Satu

4.7K 292 15
                                    


"Papa sama Mama terpaksa harus menjodohkan kamu..."

Junghwan menutup mata untuk mengusir suara yang dari tadi terus-terusan berdengung di telinganya. Berusaha masuk lebih jauh kedalam lantai dansa di sebuah klub ternama langganannya, berharap musik kencang yang diputar bisa menggantikan suara-suara di kepalanya.

"Maafin Papa sama Mama...."

"Cuma kamu satu-satunya harapan kita..."

Nggak mungkin! Teriak Junghwan dalam diam. Dia tidak mungkin dijodohkan. Keadaan ini terlalu tidak masuk akal baginya. Junghwan tidak mungkin berakhir dengan takdir seperti ini.

"Perusahaan kita collapse... cuma ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan semuanya, keluarga kita, aset, karyawan kita, masa depan kamu..."

Junghwan semakin gila, meliuk di tengah keramaian lantai dansa, tidak peduli dengan tangan-tangan menyentuhnya disana-sini bahkan tubuh orang lain yang berusaha menjamahnya. Dia tidak peduli... Dia mau melupakan semua pembicaraannya hari ini dengan orang tuanya. Walaupun belasan gelas alcohol yang sudah dia minum sekarang membuat seluruh sel di tubuhnya mati rasa. Dia tidak peduli...

"Tolong Papa sama Mama, kali ini aja... tolong kita ..."

Lagi-lagi Junghwan merasakan sapasang tangan di tubuhnya, kali ini tangan itu melingkar sempurna di pinggangnya, menariknya, berusaha membawanya entah kemana. Tapi Junghwan sudah terlalu mabuk untuk peduli atau mungkin sekedar berusaha tidak peduli.

"...Menikahlah dengan pewaris keluarga Watanabe..."

Kepala Junghwan terasa berdenyut sekarang, dia harus duduk, rasanya terlalu pusing. Di tengah-tengah keadaannya yang sudah setengah sadar Junghwan merosot ke lantai, meletakkan kepala diantara kedua telapak tangannya dan menutup mata.

Anehnya... sakit kepalanya justru semakin menjadi-jadi. Junghwan rasanya hampir pingsan ketika merasakan tangan seseorang mengusap punggungnya dengan gerakan lambat, berusaha melingkarkan tangannya pada sesuatu.

"Kita pulang dulu ya..."

Itu adalah suara terakhir yang dia dengar, entah berasal dari kepalanya atau bukan, Junghwan tidak peduli... dia cuma mau tidur sekarang. Berharap semua peristiwa hari ini adalah mimpi buruk saat bangun nanti.










--

Hai, aku lagi with another haruhwan ^^


COLLIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang