisung mengkerut, 'jawaban macam apa itu?' tanya nya dalam hati, dalam hati Jisung mengasihani dirinya sendiri,sudah memiliki Appa yang brengsek, aneh pula, "Jisung kau sungguh malang" kata Jisung dalam hati.

"Appa, aku ingin mengajak Papa untuk kelu-" "Tidak" Jimin langsung menghentikan tawanya kala mengetahui pertanyaan Jisung mengarah kemana, Wajah nya berubah jadi datar saat menyela pertanyaan Jisung, "Tapi kakek dan nenek pasti merindukan Papa, Pasti Papa merindukan rumah nya yang dulu" Bela Jisung, Jimin tarik kerah baju Jisung, Jimin tarik itu mendekat, Jisung jadi tertunduk akibat itu, "Kalau kata ku tidak ya tidak, Rumah papa mu itu disini, bukan di sana lagi" Jimin dorong badan Jisung sedikit kasar, Sempat Jisung terhuyung ke belakang, Jimin sudah melenggang pergi, Jisung stabilkan pijakan nya agar tak terjatuh, "Tapi Kenapa?!" Teriak Jisung "Jaga nada bicaramu, ingat Papa mu itu punya gangguan mental, aku tidak bisa melepaskan begitu saja" Jawab Jimin pergi sudah jauh, "Aku bisa menjaga Eomma, Lagian... Yang punya gangguan Mental itu Appa bukan Eomma!!" Teriak Jisung, Jimin dengar, tapi ia tak menggubris nya, malah melenggang pergi memasuki rumah, meninggalkan Jisung dengan amarahnya. "Jimin, Jimin brengsek, Orang tua posesif sialan!!" Umpat Jisung

[FIGHT WITH DESTINY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang