Bagian III. Satu Kecurigaan

99 7 0
                                    

Aether melirik arlojinya berkali-kali, ia juga memeriksa ponselnya seakan menunggu panggilan dari seseorang. Ia bosan dengan pertemuan ini, bukan suatu kebetulan pula Aether menemui kliennya sendiri ke Mondstadt. Rekan bisnisnya, Diluc, merupakan rekanan besar, ia menguasai penjualan Miras di seluruh Teyvat. Aether tidak dapat mengabaikan undangan itu.

Di perkebunan anggur itu, ia memerhatikan setiap anggur-anggur yang siap dipanen. Diikutinya panduan sang pemilik yang berjalan di depannya. Sesekali pria dengan surai merah panjang itu menggunting daun-daun yang mati.

"Apa Lumine sudah sadar?" Tanyanya sembari memanen anggur merah yamg telah matang.

Berita itu diketahui hampir semua kolega dan rekan bisnis Celestia. Aether tidak peduli dengan anggapan orang terhadapnya, ia akan menghabisi siapa pun yang berkata buruk pada kembarannya.

"Sudah, Tuan." Selisih usia yang cukup jauh membuat Aether menghormatinya.

Diluc Ragnvindr merupakan pemilik perkebunan anggur terbaik di seluruh Teyvat, dia juga sesekali menjadi bartender di Tavern miliknya, Angel's Share. Diluc berhasil menguasai bisnis anggur dan miras di Teyvat saat usianya 25 tahun, kini ia sesekali membantu Favonius dalam memecahkan beberapa kasus. Usianya kini menginjak 38 tahun, waktunya seringkali disibukkan dengan penyelidikan di luar ranah Favonius.

Keduanya bertemu secara tidak sengaja di Tavern saat itu. Aether baru saja kembali dari Starsnitch cliff tempat kecelakaan Ibunya. Ia hadir memberikan penghormatan terakhir pada Ibunya dengan menabur abunya.

Diluc berada di meja peralatan di dekat pintu kebun itu. "Kau mungkin sudah dengar jika kasus Ibumu bukanlah kasus kecelakaan." Ia sudah menaruh curiga pada anak di bawah umur waktu itu.

"Ya, Tuan. Saya sangat terpukul mendengarnya." Aether menjaga pilihan kata-katanya.

"Kau tahu, mobil baru itu mengalami kebocoran tanki bahan bakar dan sistem pengereman." Diluc masuk ke rumah itu.

Aether masih mengikutinya, "oh, Archon. Apa maksud Tuan mobil Ibunda disabotase?" Pertanyaan itu menggantung.

Diluc menerima berkas dari Alfred yang telah menunggunya di meja makan. Alfred si butler itu dengan sigap melayani tuannya. "Tuan Kaeya tadi mampir sambil menitipkan sesuatu."

"Oh ya, Aether. Bukankah Lumine dan Kaeya dalam satu angkatan ya? Sayang sekali Lumine tidak bisa hadir di upacara wisudanya." Diluc terdengar memojokkan pemuda itu.

"Ya, ada sedikit masalah. Kau tahu itu, Tuan." Aether tenang menyantap hidangan itu.

Ponselnya memutar nada dering, dilihatnya nomor asing yang berkedip. Diluc memberi isysrat untuk dijawab. Aether menerimanya, ia mendengar dengan seksama, raut mukanya menjadi panik.

Ada yang terjadi pada gadis itu. Baru saja ia bangun semalam, dan hari masih pagi, ada saja keributan. Aether pamit undur diri dengan sopan. Ia berusaha tetap tenang, amarah baru saja merasuk diikuti ketakutan tak berdasar. Ia takut sangat takut akan kehilangan miliknya satu-satunya.

☆☆☆

[GI/FF] Genshin Impact : Living Miserable LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang