-
"Aera sayang jangan lari lari."
"Papaa aku mau ituuu."
"Jangan makan itu, nanti kamu batuk."
"Aku mau nya itu HUAAAAA."
Wonwoo mengalah. Ia membawa si kecil ke dalam gendongan nya. Wonwoo masuk ke mobil
bersama dengan Jeon Aera. Di dalam mobil Aera
masih menangis kencang. Suaranya mengisi keheningan mobil yang hening. Wonwoo kebingungan, ia sedikit frustasi menghadapi si kecil yang terus merengek."Sudah Aeraa, nanti kamu batuk lo kalo makan itu." tegur Wonwoo halus. Namun bukan nya diam, Aera malah semakin mengencangkan tangisnya.
"Jeon Aera, dengerin papa." kali ini Wonwoo sedikit menegaskan suaranya. Lagi lagi tangisan itu bertambah kencang seiring nafasnya yang naik turun tak beraturan. Bukannya berhenti Aera
malah semakin menjadi. Tidak biasanya Aera sampai menangis kencang seperti ini.Wonwoo mengambil nafas sejenak. Dengan perlahan ia meraih tubuh mungil itu. Didekapnya perlahan sambil menepuk pelan punggung kecil
itu. Tangisan itu perlahan berhenti, menyisakan
sesenggukan kecil. Wonwoo mengusap kedua ma
ta Aera lembut. Ia mengelus pipi tembam itu sambil tersenyum."Dengerin papa. Kamu kan baru sembuh, nanti
kalo makan gulali sakitnya dateng lagi.""Nanti papa bawa ke rumah sakit terus disuntik lagi mau nggak?"
Wonwoo berucap sesekali terkikik pelan agar Aera di gendongannya terhibur. Gadis kecil itu
kemudian tersenyum lebar. Pipinya mengembang
di bagian atas. Lesungan kecil tersirat di antara
senyuman lebar tersebut.Wonwoo sekuat tenaga menggertak giginya, menahan kegemasan itu. Ia membordir wajah Aeradengan kecupan ganas yang membuat empunyaterkikik geli. Wonwoo menyerangnya cukup kuat. Kini Aera bersandar pada Wonwoo yang sedang menyetir. Ia cukup kelelahan menerima perlakuan Wonwoo yang tak tanggung tanggung itu.
"Aku capek pa."
"Muka ku geli."
Monolog Aera. Gadis kecil itu masih meringkuk di
pangkuan Wonwoo sambil sesekali menekan perut ayahnya selama perjalanan. Perut Wonwoo kini menjadi sasaran empuk tangan jahil Aera. Bukankah karma itu nyata?••••
Sampai di rumah, Wonwoo menggendong Aera masuk. Si kecil masih nyaman berada di gendongan ayahnya sampai enggan melepaskan tubuhnya dari lengan kekar Wonwoo. Sesekali kaki kecil itu mencoba mengeratkan tumpuannya di pinggang Wonwoo. Usaha Aera akhirnya gagal karena Wonwoo menidurkannya di kasur perlahan.
"Nanti, papa ganti dulu."
Tak butuh waktu lama, Wonwoo berganti setelan
rumah. Kaos hitam serta celana pendek selutut
terlihat pas di tubuhnya. Ototnya tercetak jelas di
antara kaos oversized yang dikenakannya. Rambutnya disisir ke belakang, menambah kadar ketampanannya. Aera yang masih berbaring menghadap Wonwoo kini berbalik depan."Hiiiitam." ucap balita tersebut dengan nada imut. Ia mengatakan itu sambil tersenyum menunjjuk nunjjuk kaos yang Wonwoo kenakan.
Wonwoo menggertak lagi. Ia tidak kuat dengan kegemasan anak kecilnya. Lagi lagi ia menahan
hasratnya untuk tidak menerjang tubuh itu denga
n ciumannya. Hari sudah semakin sore, waktunya
Aera untuk mandi."Mandi yuk." ajak Wonwoo
"HAYUKKK PAAA." Balas Aera semangat. Kedua
tangannya direntangkan minta digendong. Wonwoo mengangkat tubuh kecil tersebut ke da-
lam pelukannya.Saat mandi, Aera tak henti hentinya menyiram tubuh Wonwoo dengan air hingga tubuhnya
basah. Wonwoo terpaksa membuka kaosnya agar ia tak kedinginan nantinya. Tubuh bagian atasnya terekspos bebas. Tetesan air mengalir di dada bidangnya. Ia dengan cekatan menahan tangan Aera yang tak berhenti menyipratkan air ke tubuhnya.Menit pun berlalu. Wonwoo dan Aera kini sudah
selesai mandi. Ia menggendong Aera yang
berbalut handuk mirip seperti kepompong. Pria mirip rubah itu kelelahan setelah memandikan anak rubahnya. Tenaganya kalah dengan anaknya sendiri. Wonwoo berbaring tanpa atasan setelah sebelumnya mengganti celananya yang basah."Kamu nggak capek?" tanya Wonwoo sambil mengeringkan tubuh Aera. Sesekali ia mencuri kecupan di tubuh Aera. Balita itu terkikik geli, Aeramemberi tatapan terimutnya pada Wonwoo. Tatapan rubah khas Aera.
Wonwoo mengerang, Aera memberikan senyum evilnya. Ia kemudian menyerang Aera dengan menggelitik perutnya. Tawa khas Jeon Aera memenuhi kamar Wonwoo. Tak hanya menggelitik, Wonwoo juga mulai menciumi seluruh tubuh Aera. Ia berhenti setelah mendaratkan kecupan terakhirnya di perut Aera.
"Udaaah lesaiii pa."
"Iya. Habis ini makan ya?"
Ia menggesek hidungnya dengan hidung Aera la
lu mengecup bibir mungil itu. Bibir tipis merona persis seperti bibir Wonwoo. Ia berpikir Aera ada
lah copyan darinya. Semua yang ada di Wonwoo
menurun ke Aera. Mulai dari bibir, mata, hidung
serta kelakuannya mirip Wonwoo. Benar benar
terlalu mirip.Wonwoo mengambil ponselnya sejenak. Ia mem
buka aplikasi pesan. Terlihat di pop up nya, seseorang telah mengiriminya sebuah pesan. Ia tersenyum tipis setelah membaca pesan tersebut.Sana
Won, Aera gimana?
Udah mandi?Udah dong
Udah makan?
Kamu gimana? Capek yaAku gak papa
Si kecil aktif banget hari iniHeheehe aktif banget dianya
Mesti capekGak lah. Cium pipinya aja udah
bikin semangat akuIyain deh
Kamu pulang kapan?
Aku kangen
Pengen ngelakuin itu sama kamuSabar nu aku besok pulang
Mama udah sembuhWah syukurlah
Besok aku jemput ya di bandaraJam 7 pagi aku dari sana
Paling jam 9 nan aku nyampeOke
Safe flight ya mahIya pahh, makasii
Malem Wonu😘Malem istriku
Wonwoo tersenyum. Ia jadi tak sabar menanti hari esok. Bertemu dengan sang istri yang sudah
lama ia rindukan. Jarak hanyalah sebatas angka
yang tak akan pernah bisa memisahkan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta. Dan malam itu dihabiskan duo Jeon dengan tidur bergelung selimut.
••••