Dua

3K 309 39
                                    


Kepala Junghwan masih berdenyut ketika dia membuka matanya kembali. Dia tidak tahu kalau dia sudah tidak berada di klub yang dia datangi semalam. Dia perhatikan sekelilingnya untuk mencoba menebak keberadaannya. Ruangan ini terlihat terang dan remang secara bersamaan, remang karena hanya lampu tidur yang dinyalakan, terang karena sinar matahari masuk melalui jendela besar yang terbentang di hadapannya.

Kepalanya serasa mau pecah dan mulutnya terasa kering, mungkin efek samping terlalu banyak minum alkohol. Sekali lagi dia perhatikan ruangan ini sebelum memposisikan diri dalam keadaan duduk.

Sepertinya dia di kamar sebuah rumah, bukan hotel, terlihat dengan koleksi action figure dan beberapa pernik hiasan kupu-kupu, ada set sofa dengan TV plasma super besar menempel di dinding depan tempat tidur berukuran king, ada set meja kerja yang sepertinya terbuat dari kayu antik, sebuah laptop terbuka di atasnya.

Junghwan menyingkap selimutnya bermaksud untuk berdiri dan memeriksa laptop di atas meja, berharap menemukan identitas pemilik kamar, tapi kemudian tersentak saat melihat bahwa dia tidak menggunakan apa-apa dibawah selimut selain underwearnya.

Buru-buru dia tarik selimutnya lagi untuk menutup tubuhnya. dengan panik dia perhatikan tempat tidur yang dia tiduri, ada dua bantal dan dua guling disitu, satu guling berada di satu sisi tempat tidur, satunya lagi jatuh kebawah, dua bantal yang jelas-jelas terlihat tidak rapi karena habis ditiduri, satu olehnya dan satu lagi oleh orang lain.

Makin panik, Junghwan berusaha mengingat-ingat apa yang sudah dia lakukan sampai bisa berakhir disini dalam keadaan ini. Tapi otaknya hanya bisa mengingat suara musik keras dan juga teriakan DJ di tengah klub dengan lampu gemerlapan dan bergelas-gelas alcohol.

Ya tuhan.... kamar siapa ini?

Sebuah suara tiba-tiba menyadarkan Junghwan dari pikirannya. Ada suara shower yang sedang menyala. Itu berarti dia tidak sendirian sekarang. Ada orang lain di kamar ini!

Damn it, Junghwan! What have you done! Junghwan berteriak di kepala, menoleh kanan kiri berusaha mencari solusi yang tidak kunjung muncul.

Calm down, Junghwan... tenang, cari baju lo dan kabur dari sini! Batin Junghwan mencoba menenangkan rasa panik yang semakin memuncak.

Perlahan-lahan Junghwan bangun dari tempat tidur dan tanpa menghiraukan tubuhnya yang hampir sepenuhnya telanjang dia mulai mengelilingi ruangan untuk mencari bajunya. Dia menemukan jaketnya di bawah sofa, kemudian kausnya dilengan sofa. dia segera memakai keduanya sebelum lanjut mencari jinsnya, jangan lupakan sepatu juga, tidak mungkin dia lari telanjang kaki.

Matanya menangkap sepatunya di sofa paling ujung dekat pintu, segera dia lari kearah sepatunya dan sadar bahwa ada sepasang sepatu pria lain yang tergeletak sembarangan di dekat sepatunya. Junghwan harus menutup mulutnya agar tidak berteriak. Bukan karena dia melihat sepatu laki-laki lain, tapi karena sepatu ini mengonfirmasi kecurigaannya bahwa dia betul-betul having sex dengan orang yang bahkan tidak dia kenal!

Belum hilang rasa terkejutnya ketika suara shower dimatikan terdengar, dan saat itu dia sadar bahwa dia belum menemukan jinsnya. Buru-buru dia berlarian sambil menatap seluruh ruangan untuk menemukan jinsnya yang ternyata tergeletak mengenaskan dibawah meja kerja kayu antik tadi. Buru-buru dia sabet jinsnya sambil merutuki diri kemudian berjalan sambil memakai jins itu ketika dia mendengar pintu kamar mandi dibuka.

"Buru-buru, mau kemana?" tanya sebuah suara berat.

Junghwan tersentak dan langsung memutar tubuhnya, hampir tersandung jinsnya sendiri karena belum sempurna terpakai, dan segera setelah dia berhasil menghadap si pemilik suara, Junghwan harus menahan teriakkannya dan menarik napas dalam.

Dihadapannya adalah dada dan perut paling sexy yang pernah dia lihat sepanjang hidupnya. perlahan matanya naik keatas untuk menatap pemilik tubuh itu dan tubuhnya terasa panas entah kenapa, kalau saja tangannya tidak berpeganggan pada sandaran sofa mungkin sekarang dia sudah merosot ke lantai.

Pemilik dada dan perut sexy itu ternyata juga pemilik paras rupawan dengan garis-garis rahang kuat dan mata tajam dari orang yang sedang dia rutuki selama ini. Orang yang sangat tidak ingin dia temui.

"Saya ... harus... pergi." jawab Junghwan gugup karena orang dihadapannya menatapnya terlalu tajam.

"Ini hari minggu, Kamu nggak harus pergi kemana-mana, kan?" tanya laki-laki itu sambil melangkah mendekatinya dengan hanya handuk putih yang melingkar rendah di pinggulnya, "Disini aja dulu, sekalian ngilangin pusing kamu." lanjutnya

Junghwan hanya bisa menatap wajah laki-laki itu sambil memegangi jins yang baru menggantung di pahanya tanpa bergerak. Otaknya seperti beku dan tanpa disangka-sangka laki-laki itu melangkah semakin dekat kemudian tersenyum sebelum melepaskan cengkraman Junghwan pada jinsnya, dengan tanpa melepaskan tatapnya lelaki itu menaikkan jins Junghwan sampai ke pinggul, menarik resletingnya hingga tertutup rapat, dan menautkan kancingnya.

"Kamu tahu siapa Saya, kan?" tanyanya.

Junghwan menatapnya terkejut, otaknya yang beku seperti mengirim alarm peringatan yang membuat Junghwan mendorong tangan kekar si laki-laki dan mundur beberapa langkah, memberi jarak lebih antara dirinya dan laki-laki itu.

Mata laki-laki itu menggelap, seakan-akan tidak suka tindakkan Junghwan yang berusaha menjauh darinya.

"Junghwan, kamu tahukan siapa Saya?" tanyanya lagi, kali ini lebih tegas dan menuntut.

"Watanabe Haruto?" Ucap Junghwan pelan dan tak pasti, dia masih ingin semua ini adalah mimpi.

Laki-laki didepannya menyeringai, terlihat puas dengan cicitan Junghwan.

"Betul, Watanabe Haruto, calon suami kamu."

COLLIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang