~Aku mungkin egois, tapi aku juga ingin memperjuangkan kisahku~
***
"Inza!" Panggil seseorang di belakang Inza. Ia pun menoleh dan mendapati kating nya yakni Fadhil tengah berlari menghampirinya.
Inza tiba-tiba teringat lagi kejadian tempo hari saat ia meninggalkan Fadhil sendiri di panti. Ia merasa bersalah sekarang.
"Emm, kak Fadhil. Ada apa kak?" Tanya Inza ragu-ragu.
"Gapapa, gimana kemaren? Dianterin sampe rumah dengan aman ngga sama orang di panti?" Tanya Fadhil mencoba memastikan.
Inza tersenyum dan berniat ingin meminta maaf karena telah meninggalkannya kemarin.
"Alhamdulillah, dianterin sampe rumah dengan selamat. Em, maafin Inza juga ya, udah ninggalin kak Fadhil." Ucap Inza akhirnya.
Fadhil tersenyum merespon Inza. Sebenarnya, ia telah lama menyimpan rasa pada Inza. Tepat nya sejak masa orientasi maba.
"Iya, gue ngerti. Lo ada urusan sama dia. Tapi gue penasaran, dia siapa sih? Udah lama kenal?" Tanya Fadhil penasaran.
Inza bingung harus menjawab apa, karena dia sendiri baru mengenal Dharma kemarin saat mendatangi panti.
"Kita teman SMP dulu" tiba-tiba, suara seorang lelaki lain muncul dan nampak lelaki yang tak begitu asing di mata Inza. Lelaki yang ia sukai, namun dipisah oleh dinding perbedaan.
Fadhil ikut menoleh ke arah pandangan Inza. Ia menemukan kembali lelaki yang tempo hari memaksa mengantar Inza pulang.
"Lah? Elo ngapain disini lagi?" Tanya Fadhil yang tak digubris oleh Dharma, lelaki yang tiba-tiba mengaku sebagai teman SMP Inza.
"Inza? Saya ketemu sama ibu kamu di panti. Terus saya di suruh bawa kamu pulang sekarang." Ucap Fadhil.
Inza masih terdiam. Ia bingung, untuk apa ibunya menyuruh Dharma? Dan kenapa Dharma yang disuruh?
"Lah ta-"
"Tunggu" Cegah Fadhil.
Dharma menoleh kearah Fadhil dengan ekspresi wajah seolah-olah berkata 'ada apa?'
"Dari kemaren, lo selalu ngejelasin diri lo sendiri. Inza ngga bales ucapan lo" Ucap Fadhil tak mau mengalah.
"Apa jangan-jangan, cuma lo yang pura-pura?" Tebak Fadhil.
Dharma melirik Inza sekilas, lalu beralih menatap Fadhil.
"Saya bilang saya teman Inza waktu SMP, untuk menjawab pertanyaan anda pada Inza agar lebih jelas." Jawab Dharma.
"Apa itu salah, Inza?" Tanya Dharma balik kepada Inza. Inza awalnya bingung. Namun, karena ia tidak mau ambil pusing ia mengangguk pertanda bahwa Dharma benar.
"Lalu, apa maksud anda saya berpura-pura?" Tanya Dharma sekali lagi pada Fadhil.
Fadhil hanya bisa diam. Karena Inza sendiri mengiyakan perkataan Dharma.
"Kalau begitu, saya ambil Inza dulu ya?" Ucap Dharma dengan nada penuh kemenangan.
Ia pergi dari sana dan disusul Inza mengekor di belakangnya.
"Maaf ya, kak. Assalamualaikum" Ucap Inza sebelum ia pergi mengikuti Dharma.
***
Inza masih diam. Ia sekarang ada di dalam mobil bersama dengan Dharma. Ia bingung harus mulai percakapan dari mana.
"Dharma, emang bener kamu temen SMP aku?" Tanya Inza pada akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARAM DAN LADA
Romancekukira kita garam dan lada ternyata kita islam dan buddha :) Aku memang mencintaimu. Namun, takkan ku rebut engkau dari tuhanmu. ~Dharma. Kalau begitu, akan kujemput dirimu dengan kekuatan do'a ku ~ Inza. dua insan yang saling mencintai, namun...