1

14 0 0
                                    

"PLAK"
Reflek Nara memegang pipinya yang memanas akibat tamparan sang ibu.
Untuk Nara ini sudah biasa dan masih biasa Karna biasanya, Ibunya akan melakukan lebih dari tamparan.

"GILA YA KAMU, Tengah malam begini baru pulang,mau jadi apa kamu, Hah?!!" Bentak Rina sang ibu.

"Yang jelas! Aku  ngga jadi pelacur kaya ibu!" Jawab Nara masih dengan menahan emosinya.

"APA MAKSUD KAMU NGATAIN SAYA PELACUR!?, SAYA TIDAK PERNAH NGAJARIN KAMU TIDAK SOPAN KEPADA ORANG TUA!"

"Ibu emang ga pernah ngajarin anaknya untuk ga sopan sama orang tua, tapi ibu juga ga pernah ngajarin anaknya sopan santun sama orang tua!
Dapat apa aku selama ini dari ibu?! Jangankan didikan, uang aja aku cari sendiri Bu! Cuma Ilona yang ibu bangga-banggain, cuma Ilona yang ibu sayang, cuma Ilona yang ibu anggap anak!" Ucap Nara ta tahan dengan perlakuan ibunya, sudah cukup selama ini dia diam dan sabar.

"PLAK"
Lagi lagi ibunya menamparnya karna geram dengan yang Nara ucapkan.

Nara menahan keras agar air matanya tidak lolos. Ia sangat benci ketika dirinya harus terlihat lemah di depan ibunya.
"Cuma kekerasan yang selalu aku dapat Bu!"

Rina pun semakin emosi dengan ucapan Nara.
Kemudian Rina menjambak rambut Nara dan menyeretnya ke dalam kamar mandi, lalu menguncinya.

"DASAR ANAK GA TAU DI UNTUNG, SIALAN!"

Nara meringis menahan sakit. Sakit fisiknya juga sakit hatinya karna ibunya yg selalu saja mengatai nya ta pernah menghargai dirinya sebagai putrinya, hanya Ilona adiknya yang selalu ibunya banggakan.

Nara ta ingin terlihat takut pada hukuman ibunya. Ia selalu berusaha untuk menentang ibunya. Tapi ibu tetaplah ibu sekasar apapun pada anaknya sejahat apapun pada anaknya ta sedikit pun mengurangi rasa sayang Nara kepada ibunya.
Walaupun lisannya selalu berkata bahwa ia benci ibunya.

Ini bukan pertama kalinya ibunya mengurungnya, kalau tidak di kamar mandi, ya di gudang atau di kamarnya sendiri.
Untunglah Nara selalu membawa kunci cadangan. ia menyatukan kunci kamar mandi, kunci gudang, kunci kamarnya, kunci rumahnya bahkan kunci pagarnya, supaya ia tetap bisa kabur dari hukuman ibunya.

Saat keadaan sudah terlihat sepi, ibunya sedang tertidur, dan Ilona? Ntah lah mungkin Ilona juga sudah tidur tengah malam begini, Nara memutuskan untuk keluar dari kamar mandi, karna sudah 2 jam ia diam di dalam kamar mandi. Tentu saja itu membuat nya pegal.
Kemudian Nara mengendap menuju kamarnya karna takut ibunya terbangun.

Saat di kamar Nara pun langsung merebahkan dirinya di kasur, sambil memeluk boneka beruang madu kesayangannya. Boneka itu adalah pemberian terahir dari ayahnya itulah sebabnya boneka itu menjadi boneka kesayangannya.

"Gila ya tu ibu-ibu. Kerjanya marah-marah mulu, kapan ya gue bisa di sayang kaya Ilona, di manjain, di elus elus kaya Ilona," perih ketika mengingat dirinya yang ta pernah di perlakukan halus oleh ibunya, selalu di bandingkan dengan Ilona.
Ia akui Ilona memang jauh lebih sempurna di banding dirinya tapi itu malah membuat Ilona semakin sombong.

"Gimana si en, rasanya di peluk ibu? Apa sehangat yang orang bilang?" Tanya nya pada NB(en-bi) itu adalah nama yang ia berikan kepada bonekanya.

"Kamu enak Nara, walaupun ibumu galak, tapi masih punya ibu. Daripada aku tida punya ibu sama sekali" ucap Nara dengan suara yang di cemprengkan, seolah itu adalah bonekanya yang menjawab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GANARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang