Prolog

1.4K 250 18
                                    

Kilat cahaya sepersekian detik tampak mencekam dalam gelapnya malam beriringan dengan gemuruh yang menyusul setelahnya dibalut dengan lebatnya hujan yang turun sejak sejam yang lalu. Aku menatap lekat langit malam itu, duduk sambil memeluk kedua lutut diatas sebuah kursi kayu tua yang sudah kumiliki sejak sepuluh tahun terakhir.

Hai, namaku Azzura Hania Keylova, kerap kali disapa Azza.  Sekarang umurku sudah hampir menginjak usia 20 tahun dan kini tengah menempuh pendidikan di Universitan Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Disini aku sebagai anak rantau asal Sumatra, tepatnya di Kota Bengkulu. Aku anak bunsu dari dua bersaudara dan aku punya satu kakak laki-laki namanya Jevandra Erlangga, aku sering memanggilnya bang Jeje, hubungan kami juga sangat akrab untuk ukuran kakak laki-laki dan adik perempuan.

Dua tahun yang lalu sebelum statusku berubah menjadi Mahasiswa aku adalah seorang siswi Madrasah Aliyah Negeri. Banyak sekali hal-hal yang aku dapatkan selama bersekolah lebih kurang tiga tahun di Madrasah Aliyah dan kali ini aku akan menceritakan tentang seseorang yang sempat aku temui disana. Aku menulis cerita ini untuk dia yang sangat baik, lugu, lucu dan parahnya dia adik kelas satu tahun dibawahku. Namanya Adhan, Ramadhan Haidar Al-qori. Seorang siswa kelas 10 agama yang mampu mengubah pola pikirku tentang banyak hal, tentang hal-hal yang terkadang tidak pernah aku pikirkan. Aku banyak belajar darinya, bahkan aku merasa dia lebih dewasa dari pada aku walaupun usia kami terpaut satu tahun. Terlepas dari apapun yang terjadi aku selalu bersyukur karna diberikan kesempatan mengenal sosok Adhan. 'Allah tidak pernah salah mempertemukanmu dengan seseorang, hadirnya membawa sesuatu diantara dua hadiah untukmu, yaitu kebahagian atau pengalaman,' ungkapan itu aku dapatkan dari halaman twitter yang aku buka beberapa jam yang lalu. Dan dua hadiah yang dimaksud, kebahagiaan dan pengalaman, keduanya aku dapatkan lewat Adhan. Senang bisa mengenal dan mencintaimu setulus ini.
Aku tersenyum mengingat segala hal tentangnya, aku melirik sebuah binder yang covernya aku desain sendiri, dengan judul 'Lembaran Adhan'. Segala tentang Adhan aku rangkum jadi satu disana, ada beberapa foto-foto yanga ku tempel dan aku tulis dengan spidol warna-warni, manis sekali. Aku buka halaman lembar-perlembar dan aku perhatikan setiap foto-foto yang kini telah jadi kenangan yang indah. Dihalaman ke-27 ada foto Adhan yang aku cetak dalam bentuk polaroid, dia tersenyum lebar disana sambil memegang dua novel karya a.Fuadi, foto itu aku ambil saat kami untuk pertama kalinya pergi berdua ke gramedia karna sebelumnya Adhan selalu mengajak Haga dan Wawan untuk ikut bersamanya. Selain foto-foto yang aku tempel dibinder itu aku juga menulis beberap lagu yang disukai Adhan bahkan aku sampai membuat playlist di spotify khusus untuk Adhan. Adhan itu suka hal-hal yang berhubungan dengan musik, bahkan dulu Adhan sempat tergabung dalam klub band sekolah. Dulu, aku sering menghabiskan waktu dengan Adhan, duduk di pinggir pantai sambil makan seblak atau hanya sekedar duduk di pinggir pantai Pasir Putih. Adhan selalu membawa gitarnya kala itu. Ada sebuah moment dimana kami duduk bersipu diatas pasir pantai saat waktu senja sambil mendengarkan Adhan bernyanyi diiringi dengan melodi gitar yang ia mainkan sendiri . Aku tetawa kecil mengingat hal-hal tentangnya, Adhan selalu punya cara sendiri untuk mengekspresikan dirinya.

Sekali lagi aku ungkapkan, senang bisa mengenal dan mencintaimu setulus ini.




-Lembaran Adhan-

Lembar Adhan (Adhan AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang