Dead Ancient City

1K 157 9
                                    

Butuh waktu lebih dari 20 jam untuk mencapai ke area perbukitan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butuh waktu lebih dari 20 jam untuk mencapai ke area perbukitan itu. Sepanjang perjalanan, Wu Xie tidak menemukan rintangan yang terlalu sulit, tetapi itu membuatnya merasa aneh.

Dalam hati dia bertanya-tanya, mengapa perjalanannya seolah dibantu dan diarahkan untuk datang ke tempat ini dengan mudah? Apa jangan-jangan ada sesuatu yang berbahaya menunggu di sana?

Begitu menyibak sebuah daun pakis raksasa selebar pintu rumah, Wu Xie melihat pemandangan yang luar biasa. Jalan yang diinjaknya bukan lagi tanah basah dengan ilalang ambruk, daun-daun dan ranting berserakan. Melainkan, tatanan apik bebatuan yang rapi dan terstruktur.

Di depannya, samping kiri terdapat kepala patung dewa yang telah rusak dan tergeletak di permukaan tanah. Sementara jauh di depan sana, bangunan-bangunan kuno terbuat dari bebatuan yang unik dan khas tersebar. Terlihat tua, sudut dan dindingnya bahkan sudah ditumbuhi tanaman liar, berlumut dan sebagian berkerak hingga kehitaman.

Tempat Wu Xie berdiri itu berada di atas tebing, dari sini dia bisa melihat keseluruhan area

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat Wu Xie berdiri itu berada di atas tebing, dari sini dia bisa melihat keseluruhan area. Ini tampak seperti sebuah pemukiman penduduk yang telah ditinggalkan. Dikelilingi oleh pegunungan, struktur bangunan tertata sedemikian rupa, mulai dari jalan-jalan, jembatan, rumah-rumah, semua terlihat teratur dan berpusat pada satu bangunan megah bak kuil besar nan menjulang di tengah-tengah area.

Kemungkinan dulu tempat ini peradaban yang maju, sampai suatu saat terkena musibah besar.

Wu Xie melangkah, menyusuri jalan-jalan setapak, ekor matanya menatap sekeliling dengan waspada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wu Xie melangkah, menyusuri jalan-jalan setapak, ekor matanya menatap sekeliling dengan waspada. Di tangan kanan, sebuah pisau lipat dia genggam erat-erat. Berjaga jika sewaktu-waktu ada serangan mendadak.

Tiba-tiba manik Wu Xie menangkap pola-pola aneh pada sebuah dinding bangunan utama, bisa dibilang inilah pusat kota.

Lengkungan garis-garis itu terkesan abstrak, tetapi saat jari telunjuk Wu Xie mengikuti salah satu garis itu membentuk sebuah gambar yang cukup rumit. Bunga, garis yang baru saja diikuti barusan adalah bentuk bunga, tetapi bukan hanya satu. Itu dua bunga, yang satu masih utuh, mekar dan kemungkinan terlihat cantik, dan yang satunya hanya sebagian ... bagian lain dari bunga tersebut hilang.

"Kenapa? Apa yang terjadi? Apa mereka sengaja menggambarnya seperti ini atau belum selesai?" gumamnya.

Iris kelam Wu Xie menatap garis berikutnya, kali ini dia kesulitan menebak gambar yang terbentuk. Merasa tidak yakin Wu Xie mengulang-ulang sampai tiga kali mengikuti garis, tetapi ketika dia sudah berhasil mendapat petunjuk tiba-tiba ada suara aneh yang tertangkap indra pendengarannya.

Seperti embusan angin yang berisik, seperti desisan dan geraman binatang.

Wu Xie menoleh ke belakang, pandangannya mengedar mencari sumber suara. Dia mematung sejenak, lalu perlahan mengambil langkah dengan pisau diangkat sejajar dada.

Entah perasaan tidak enak macam apa yang Wu Xie rasakan sekarang, suasana ini lebih hening dari sebelumnya. Tidak terdengar suara serangga atau burung, tetapi ada suara angin berembus seakan membawa ketakutan Wu Xie yang sejak tadi dia tahan menyeruak keluar.

Wu Xie terus melangkah, sesekali menoleh ke sekitar dengan waspada. Suara-suara itu berhenti kicauan burung dan serangga kembali menyambangi indra pendengaran. Dari situ Wu Xie mulai rileks, kembali melemaskan otot-ototnya yang tegang dan menurunkan pisau. Dia menoleh ke sana-kemari, memastikan bahwa tempat ini memang benar-benar tidak berpenghuni.

Ketika Wu Xie membalik tubuh menghadap bangunan pusat kota, sekilas ekor matanya menangkap bayangan tubuh manusia serba hitam berdiri di tengah-tengah jembatan di atas jurang.

Apa itu?

Secepat kilat Wu Xie menoleh ke sisi lain yang berlawanan. Dia mendengar seseorang berbisik di telinga mengatakan, 'masuklah' seolah mempersilakan Wu Xie masuk ke bangunan tersebut.

Bagian dalamnya, terdapat lorong panjang dan gelap. Wu Xie segera memakai lampu kepala dan berjalan perlahan-lahan. Cahaya dari lampu menyorot terang, menampakkan coretan-coretan pada di dinding yang seolah menceritakan sebuah kisah.

Ada gambar bunga-bunga, orang-orang yang membawa senjata tongkat kayu, lalu ada sosok misterius mengenakan jubah dan tudung, juga ada seekor ular raksasa yang digambar memanjang sepanjang lorong tersebut. 

Wu Xie mencubit kedua alis. Kenapa ular lagi? Apa perjalanannya selalu diikuti dan berhubungan dengan ular atau bagaimana? Keluh Wu Xie dalam hati.

Kembali melangkah, fokus Wu Xie tertentu pada dinding-dinding di sepanjang lorong. Dia berhenti sejenak ketika dari arah pintu masuk terdengar suara embusan angin berisik lagi seperti tadi.

Tidak. Jangan sekarang ....

Wu Xie menajamkan penglihatan, bersiaga dengan menggenggam pisau erat-erat. Namun, tiba-tiba bunyi lain terdengar menggema di lorong tersebut.

Kreek!

Pandangan Wu Xie seketika turun, kedua matanya menatap horor pada tanah yang dipijak sebelum mengalihkan pandangan kembali ke pintu masuk dan berteriak, "Arghhhh!!!"

Tubuh Wu Xie terperosok ke bawah ketika pijakannya hancur dan jeblos. Dia tidak siap dengan kemungkinan yang ada di bawah sana, bisa jadi ada sarang ular yang menantinya. Namun, beberapa saat kemudian ....

Tubuhnya jatuh telentang di atas genangan air.  Wu Xie buru-buru bangkit dan menatap sekeliling selagi bersikap waspada. Tempat ini tertutup, seperti tempat penyimpanan sesuatu yang luas dan besar berbentuk seperti tabung. Tidak ada pintu maupun ventilasi, sekeliling mata memandang hanya ada genangan air setinggi betis.

"Sial! Tidak ada jalan. Bagaimana aku bisa keluar dari sini?"

Wu Xie naik ke atas bebatuan di tengah ruangan tersebut. Dia termenung memikirkan cara untuk naik ke atas sana.

Tiga puluh menit berlalu, Wu Xie akhirnya mengacak-acak rambut dan berteriak frustrasi, "Sial!" Andai saja Xiao Ge ada di sini, lanjutnya dalam hati.

Namun, tidak lama kemudian seutas tali terulur ke arahnya. Wu Xie mendongak ke atas dan mendapati sosok yang dilihatnya sekilas berada di tengah-tengah jembatan tadi, lengkap dengan jubah hitam dan tudung kepala. Cahaya matahari dari atas menyilaukan mata, membuat Wu Xie tidak dapat melihat dengan jelas rupa sosok tersebut.

Tidak tahu sosok itu baik atau tidak, Wu Xie segera meraih tali tersebut dan merangkak naik. Yang terpenting saat ini adalah dia bisa keluar dari lubang besar ini.

Begitu naik ke atas, Wu Xie dikejutkan dengan perawakan sosok yang telah menolongnya itu. Kedua sudut bibirnya melengkung ke atas, sembari menghambur memeluk lelaki tersebut dia berseru, "Xiao Ge!"

"Xiao Ge! Ini benar-benar kau, 'kan?"

Sosok tersebut menatap bingung. Sambil melepaskan pelukan Wu Xie dia berkata, "Namaku Zhang Qiling, bukan Xiao Ge."

"Hah?"

----------

'Tapi Zhang Qiling dan Xiao Ge itu ... orang yang sama.'

The Flower Ocean Hill [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang