04. Gelagat Romantis

34 4 0
                                    

Rasa sakit dan pusing, keduanya berseteru membuatku hampir mati rasanya. Wanita memang selalu didatangkan oleh masalah tiap bulannya, jika terus begini bolehkan aku jadi laki-laki saja? Apakah laki-laki juga merasakan sakit saat mereka mimpi basah? Bukankah tidak adil jika hanya wanita yang merasakan sakit?

Sudah dari dua jam yang lalu aku mengurung diri didalam kamar, merebahkan diriku diatas ranjang dan membiarkan air mataku bercucuran tanpa henti. Sakit karna haid dihari pertama memang sangat menyebalkan, aku bahkan sampai tidak mood melakukan apapun.

Tok! Tok!!

Aku merotasikan bola mata malas, ini untuk ketiga kalinya aku mendengar suara ketukan pintu. Lama tak kurespon, akhirnya terdengar suara dari balik pintu itu. "azza? Buka pintunya nak, ayo makan dulu." Itu suara bunda, sudah tiga kali dia menyuruhku untuk keluar kamar dan makan.

"gamau bunda, azza gamau makan." Lagu-lagi aku menolak. Sebetulnya bunda tidak tau apa yang terjadi denganku sekarang, aku hanya bilang kalau aku sedang tidak mood makan dan tolong jangan ganggu aku, tapi dia masih saja mengetuk pintuku, bahkan ini sudah yang ketiga kalinya.

"azza kenapa? Buka dulu pintunya."

"azza lagi ga mood bunda, azza lagi sakit perut." Aku sedikit berteriak agar suaraku terdengar sampai keluar kamarku.

"minum obat dulu ya sanyang?" bunda menyahuti dari sebrang sana.

Aku tak menjawab lagi. Selimut tebal kini kutarik hingga menutupi seluruh tubuhku, aku menenggelamkan diriku didalam selimut. Aku sudah tidak peduli lagi dengan suara ketukan terdengar dari pintu itu, semuanya terasa sangat menganggu. Perutku sangat sakit, rasanya saraf-saraf diperutku sedang bertarung untuk saling membunuh, jika terus begini lama-lama aku bisa mati dibuatnya.

Ting!

Satu notifikasi yang keluar dari ponselku berhasil memancing emosiku. Aku menghempaskan selimutku dengan kasar dan tidak lupa pula beberapa umpatan keluar dengan bebas dari mulutku. Aku merotasikan bola mata malas sebelum akhirnya melirik kearah sebuah benda berbentuk persegi panjang yang juga aku baringkan disisiku.

Aku terdiam sejenak memperhatikan sebuah nama yang kini terpampang jelas dilayar ponselku. Diamana perasaan yang menggebu saat notifikasi dari Adhan hadir mengisi lockscreen ponselku? Bahkan untuk membalas pesan dari Adhan saja rasanya sangat malas. Sial, mood ku benar-benar kacau sekarang.

Adhan

Assalamualaikum kak azza
Waalaikumsalam adhan
Udah sholat isya?

Lagi ga sholat
Sakit perut
Udah makan? Minum obat?

Gamau makan
Kenapa?

Azza biasanya kalau lagi sakit perut, sedih atau ga mood bawaannya gamau makan

Ohh oke
Wait

Okee? Itu saja? Apakah dia sekarang benar-benar tidak peka atau tidak peduli? Heii sekarang mood-ku benar-benar sedang kacau, aku sangat sensitif bahkan rasanya aku ingin berteriak karna saking kesalnya. Aku yang tadinya sudah merasa tidak baik-baik saja semakin dibuat pusing dengan sifat Adhan.

Aku mengela nafas kasar dan membanting ponselku keatas kasur, kemudian kembali menangis tanpa suara. Sial Adhan kembali membangkitkan emosiku. Sakit dikit nangis, nonton film sedih nangis, dibentak nangis, marah nangis, lelah nangis, baca novel sad ending nangis, apapun bentuk emosinya menangis adalah jawabannya, lemah.

Sayup-sayup suara hujan mulai membentur kaca jendela tanganku. Hawa dingin dari pendingin ruangan sudah cukup membuat tubuhku menggigil ditambah lagi hawa dingin yang dibawa oleh hujan kini. Aku kembali menghela nafas dan merebahkan diriku diatas kasur. Hening mendominasi dengan suara rintik hujan yang terdengar samar dan aku menatap lekat jam dinding yang kini menunjukan hampir pukul setengah Sembilan malam.

Lembar Adhan (Adhan AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang