Luka

11 4 99
                                    

Kia dan Wiwik sedang duduk di tepi lapangan sepak bola sambil menunggu Yuli yang sedang membeli cemilan dan minum. Mereka sibuk menatap anak laki-laki sedang bermain bola. Memang, semenjak diterimanya siswa di sekolah ini, semakin banyak orang tua yang mendaftarkan anak mereka di Asrama WP. Selain gedung dan fasilitas yang wah, Asrama WP merupakan sekolah dengan predikat nomor satu di Indonesia.

"Awaas!" ucap seorang laki-laki di tengah lapangan.

Wiwik dan Kia menoleh ketika sebuah benda bulat menghampiri mereka dengan cepat. Wiwik dengan refleks langsung mendunduk. Berbeda dengan Kia yang mematung.

Zaki yang datang tidak tahu dari mana, langsung melindungi Kia dengan tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zaki yang datang tidak tahu dari mana, langsung melindungi Kia dengan tangannya.

"Za-zaki ...?" ujar Kia gugup.

Zaki menatap Kia tajam setelah bola telah menggelinding di tanah. "Bisa tidak kau menjaga diri dengan baik?"

Kia berdeham sejenak. "Aku mana tahu kalau bola itu akan ke sini. Lagi pula jarakku dengan lapangan sangat jauh," kilahnya.

Zaki memutar bola mata malas. "Apa ada yang sakit?" Ia memutarkan tubuh Kia, lalu menatap dari atas hingga bawah.

Wiwik yang menatap kejadian itu langsung menyipit dan gigit jari. "Astaga! Ada apa dengan mereka? Apa hari ini adalah ajang pamer kemesraan?" gumamnya.

Zaki yang mendengar gumaman Wiwik langsung menoleh dan menatap dengan tajam. "Kau! Bisa tidak jaga sahabatmu dengan baik? Kenapa menunduk sendiri? Kalau Kia terluka nanti Yuli sedih!!" ucapnya tajam.

Wiwik tersedak air ludah melihat ucapan Zaki yang panjang lebar. Setahunya, Zaki adalah laki-laki yang irit bicara.

"Wah, mana aku tahu kalau bola itu akan mengenai Kia! Lagi pula aku refleks menunduk, apa salah? Dan ...." Mata Wiwik menyipit dan senyum jahat terbit dengan sempurna. "Kalau Kia sakit, Yuli yang akan sedih. Atau ... kau?"

Zaki menoleh, menyembunyikan rona merah di pipinya. Apa-apaan sahabat adiknya ini. Jelas saja kalau Kia sakit, maka Yuli akan sedih. Bukan dirinya. Iya, kan, Author?

Hmmm ... Maaf Zaki! Yuli mana tahu.

Poor Zaki. 😂😂✌🏻

"Zaki ...," panggil Kia lirih.

Mata Kia tidak bisa lepas dari lengan Zaki yang terus menggenggam tangannya.

"Hn," gumam laki-laki itu.

"Ta-tanganku, bisa kau lepaskan tanganku?"

Tanpa berkata Zaki melepas tangan Kia yang tadi ia genggam. Lalu berlalu meninggalkan Kia dan Wiwik di tepi lapangan. Ia ingin menikmati hari libur sambil bersantai di kolam renang saja. Sekalian menenangkan pikiran dan hati yang terus berdebar.

💖💖💖

"Zaki!"

Suara merdu dan lembut itu mengalun indah dari arah taman belakang sekolah. Mei menoleh di antara hamparan bunga berwarna pink. Menatap Zaki dengan rindu bahkan cinta yang menggebu. Senyum teduhnya selalu menenangkan untuk dilihat lama-lama.

ASRAMA WPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang