❤Eps 1. Di rumah Papa

404 42 34
                                    

Zayn tersenyum menatap istrinya yang sedang mematut diri di depan cermin. Tangan Aisyah bergerak lentur menusukkan jarum pada jilbab yang membungkus kepalanya. Merasa jika telah diperhatikan, wanita cantik yang baru sebulan berstatus seorang istri itu tersipu.
“Mas,” sapanya, menatap Zayn melalui cermin.
Dengan kedua tangan berada di saku celana, Zayn melangkah mendekat. Berdiri tepat dibelakang istrinya, lalu tangannya melingkar di perut tipis Aisyah. Lembut bibir Zayn mengecup sisi kepala Aisyah yang sudah tertutup hijap warna peach.
“Kamu sempurna untukku, Ais,” ucapnya, makin mengeratkan pelukan. Bertopang dagu, menghirup aroma wangi yang menempel di tubuh Aisyah.
Aisyah menggenggam kedua tangan Zayn, memejamkan mata menikmati pelukan hangat suaminya. Dia tak pernah menyangka akan jatuh cinta pada sosok Zayn yang dulu sangat dia hindari. Masih jelas dalam ingatan seperti apa seorang Zayn saat SMA dulu. Lelaki yang tergolong cowok badboy, suka tawuran dan balapan liar.
Ya, dan demi mengejar Aisyah, Zayn benar-benar berubah menjadi seorang imam yang mengagumkan. Sampai menjadi seorang sarjana dan kini memiliki pekerjaan, Zayn berhasil meluluhkan hati Kyai Ismail; abahnya Aisyah.
“Kenapa mama suruh kita berkunjung ke rumah?” tanya Zayn setelah puas bergelayut di bahu istrinya.
Aisyah menggeleng samar, mengambil jam tangan kecil dari laci meja dan melingkarkannya di lengan kiri. “Nggak bilang apa-apa, hanya bilang kalau ada yang mau dibicarakan.”
Zayn mengangguk, mengambil jaket dan melangkah keluar dari kamar.
**
Kurang lebih satu jam, mobil warna putih milik Zayn pribadi memasuki halaman rumah besar orang tuanya. Aisyah keluar begitu mesin mobil mati, berdiri di samping mobil menunggu suaminya turun. Lalu bergandengan tangan melangkah menuju teras rumah besar itu.
Mama dan papa Zayn menyambut kedua anaknya ini dengan begitu ramah. Bu Tenti menggandeng tangan Aisyah untuk masuk ke dalam rumah. mereka semua menuju ke meja makan untuk makan malam bersama. Obrolan-obrolan ringan tentang pekerjaan Zayn dan hubungan suami istri yang masih pengantin baru membuat mereka bisa tertawa dan bertukar cerita. Sampai akhirnya obrolan mereka terhenti saat ada tamu yang datang.
“Zayn, kamu masih ingat dia?” tanya pak Haris, ketika Zayn dan Aisyah baru saja bergabung di ruang tamu.
Zayn menatap wanita yang duduk di kusi roda dengan syal melingkar di lehernya. Wanita berambut sebahu, ada tahi lalat kecil di ujung mata sebelah kiri. Wajahnya terlihat pucat dengan bibir yang pecah-pecah, mungkin dia sedang tak enak badan.
Zayn tersenyum. “Apa kabar, Za?” tanyanya.
Wanita bernama Zaskia itu balas tersenyum. “Kabar baik.” dia beralih menatap Aisyah yang duduk di sebelah Zayn. Lalu pada tangan Zayn yang langsung meraih tangan Aisyah untuk digenggam.
“Oh, om kira kamu lupa sama Zaskia, Zayn. Saking lamanya kalian nggak ketemu.” Om Bastian, ayahnya Zaskia ikut menyahut.
Zayn menggeleng. “Nggak mungkin lupa, Om. Memang wajah Zaskia udah kelihatan agak beda, tapi aku masih bisa mengenalinya. Sekarang kalian sudah nggak tinggal di Kalimantan lagi?”
“Masih.” Jawab Bastian dengan anggukan kecil. “Kita ada perlu di Jakarta.” Menatap Haris yang duduk tepat di sofa depannya.
“Dia ….” Liana, ibu Zaskia menatap Aisyah yang dari awal hanya diam. “Istrinya Zayn?”
“Iya, mbak, itu Aisyah. Istrinya Zayn.” Tenti yang menjawab, memperkenalkan menantu yang begitu dia sukai.
Sementara Aisyah tersenyum, menelakupkan kedua tangan di depan dada untuk menyapa tamu. “Salam kenal, tante, om, mbak,” sapanya.
“Seneng banget ya bisa punya anak mantu yang alim seperti Aisyah ini.” bu Liana memuji, tersenyum mencurigakan menatap kedua orang tua Zayn.
“Alhamdulilah,” Zayn yang menyahut. “Zaskia sekarang sibuk apa?”
Zaskia langsung menunduk, terlihat menghela nafas dengan jari yang saling memilin dipangkuan.
“Satu bulan yang lalu Zaskia mengalami kecelakaan.” Bastian yang menjawab, dan semua orang menatap ke arah Bastian. Eh nggak semua, karna Zaskia tetap menunduk menatap jari-jemarinya.
“Pernikahan yang tinggal menghitung hari itu … gagal.” Lanjut Bastian. Lelaki berumur lima puluhan tahun lebih itu menarik nafas dalam, lalu membuangnya dengan cukup kasar. “Pihak keluarga dari mempelai lelaki tidak mengijinkan anaknya menikahi wanita cacat seperti Zaskia.”
Zayn dan Aisyah menatap Zaskia, mencari sesuatu yang berbeda dari tubuh wanita itu.
“Kecelakaan beruntun itu membuat satu kakinya harus diamputasi. Kaki yang kalian liat ini,” bastian menunjukkan kaki Zaskia sebelah kiri. “Ini kaki palsu.”
“Dia adalah anakku satu-satunya. Aku tak memiliki anak selain dia. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku, dan kehancuranya adalah kehancuranku juga. Sekarang … anakku, hartaku satu-satunya cacat. Tak ada lelaki yang mau menikah dengannya.” Bastian menggeleng dengan helaan anfas penuh luka. “Harapan om hanya kamu, Zayn.”
Kening Zayn berlipat dengan kedua alis yang menyatu. “Maksud, om, gimana?”
“Sejak kecil Zaskia sudah mau berbagi sakit denganmu. Jika bukan karna ginjal Zaskia, kamu tidak akan hidup sampai di umur sekarang ini.” tutur Bastian, menatap serius ke Zayn yang terlihat sangat terkejut. “Hidup dengan satu ginjal itu tidak mudah, Zayn. Om yakin kamu juga merasakannya. Dulu, mengingat persahabatan om dan papamu, om merelakan anak om hidup menderita demi melihat sahabat om bahagia. Tidak kehilangan kamu.”
“Jadi sekarang om minta ganti rugi?” tanya Zayn yang nggak suka jika membahas masa lalu. Bahkan Aisyah tidak tau tentang dia yang hanya hidup dengan satu ginjal.
“Iya, bisa dibilang seperti itu.”
Dada Zayn naik turun. “Berapa?”
Bastian menyunggingkan senyum, menatap Haris dan Tenti yang diam dengan wajah tak tega. “Ris, kamu belum cerita ke Zayn?”
“Mas Bastian, mbak Liana,” bu Tenti yang berbicara. “Aku rasa masih ada solusi yang lain. Masih ada lelaki yang mau meminang Zaskia. Enggak harus menyuruh Zayn menikahinya.”
Kedua mata Aisyah melotot mendengarkan kalimat dari mertuanya. Zayn udah jadi suaminya lho, gimana mungkin kedua orang tua Zaskia menyuruh suaminya menikahi anaknya?
“Iya, Bas. Kamu tau, Zayn belum lama menikah. Seandainya Zayn masih single, aku pasti akan mengijinkan Zayn menikahi Zaskia.” Sambung pak Haris yang juga nggak setuju dengan permintaan sahabatnya.
“Ini gimana maksudnya? Aku nggak paham. Kenapa kalian membicarakan aku?” Zayn meminta penjelasan.
“Jadikan Zaskia istri keduamu.”
Kedua mata Zayn melotot mendengar permintaan ayah Zaskia. Sama halnya dengan Aisyah yang sekarang sedang mencoba menenangkan jantung di dalam dadanya.
“Atau, ceraikan istrimu dan nikahi Zaskia. Tolong, simpan dan bahagiakan anakku. Perlakukan dia dengan baik karena dia adalah hartaku satu-satunya.”
“Itu permintaan yang tidak akan pernah saya lakukan, om.” Tolak Zayn dengan sangat yakin.
Bastian mengeluarkan kertas putih, kertas foto copyan berisi tentang perjanjian dia dan Haris beberapa puluh tahun yang lalu. “Baca saja perjanjian ini.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Madu CacatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang