Gak tau, baca aja.
»Selamat membaca«
"Lisaa cepet bangun!" Samar-samar aku mendengar mama memanggilku dari lantai bawah, teriak dan berisik sekali sepertinya. Aku menguap dan mengucek mataku sebelum melirik jam lokerku yang–
"YA TUHAN TELAT, MAMA KENAPA GAK BANGUNIN LISA DARI TADI"
"KAREPMU NAK SUARA MAMA SAMPE SAKIT BUAT BANGUNIN KAMU"
Huh, aku kesiangan lagi untuk yang kesekian kalinya dihari pertama sekolah setelah libur semester. Tidak apa, santai Lalisa ini sudah biasa, pikirku dalam hati.
Tapi otakku berkata lain, mana bisa aku santai ini sudah jam tujuh, sedangkan gerbang sekolah ditutup pukul setengah delapan pagi.
Ini salah mama, kenapa juga aku harus sekolah di sana yang ketatnya bukan main, mana isinya cewek semua lagi huhu, menyedihkan.
Iya, aku menuntut ilmu disekolah khusus wanita. Dan sampai sejauh ini aku belum mendapatkan pacar, ya mana bisa orang lelaki saja tidak ada?!
Ada sih tapi satpam dan tukang kebun.
Aku cepat-cepat ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi, lalu mencari seragam sekolahku yang untung saja sudah rapi tergantung dilemari, segera kuraih pakaianku dan kupakai terburu-buru sampai tidak kuperhatikan kancingnya yang tidak sesuai dengan pasangannya.
Pokoknya grasak-grusuk sekali pagi itu.
Setelah selesai dengan segala perlengkapan sekolah dan lain sebagainya yang terhitung singkat, aku segera turun ke lantai bawah mengambil sepatuku di rak sepatu.
"Lisa sarapan dulu!" Mama memanggil dari dapur, yang sepertinya mama juga terlambat bangun sampai baru membuat sarapan untukku.
"Maaf gak dulu!" Teriakku sambil meraih sebuah apel didalam kulkas kemudian menghampiri mama untuk mencium pipinya, berpamitan.
"Bye! Aku berangkat"
"Hati-hati"
"Iyaaa!"
°•°•°•°
Rasanya lelah sekali pagi ini, dan ini benar-benar menjadi hari sialku. Setelah kejadian bangun terlambat dan sampai kesekolah gerbang hampir ditutup sekarang aku malah berdiri disini, di tengah lapangan sendirian, ya aku dihukum. Ada juga sih beberapa siswa yang berlalu lalang ditengah pelajaran sedang berlangsung, ya tapi cuma numpang lewat.
Ck, memang salahku sendiri karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang sengaja guru siapkan untuk dikerjakan saat liburan, hehe aku lupa. Tapi lupakan tentang itu, sekarang aku benar-benar kepanasan dan lapar. Tolong siapapun bantu aku....
"Woi Lisa!"
Seseorang menyapaku dari pinggir lapang, oh aku tau dia tanpa berbalikpun aku tau suara itu.
"Baru pertama masuk kok langsung dihukum? Kebiasaan!" Celotehnya, hadeh orang ini, ya mana aku tau!
"Apa? Mau gantiin? Sini cepet!"
"Dih males! Kabur aja sana," ini orang sepertinya otaknya sudah keisi kesesatan deh, saran macam apa itu?
"Kalo cuma mau bacot mending diem deh Lo!" Gertakku, udah mah panas ditambah ini manusia tiba-tiba udah ada dihadapanku.
"Yaampun Lisanya aku kasian banget" ucapnya sambil mengacak poniku.
Plak!
"Aw"
"Ngapain sentuh-sentuh!"
Berakhir ku tampol saja tangannya.
"Hehe maaf. Jadi Lisa, kenapa sampai bisa dihukum hm?"
"Lupa ngerjain PR terus malah disuruh keluar sama Bu Yuna. katanya, Lisa! Berdiri dilapang sampai kelas ibu selesai. Jahat banget kan?" Adu ku menunduk lesu. Setelahnya manusia ngeselin dihapanku ini malah tertawa, pelan sih tapi jatuhnya malah seperti meledek.
"Jangan ketawa!"
"Lah itu mah salah Lo sendiri dong, kok ngatain Bu Yuna jahat, gak boleh gitu Lisa," Ucapnya setelah ketawanya mereda.
"Ya gak tau ah pokoknya gue sekarang kepanasan! Bantuin gue kek!" Aku sudah sangat pusing sekali, rasanya mau menangis saja.
"Kata gue juga kan kabur aja ish," enteng sekali ucapannya mana sambil menangkup pipiku. "Tuh pipi Lo udah merah" lanjutnya.
"Yang bener aja..." Aku menghela nafas.
"Udah ayo sini." Rosie menarik tanganku, jalannya cepat sekali lagi, aku cuma bisa pasrah, ikut ajalah daripada kepanasan, pikirku.
-Di kantin-
"Kok kesini?" Tanyaku heran.
"Ya buat makanlah! Gitu aja nanya, laper banget gue." Tiba-tiba aku merasa terharu.
"Gue juga laper sih," lirihku sambil memegang perutku yang sudah keroncongan.
"Ya makanya itu ayo pesen."
"Siap bos!" Ucapku bersemangat.
Akibatnya jam pelajaran Bu Yuna kulewatkan dengan jajan di kantin bersama Rosie, masa bodo dengan hukuman intinya sekarang aku lapar, ngomong-ngomong makanannya enak sekali. Bahkan Rosie sudah menghabiskan dua piring. Benar-benar rakus, tapi sudah tidak heran sih.
Oh iya, Rosie itu sahabatku. Kami sudah berteman sejak kita masih SMP sampai sekarang SMA kelas 2, kita tidak sekelas, tapi berhubung Rosie baik dan suka memberikanku donat makanya aku masih mau berteman dengan dia, bahkan sampai jadi sahabat.
Kita sudah mengenal satu sama lain, pokoknya sabar sekali aku menghadapi Rosie yang ngeselin. Berbicara tentang Rosie aku lupa menanyakan sesuatu eh...
"Kok Lo gak masuk kelas?" Tanyaku setelah menyelesaikan suapan terakhirku.
"Sama."
"Hah?"
"Ya sama kaya Lo," ucapnya datar sambil sibuk mengunyah.
"Sialan!"
Kan? Benar-benar ngeselin, Bisa-bisanya dia malah tertawa keras. Akhirnya aku juga malah ikutan tertawa.
"Tenang, kita gak bakalan dihukum lagi."
"Kok bisa yakin gitu dih?"
"Ya karena gue ketua OSIS hahaha!"
Rosie benar-benar jenis manusia sableng yang beruntung diberi banyak kepercayaan sama orang.
"Itu namanya memanfaatkan kekuasaan!" Ucapku menggebu.
"Biarin! Ngaca dong sendirinya sekretaris OSIS, cih sangat tidak berprikeosisan sekali."
"Lah iya... Tapi yang pertama ngaca harusnya itu elo ibu ketua OSIS yang terhormat!"
"Baik ibu sekretaris, baik." Rosie tiba-tiba berdiri, lalu meraih sakunya untuk mengeluarkan sesuatu.
Kirain apaan....
Dasar sinting malah beneran ngaca!
"Hmz udah, nih giliran Lo." Aku menatapnya datar.
"Serah, Au ah!" Karena sudah terlalu capek dengan kelakuannya, akhirnya aku memutuskan pergi. Bisa malu kalau ketahuan rakyat sekolah ini, yang notabenenya kita berdua adalah anggota OSIS, mana dia ketuanya lagi. Siapa sih yang milih dia jadi ketua, benar-benar gak waras!
"Mau kemana? Lisayang! bayar dulu woi!" Telmi dulu baru teriak, jangan heran, ini Rosie.
Bersambung...
Ps/ Lisa lupa kalau dia jadi tim sukses nomor 1 Rosie pas nyalon OSIS😏