Jangan lupa spam komentar dan benerin kalau ada typo yaaa.
Happy Reading...
Aglan menghela nafas mendengar perdebatan super unfaedah teman-temannya itu.Bisa tidak sih, sehari saja tidak berdebat tentang hal yang tidak penting?
Capek juga dia lama-lama menghadapi teman-teman super nggak jelasnya itu.
Sekarang kelima cowok itu sedang berada di kamar Aglan. Sepulang sekolah, mereka tidak langsung pulang ke rumah masing-masing melainkan singgah dulu ke rumah Aglan.
"Pinjam baju lo satu, Glan" teriak Zayki yang sudah berada didepan lemari pakaian milik Aglan dengan bertelanjang dada.
"Dih nggak tau malu lo!" seru Alder.
"Palingan juga nanti nggak dibalikin" kompor Lion.
"Tenang aja nanti gue cuci dulu baru balikin."
"Idih si najis!" seru Alder.
"Boleh nggak nih, Glan?" Zayki kembali bertanya kepada pemiliknya.
"Hm" gumam Aglan membuat Zayki dengan tidak tau dirinya langsung membuka lemari besar dihadapannya itu. Cowok itu kemudian mengambil sebuah kaos berwarna hitam lalu langsung dipakainya.
"Gue pantau yah, sampai lo cuci tuh baju" kata Alder.
"Yoi dong. Liat aja" balas Zayki lalu duduk disebelah Lion.
"Rayen" panggil Zayki.
"Ya?" jawab Rayen singkat.
"Love you."
"Nggak jelas lo" ujar Lion lalu menjitak kepala Zayki.
"Cemburu lo?"
"Najissss!"
"Aglan" panggil seseorang dibalik pintu.
"Iya, Ma?" sahut Aglan.
"Ajak temen-temennya makan dulu. Udah Mama siapin."
"Iya."
"Anjay slebewww" seru Alder yang langsung melompat dari atas kasur.
"Kayak belum pernah makan aja lo" gerutu Zayki.
"Makan sana" perintah Aglan.
"Dengan senang hati" balas Alder tersenyum manis dengan menyatukan kedua tangannya didepan dada.
Aglan, Rayen, Lion, Alder dan Zayki kemudian berjalan menuju meja makan.
"Tante kami makan dulu yah" kata Alder sok sopan.
"Iya. Yang banyak makannya."
"Sudah pasti itu" gumam Zayki pelan.
"Doa dulu!" peringat Lion membuat Zayki yang hendak memasukan nasi dan lauk ke dalam mulutnya jadi terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Us
Teen FictionIni tentang masa mudaku. Tentang aku dan dia yang tidak sengaja bertemu, disaat waktu yang ku punya hampir mencapai kata selesai. Namun takdir berkata lain. Pada akhirnya kami harus saling melepaskan. Kisah ini pun selesai. Sebelum waktu itu, kami m...