"Tokito-san kemari! Bukankah ikat rambut ini cantik? Menurutmu aku lebih cocok memakai yang mana?"
Iya, saat ini kami berdua tengah berada di tengah keramaian festival.
Tokito-san sengaja agak menjaga jarak denganku untuk memancing iblis itu, namun aku malah terlena dengan apa yang dijajakan disini terus menerus meminta Tokito-san untuk berada di dekatku agar dapat membantu memilih pernak-pernik yang ingin kubeli.
"Biru muda." Jawab Tokito-san terlihat malas.
"Yang ini? Apakah benar-benar cocok untuk kupakai?" Tanyaku mengangkat sepasang ikat rambut berwarna biru muda dengan pita berwarna senada yang menempel pada ikat rambut tersebut.
"Iya." Jawabnya lagi.
"Baiklah, aku akan mengambil yang ini. Dan yang berwarna merah muda dan juga biru tua, masing-masing untuk Aoi-san dan Kanao-san. Mereka pasti suka." Ucapku yang justru sangat antusias.
Festival adalah hal yang sangat aku sukai. Banyak orang yang menbuka gerai dadakan. Menjajakan beraneka macam barang maupun makanan. Meskipun ini misi, tetapi aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak berbelanja. Sangat menyenangkan!
Aku kembali menemui Tokito-san seusai membayar semua yang kubeli dari gerai itu. Ibu-ibu yang menjaga gerai sangat baik, ia memberiku beberapa permen coklat. Katanya, aku mengingatkannya dengan putrinya dulu yang kini telah merantau bersama suaminya.
"Tokito-san! Hehe, lihat aku dapat coklat dari ibu penjualnya!! Kau mau?" Ucapku menawarkan 5 bungkus permen coklat itu.
"Tidak, aku sedang tidak ingin memakan sesuatu." Jawabnya.
"Baiklah." Ucapku sembari membuka bungkusan permen coklat itu dan berjalan kembali melihat-lihat festivalnya.
Benar, untuk kali ini aku yang berjalan di depan. Namun tatapan Tokito-san terus tertuju tajam ke arahku seakan sang iblis akan segera datang menyergapku.
Sebenarnya hal itu cukup membuatku sedikit merinding karena kelebihanku yang sangat peka dengan aura seseorang.
"Aku pikir ini sedikit berlebihan." Gumamku yang tentu saja tidak dapat didengar oleh Tokito-san di tengah keramaian ini.
Aku menghentikan langkahku. Membuat Tokito-san keheranan. Ia terus melangkahkan kakiknya dan berhenti tepat dihadapanku. Menaikkan kedua alisnya seolah menanyakan apa yang terjadi.
"Anuu, aku ingin ke toilet sebentar." Izinku yang ditanggapi dengan anggukan olehnya.
"Kalau begitu aku akan menunggu dari sana. Jangan takut jika sesuatu terjadi, aku akan tetap mengawasimu. Para anggota yang lain juga tengah menyamar. Nichirinmu juga aman." Ucapnya mewanti-wanti.
"Baiklah, aku pergi dulu." Jawabku berjalan menuju ke toilet yang berada di seberang jalan.
Tokito-san menunggu dari sisi jalan satunya. Sengaja agak jauh untuk memberikan ruang bagi iblis itu.
Dengan ragu kuinjakkan kakiku memasuki bangunan kecil bertuliskan "toilet umum" pada pintu.
"Sepertinya akan baik-baik saja." Gumamku menenangkan diri.
Pasalnya, jujur saja. Saat ini aku merasa sedikit takut. Menjadi seorang umpan dan tanpa senjata apapun. Aku benar-benar hanya bisa mengandalkan kemampuan beladiriku.
Hingga selepas keluar dari toilet umum itu, aku tidak menemukan kejanggalan apapun. Tidak ada yang terjadi. Hal ini membuatku sedikit bernafas lega.
Dengan santai aku berjalan keluar dan bergegas untuk kembali menemui Tokito-san.
KAMU SEDANG MEMBACA
By Your Side || T. Muichiro
FanfictionTOKITOU MUICHIRO X FEM!READER [NAME] Menjadi anggota demon slayer corps tidaklah mudah. Kau harus bersedia mengorbankan nyawamu setiap harinya untuk memburu iblis-iblis yang berkeliaran. Kalau kau adalah orang yang beruntung, mungkin kau hanya akan...