01

0 0 0
                                    

Aku berjalan menuruni tangga dengan wajah datar ku, menatap beberapa pelayan yang berlalu lalang di lantai bawah. Sesekali aku dapat merasakan jika mereka menatap ku dengan tatapan aneh. Aku lebih memilih diam dan berjalan menuju ke arah ibu yang sejak tadi memanggil ku bahkan menyuruh pelayan utama ke kamar ku.

‘Apa lagi yang akan terjadi,’ batin ku tidak senang. Ini bukan pertama kalinya ibu memanggil ku hanya untuk menunjukkan sesuatu yang baru saja ia beli atau dia pungut di jalan. Menceritakan hal itu seperti sesuatu yang sangat istimewa dan bermakna, padahal barang-barang yang dibawa ibu terkadang barang yang tidak berguna sama sekali.

“Ibu," panggil ku pelan, begitu aku berdiri disamping kirinya. Ibu menoleh ke arah ku dan tersenyum kecil, menggeser tubuhnya agar aku bisa duduk disampingnya. Aku langsung duduk dan memilih diam, menunggu ibu berbicara atau malah aku akan dalam masalah jika mencoba memulai pembicaraan.

“Tidak bosan berada dikamar?” tanya ibu akhirnya, setelah keheningan menyapa kami beberapa menit. Aku menoleh mencari tau apa yang dimaksud dengan perkataannya namun yang ku lihat hanya wajah teduh ibu yang sangat menenangkan. Walaupun bagi ku sangat menyeramkan. Wajah ibu memiliki ribuan rahasia. Rahasia yang bahkan aku tidak tau. Senyumnya bahkan palsu, kecuali saat ibu bersama anjing kesayangan ku ‘coco’.

“Tidak, walaupun aku berkata aku bosan…apa ayah akan mengijinkan ku keluar?” tanya ku. Pertanyaan tiba-tiba yang keluar begitu saja dari bibir ku tanpa aku sadari, bahkan aku sendiri sedikit terkejut.

“Tidak,” jawab ibu dengan tegas. Aku tersenyum kecut namun hanya bisa menampilkan wajah tanpa ekspresi. Ya seperti boneka yang tidak memiliki nyawa, boneka yang bisa saja di buang begitu tidak berguna.

“Ayah membeli anjing baru lagi?” tanya ku akhirnya. Mencoba memperlambat waktu agar ibu tidak menyuruh ku kembali ke kamar. Aku ingin berada disini untuk beberapa saat. Merasakan hangatnya ruangan ini dan juga menatap satu-persatu wajah dari pelayan disini. Mengingat mereka dengan sangat jelas.

“Iya, beberapa anjing penjaga yang bahkan ibu tidak tau apa gunanya,” jawabnya. Terdengar suara ibu sedikit kesal. Entah kesal karena ayah membeli anjing penjaga atau hal yang lainnya. Aku tidak tau…sudah ku bilang bukan ibu seperti sebuah rahasia yang tidak mudah diketahui orang lain.

“Aku heran, untuk apa ayah membeli anjing jika akhirnya anjing itu akan tua dan mati, merepotkan.” ucap ku, Ibu spontan menoleh kearah ku dengan senyumannya. Aku pun akhirnya menatap ibu juga, mencari tau makna dari senyumannya. Namun hasilnya nihil.

“Agar rumah lebih aman mungkin,” jawabnya sekenanya, membuatku tidak puas tentu saja. Tapi siapa aku? Tidak berani meminta ibu untuk menjelaskan maksutnya.

-----(suka? tinggalin jejak ya... terimakasih telah membaca<3)-----

The Dog's OwnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang