2

10 3 0
                                    

Siang ini langit nampak temaram, sebab mendung tiba tiba datang tanpa pemberitahuan. Pertandingan basket ala ala disela jam makan siang masih berlangsung. Sebenarnya itu bukan pertandingan sungguhan, hanya terdapat 6 orang saja, sementara satu orang menjadi wasit amatiran.

Namun keenam lelaki itu cukup mendapat sorak sorakan yang cukup keras. Penontonnya berjumlah lumayan, sekitar 20 orang an mungkin. Padahal mereka melakukan pertandingan basket itu di lapangan komplek mereka dengan alasan yang tidak jelas. Namun wasit lelaki itu sedikit heran.

"kak Na!"

Lelaki berkaos putih itu menengok ke belakang, mendapati adeknya yang berperan sebagai wasit malah duduk santai sambil meminum es teh, "kenapa Ji?"

"ini kenapa penontonnya banyak deh kak. heran gua" ungkap lelaki bernama Aji itu.

Nana, lelaki berkaos putih itu menekuk alisnya heran. Lalu pandangannya mengeliling, benar saja. Kenapa ia baru sadar sekarang.

"bus--"

"ya karna ada gua dong" serobot Chandra yang baru saja mempassing bola sebelum mendekat ke arah Aji, "secara gua kan ganteng. btw bagi minum dong Ji, pelit banget"

"nyoh"

Setelah itu keempat lelaki lainnya berlari menuju Chandra tak lain dan tak bukan adalah untuk memalak esteh tersebut.

"bagi Chan"

"haus gue. Sini kasih minum"

"bang Chandra kasih minumnya"

"capek elah. Pengen es buahnya mama"

"no..no.." Chandra sontak memajukkan tangannya serta mencoba melindungi es teh milik Aji itu, "beli sendiri tu warung"

Juna mendecak sebal sebelum menoleh ke arah yang ditunjuk Chandra tadi, "Le beliin gege minum, ntar lu gua kasih seribu"

"buset pelit amat seribu" Vano terkekeh sebelum melangkah menuju warung.

"bang Vano lo mau kemana dah?"

Suara Jevan menghentikan langkah Vano. Praktis Vano membalikkan badannya, "mau ke warung, lo mau titip? og--"

"kaga gitu. Mama baru aja nelpon suruh kita pulang semua sekarang"

Terjadi keheningan sesaat. Lapangan basket kini mulai sepi, hanya terdengar suara angin yang berhembus sepoi sepoi. Semuanya diam, mencerna kata kata yang baru saja dilontarkan oleh Jevan. Awalnya hening sebelum akhirnya keheningan itu dipecahkan oleh suara jatuhnya esteh Aji ditangan Chandra.

"...mampus gua tadi belum selese nyapu"















"Dari mana aja kalian?"

Suara seorang perempuan menghentikan langkah ketujuh lelaki itu begitu mereka membuka pintu. Chandra sebagai sang pelaku utama lantas meneguk saliva nya dengan susah payah. Lelaki berkulit sawo matang itu menolehkan kepalanya kebelakang, memandang satu demi satu anggota keluarganya pertanda untuk meminta bantuan. Namun nihil, keenam lelaki itu malah melempar tatapan tajam kepada Chandra. Chandra jadi ngeri sendiri.

"masuk!!"

Setelah perempuan itu berujar dengan tegas, langkah ketujuh lelaki itu berlanjut sampai mereka semua berbaris rapi di celah sofa dan meja. Sebenarnya Leon heran, kenapa mereka semua mengikuti langkah Chandra sampai baris seperti ini. Padahal dalam hati ia sangat ingin mendaratkan tubuhnya di sofa empuk itu.

"Ge Jun" bisiknya.

Juna yang berbaris tepat didepan Leon lantas satu langkah mundur, "kenapa Le"

"Kenapa baris gini deh ge. Kayak mau upacara aja"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Allena x nct dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang