02

16 2 0
                                    

"Kau baik-baik saja? Ada yang mengganggumu? Atau apa? Aku bisa membantumu."

Gadis itu bernama Rae. Hyo mengingatnya, bagaimana lekukan wajahnya, suaranya, bahkan eskpresinya, Hyo selalu mengingatnya, meskipun sudah dua hari berlalu semenjak pertemuan mereka di rooftop apartemen. Gadis yang membuat hatinya tenang jika melihatnya.

Hyo tersenyum kecil menatap langit-langit kamarnya, hati kecilnya ingin bertemu lagi dengan Rae. Meskipun hanya berpapasan saat di jalan, itu sudah cukup baginya.

Dia seperti orang yang kasmaran dua hari ini, memikirkan seorang gadis kemudian tersenyum. Hatinya tak lagi bersedih, Hyo tampak begitu riang. Meskipun dunia ini mendewasakan dirinya lebih cepat, dia tetaplah remaja 16 tahun yang dapat jatuh cinta.

Jatuh cinta? Sang pemilik hati saja tidak sadar jika dia sedang jatuh cinta.

Smart Bracelet (hampir mirip dengan jam tangan ponsel namun berbentuk gelang silikon) di tangannya bergetar pelan, seseorang meneleponnya. Hyo mendudukkan dirinya, melihat siapa yang mengganggunya di waktu senggang ini.

Ibu, calling....

"Halo, Bu," sapanya, begitu wajah Ibunya terlihat di layar hologram yang mengambang di atas gelang tersebut.

"Halo, Hyo. Apakah ada sesuatu yang membuatmu senang? Wajahmu riang sekali." Wanita berjas putih itu tersenyum padanya.

Hyo balas tersenyum dan mengangguk kecil. "Ada, Bu."

"Oh, ya?"

"Apakah itu karena seorang gadis?" Sebuah suara berat yang ramah menyahut dari seberang sana, Ibunya tampak bergeser dari tempat duduknya, mempersilahkan seseorang duduk di sampingnya.

Keadaan berubah canggung bagi Hyo begitu seorang pria duduk berdampingan dengan ibunya. Bisa dikatakan jika pria itu adalah ayah tirinya, suami kedua Ibunya usai bercerai dengan Ayahnya dulu.

"Lama tidak bertemu, Hyo! Kau semakin tampan saja, sepertinya banyak yang menyukaimu, ya, di sekolah?" Pria itu tersenyum lebar hingga gusinya terlihat.

"Tidak ada gadis yang dekat denganku, A-yah...."

"Hm? Benarkah?" Pria itu mengangkat kedua alisnya. "Padahal saat seusiamu, banyak gadis yang mendekatiku. Anehnya hanya Ibumu yang tidak tertarik denganku, tapi, lihatlah, dia tetap terkena panah pesonaku, haha!"

Setelah kau menghancurkan keluargaku, pria br*ngs*k!!

Hyo hanya bisa diam, melihat pria itu merangkul Ibunya, sehingga membuat jarak mereka semakin dekat. Ibunya tampak merona, hati Hyo terasa semakin panas.

"Omong-omong, kenapa Ibu meneleponku?" Hyo bertanya, mengalihkan topik secepatnya.

Ibunya tampak teringat sesuatu kemudian melepaskan rangkulan pria di sampingnya. "Ibu dengar ayahmu sakit mental, Hyo."

Hyo mengerutkan keningnya. "Ayah tidak sakit mental!"

"Ma-maksud Ibu bukan penyakit mental. Euhm..., demensia." Wanita itu terdengar ragu, Hyo tak merespon apapun, menunggu Ibunya melanjutkan perkataannya.

"Apakah kau tidak ada keinginan untuk tinggal bersama Ibu? Kita bisa membuat keluarga baru yang bahagia, bersama calon adikmu, Hyo! Daripada kau tinggal bersama pria tua yang bahkan tak dapat mengingatmu!"

Pria tua? Hyo menggertakkan giginya, rasa amarah seketika menutupi hatinya yang tadinya begitu riang. Namun, sekuat tenaga laki-laki itu mencoba menahannya. "Tidak, Bu. Aku harus mengurus Ayah. Ibu bisa membuat keluarga baru yang bahagia tanpaku. Selamat malam, Bu. Mimpi indah."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang