Aku terbangun dari tidurku dengan kesadaranku yang belum sepenuhnya kembali. Jam dinding yang terpajang di dinding sebelah kananku menunjukan pukul tujuh malam, sudah lewat waktu magrib. Aku menghela nafas lelah lalu kembali memejamkan mataku, aku tidak tidur tapi hanya memejamkan mata saja.
Ketukan pintu itu menyadarkanku begitupun dengan namaku yang diteriakkan setelahnya. "azza! Abang boleh masuk?"
"masuk aja pintunya ga dikunci!!" balasku berteriak agar suaraku terdengar sampai menembus pintu.
Tampak bang Jeje masuk dengan menggunakan kaos hitam dan celana hitam panjang. Wajahnya tampak terkejut saat melihatku masih terbaring dikasur. Lalu dia melipat kedua tangannya didepan dada, "yaallah, masyaallah, astagfirullah adek! Baru bangun? Udah sholat?" ocehnya.
Mendengar itu aku lantas merotasikan bola mata malas, "izin dulu deh sholatnya," ucapku lalu kembali memejamkan mata.
Terdengar helaan nafas pasrah dari laki-laki yang ada dihadapanku kini. Dia kini malah ikut berbaring disisiku. "santai banget izin kayak izin sekolah, lo kira allah bisa menoleransi?" protesnya lagi.
Aku mengadahkan tangan keatas, "yaallah maafin azza untuk hari ini azza izin dulu sholatnya, azza belum mandi, masih kotor, mana dah lewat waktu magrib, ntar deh azza sholat isya aja, maafin ya yallah." Setelah itu aku beralih meliriknya yang ada disiku, dia tampak merotasikan bola mata malas.
"azza azza, bolong lagi kan sholatnya." Pasrahnya setelah itu. "apa cerita tentang hari ini?" tanyanya mengubah topik.
Dengan semangat aku mengubah posisiku, kini aku duduk menghadap kearah bang Jeje yang tengah berbaring di sampingku. "hari ini azza hampir gilaaaaa," aku mengadu dengan semangat. "azza suka seseorang," uangkapku to the point dan tentunya bang Jeje tampak terkejut.
"busett baru sehari," dia kemudian bangkit dan duduk sejajar denganku.
Ting!
Aku baru saja ingin melanjutkan ceritaku tapi satu notifikasi berhasil menyita perhatiankku. Aku membuka ponsel dan betapa terkejutnya aku saat membuka isi chat dari nomer yang tidak aku simpan. Aku buru-buru menutup wajahku dengan kedua tangan sambil menahan diri agar tidak teriak.
+62853xxxxx
Assalamualaikum kak
Saya haga temannya Adhan
Lihatlah betapa saltingnya teman saya ini saat bercerita tentang kakak
/Sent a video"lo kenapa?" Tanya bang Jeje yang sedari tadi memperhatikan.
"adek lo kali ini bener beenr gilaaa."
"ngaco lo anjim."
"dih kasar! Bilangin bunda nihh."
"dih cepu."
"biarin."
Lagi-lagi dia merotasikan bola mata malas lalu dia bangkit dari ranjangku dan malah berjalan menuju pintu. "bentar lagi makan malam cepetan turun," pesannya sebelum akhirnya pergi dan menutup pintu.
Aku tak peduli bahkan sampai dia keluar dari kamarku pun aku tetap fokus pada ponselku.
+62853xxxxx
Hagaaa
Sial azza salting ihh
Tapi ga papa azza suka
Loh? Kakak suka adhan?
gatau kalau sekarangAman aja tu kak
Ntar haga bantu comblangin deh
Kebetulan teman haga itu udah lama jomblo
Emang sejak kapan jomblo?
Sejak dari zigot kak**
"azza!!" namaku baru saja diteriakkan saat aku melangkahkan kaki memasuki gerbang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Adhan (Adhan AU)
Fiksi PenggemarCerita ini sebelumnya diceritakan dalam bentuk Alternative Universe dengan judul yang sama pada akun Twitter @LeeChece