Tint.. Tint.. Tint..
Suara klakson motor berbunyi didepan rumah seorang Asya Catleena, Asya sudah tau siapa yang meng-klakson dan Asya sudah mempersiapkan jawabannya"Pagii Cantik, gimana kabarnyaa?"
"Baik kok kak"
"Asya, kata temen temen lo, lo jutek? Dari pertama ketemu gapernah tu gue liat lo jutek"
"Emm, kalo kata temen gue si gue jutek, tapi menurut gue ga juga"
"Halah, pasti cuma buat gue kan?"
"Apaansi kak" gatau kenapa gue blushing
"Udah ayo naik buruan, ntar telat temenin gue juga ke cafe"
"Iyaa kak ayo"
"Sya gue pamit mama lo boleh?"
"Ohh iya kak, bentar gue panggilin ya"
Didalam rumah
"Mahh, mau dipamitin kakel Asya"
"Iyaa bentar Sya, mama cuci tangan dulu"
☁️
"Ohh kamu kaka kelasnya Asya ya"
"Iya tante, saya izin bawa anaknya nanti waktu pulang sekolah ya te, saya izin milikin anaknya juga te"
"Astagaa, lucu banget kamu itu, boleh kok"
"Kakk"
Blushing banget muka gue gak ke-tolong, antara salting tapi takut gitu mama gabolehin
"Kak mau cafe manaa?"
"Yang biasanya Sya"
"Asya, gue serius lo mau ga jadi pacar gue? Gue ga maksa kok sya, kalo lo gamau gapapa"
"Emm.. mau kok kak, hehehe"
"SERIUSAN? SYA?"
"Iyaa kak"
Disekolah
📞 Guys cepet kumpul di lapangan gue punya berita penting
"Kak kita ga ke kelas?"
"Tunggu bentar ya cantik"
"Kenapa bro?" Ucap kompak ketiga sahabat Jaena
"Gue sekarang udah resmi punya pacar"
"Anjing, beneran lo??" Ucap kaget Daffa
"Nih orangnya" Jae mengangkat lengan Asya
"Kak malu gue, turunin" berusaha menurunkan genggaman tangan dari Jaena
Mata Pelajaran pertama dimulai
"Clarissa gue keknya mau pingsan aja deh"
"Lah lu kenapa Sya?"
"Gue jadian sama Kak Jaena"
"HAH GILA AJA LO"
"Seriusan gaboong"
Tanpa Asya sadari anak satu Kelas XI MIPA 6 mendengarkan percakapan mereka berdua, Andrew William seorang ketua kelas, dari tatapan matanya sudah terlihat bahwa ia cemburu oleh kakak kelas tersebut, ia mengumpulkan niatnya untuk menghadapi kakak kelasnya pada saat istirahat
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakel || Jaena Myles
Teen FictionJaena Myles, dia tidak terlalu peduli dengan kehidupan disekitarnya kecuali dengan sang bunda. Dia percaya bahwa dirinya ditakdirkan untuk dirinya sendiri, bahwa ia terlalu sempurna bagi perempuan-perempuan yang mengantri panjang hanya untuk menjadi...