"Oh ya, An. Lo ngerjain hukuman lo kapan?"
Setelah mengisi perut, para muda-mudi itu berjalan menuju kelas.
"Iya. Kapan lo mau ngerjain hukuman lo. Nanti kita-kita bantuin", tawar Ben pada Anna yang masih mengunyah keripik kentangnya.
"Sweriushan?", tanya Anna menoleh pada Ben dengan mulut penuh
"Kalau ngomong, ditelen dulu ngapa An. Jorok tau!", omel Jina yang risih dengan remahan kripik kentang Anna yang berterbangan.
"Iya", jawab Ben, Miguel, Jihan, Minna, Caca, dan June.
"Kalau gue sih ogah", jawab Lisa cepat dengan kedua tangan menyilang di depan dada.
"Iiihh! Kok gitu sih Lis. Nanti gue beliin susu juga sekarton, masa bantuin temen lo yang cantik ini ngga mau", rajuk Anna dengan wajah memelas
"Muntah gue, An. Muntah"
Keenam teman mereka yang lain hanya tertawa dengan bujukan Anna dan penolakan Lisa.
"LISA!"
Teriakan dari arah utara koridor membuat Lisa dan teman-temannya menoleh menatap pemuda berkacamata yang tengah berlari menghampiri mereka.
"Kamu harus ikut sama aku. Sekarang", ujar pemuda itu di sela napasnya yang terputus-putus.
"Eh-eh apaan nih? Main ajak anak orang aja", hadang Miguel yang berdiri di antara Lisa dan si pemuda berkacamata seraya melepas tautan tangan mereka.
"Kamu ngga usah ikut campur. Ini ngga ada urusannya sama kamu", balasan dari si pemuda membuat tak hanya Miguel namun teman-teman Lisa yang menyaksikannya kebingungan.
Pasalnya, pemuda berkacamata yang mereka tahu bernama Edwin itu tak sekalipun pernah berinteraksi dengan mereka, terutama Lisa. Jadi masuk akal jika Miguel dan yang lain kebingungan dengan sikap Edwin yang seakan sudah mengenal Lisa.
"Urusan Lisa, urusan gue juga. Harusnya yang bilang gitu gue. Ada urusan apa lo sama Lisa?", tantang Miguel yang menyorotkan tatapan tajamnya pada Edwin.
Tak ingin mempertegang suasana, apalagi mereka saat ini berada di depan pintu masuk kelas membuat Lisa melerai keduanya.
"Udah-udah. Jangan pada berantem, ngga malu apa pada dilihatin anak-anak lain?"
Namun usaha Lisa masih belum berdampak apapun, keduanya masih menghunuskan tatapan permusuhan. Dengan helaan napas, Lisa mengeluarkan jurus jitunya.
"ADA BU ASRI KE SINI!"
Tak hanya Miguel dan Edwin, yang lain pun segera memasuki kelas karena teriakan Lisa akan datangnya guru disiplin sekolah.
Namun saat Edwin akan memutar tubuh, cekalan pada lengannya menghentikan gerakannya.
Ditatapnya tangannya dan Lisa bergantian, sebelum tarikan Lisa membuatnya mengekori gadis itu meninggalkan kelas.
Setelah dirasa aman, Lisa melepaskan cekalannya dari tangan Edwin lalu mendudukkan diri di bangku kosong gudang belakang sekolah.