Ibu menyuruhku kembali ke kamar, setelah mendengar jika ayah telah selesai melatih anjingnya. Aku masih diam disofa disamping ibu. Tidak berniat kembali ke kamar, tidak peduli jika kamar ku adalah kamar yang sangat di impikan oleh beberapa anak seusia ku. Semua hal yang aku inginkan ada disana. Namun bagi ku kamar itu hanyalah penjara berwarna emas. Tidak ada yang menarik selain hanya bisa menatap keluar jendela atau ke dalam layar komputer milik ku.
“Boleh aku disini beberapa menit lagi bu?” tanya ku dengan ragu. Ragu jika ibu akan mengijinkannya.
“Tidak." jawabnya tegas. Aku menghela nafas pelan, aku tau ibu akan menjawab ‘tidak’ jadi aku tidak terlalu berharap padanya.
Aku berdiri dari sofa, diam sejenak lalu berjalan pelan. Meninggalkan ibu disana sendirian, aku masih terus berjalan hingga kaki ku berada di depan tangga. Tangga yang menuju ke lantai kamar ku, terdiam…jujur saja aku ingin berbalik dan berlari kencang menembus penjagaan dari pengawasan ayah, namun itu hanya mimpi dan selamanya akan menjadi mimpi.
“Ada apa?” tanya sebuah suara bariton di belakang ku. Membuat ku tersentak kaget dan hanya bisa menunduk dalam diam. Suara langkah kakinya semakin dekat dengan ku. Hingga akhirnya sebuah tangan menggenggam erat lenganku, membalikkan badanku dengan mudahnya. Didepan ku, ayah menatapku dengan tatapan dinginnya, tatapan yang sangat aku takuti saat ini.
“Siapa yang menyuruh mu keluar?” tanya ayah dengan nada dinginnya. Aku terkejut dan mulut ku hanya bisa terkunci, tidak berani mengatakan apapun. Apalagi ibu hanya diam di sofa tanpa berniat membantu ku sama sekali. Ayah akhirnya melepaskan genggaman pada lengan ku. Dan seketika aku langsung berbalik dan berlari di tangga. Mengabaikan beberapa pelayan yang aku tabrak dan mengakibatkan beberapa barang yang mereka bawa jatuh dan pecah, aku tak peduli dengan itu semua. Yang aku pikirkan hanyalah ‘hidup’ ku.
Ayah berteriak dengan keras, memaki dan memarahi pelayan yang tidak memegang dengan kuat barang yang mereka bawa. Aku membuka pintu kamar ku dengan cepat, menutupnya dan bersandar dibalik pintu dengan wajah ketakutan. Ketakutan yang seakan-akan memakan ku hidup-hidup.
“Sialan,” gumam ku pelan, aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan ku. Sebuah gedoran di pintu kamar ku membuatku tersentak terkejut dan langsung berdiri, tanpa sadar berbalik menatap daun pintu yang tertutup. Berjalan mundur beberapa langkah.
“Buka pintunya!” teriak suara. Aku tersentak, tubuhku bergetar pelan. Suara yang aku takutkan kini berada dibalik pintu kamar ku. Semakin lama gedoran di daun pintu semakin kuat dan teriakan seseorang itu semakin kencang. Aku secara spontan berjalan mundur hingga tubuhku menabrak ranjang ku. Tidak bisa lari lagi.
Dan aku membulatkan mata ku terkejut, seseorang itu dengan santainya mendobrak pintu kamar ku, masuk dengan arogan. Ia tampak marah dengan perbuatan ku tadi, menatapku lurus bak elang yang mengincar mangsanya. Aku terdiam, menunduk ketakutan saat mendengar suara langkah kaki menuju ke arah ku. Belum sempat aku bertanya mengapa dia disini, sosok itu mendorongku hingga aku terjatuh diatas ranjang.
Sosok itu mengabaikan teriakan permohonan maaf ku. Hanya aura kemarahannya yang dapat aku rasakan. Kini aku tau…jika hidupku akan lebih buruk dari sebelumnya.
-----(suka? tinggalin jejak ya... terimakasih telah membaca<3)-----
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dog's Owner
حركة (أكشن)Suara gonggongan anjing di luar membuat ku yang sibuk dengan tugas ku terkejut. Aku berdiri lalu berjalan dengan perlahan menuju ke jendela kaca yang menjadi dinding pembatas kamar ku dan dunia luar. Mata kecil ku menangkap pemandangan, dimana ayahk...