Bab 14

30.5K 1.6K 39
                                    

Kembali ke beberapa waktu sebelumnya saat Jose terjebak di bar bersama dua orang gila yang terus-terusan melempar gombalan. Menurutnya Nadia memang agak genit dan centil. Bertemu Jerico yang tidak kalah genitnya itu membuat level kegenitan Nadia naik bertingkat-tingkat. Bisa Jose katakan bahwa mereka sangat cocok.

Nadia mungkin tidak tahu bahwa Jerico seorang raja playboy. Jose tidak bisa menghitung dengan pasti sudah berapa wanita yang dibawanya ke asrama waktu mereka masih tinggal bersama saat kuliah di Kanada. Jose sampai terbiasa berpapasan dengan wanita berbeda setiap hari, setiap minggunya saat baru bangun tidur. Lima tahun pertemanan mereka, Jose tidak melihat adanya perubahan pada sikap Jerico. Dia masih Jerico anak manja yang suka menghabiskan uang orang tuanya dengan bersenang-senang dan bermain wanita.

Jose menghela napas. Kini Jerico dan Nadia justru berlomba siapa yang bisa menegak bir dalam satu tegukan dalam waktu kurang dari 10 detik. Jerico jelas menang. Jose bahkan berani taruhan. Nadia kalah, tapi dia justru kegirangan.

"Lo keren banget!!" seru Nadia bergelendot pada Jerico dengan wajah memerah. Jerico mengusap ujung hidungnya. Wajah senganya membuat Jose sebal.

Tangan Jerico melingkar mesra di pinggang Nadia. Wajah antara dua orang itu kini sangat dekat. Tubuh mereka saling menempel dan sebelum mereka terlalu jauh, Jose menarik Nadia menjauh dari Jerico. Cowok itu bisa mengencani wanita mana saja tapi tidak dengan mahasiswi yang ia kenal.

Jerico mendecak kesal. Nadia justru terkekeh geli dan beralih menggelendoti Jose.

"Kita harus antar–nggak, aku harus segera antar kalian balik!" tegas Jose.

"Gue belum mau balik," protes Jerico. "Ini masih kesiangan."

Jose mendesis. "Ini udah mau pagi, Jer!"

"Rgggh, susah amat dugem bawa bapak-bapak," dumel Jerico meraba kantong celananya. Lalu ia melemparkan kunci mobil pada Jose. "Lo duluan aja, anter tuh cewek."

Jose menahan diri untuk tidak mendengus. Dia paling benci dengan seseorang memperlakukan orang lain seperti barang. Ia sudah beberapa kali menegur Jerico soal hal ini. Tetapi sepertinya teguran dari sesama manusia tidak akan mempan untuk orang seperti Jerico. Dia perlu teguran dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jose pun menggandeng Nadia sampai ke parkiran, memastikan cewek itu tidak pingsan di tengah jalan atau semacamnya. Jose berusaha mengorek informasi dimana ia tinggal. Ia tidak mungkin membawa Nadia kembali ke apartemen. Ia tidak ingin Rere salah paham. Maksudnya, jika ia berpapasan dengannya, cewek rese itu pasti akan menuduhnya macam-macam.

"Di situ tuh, di situ, masa lo nggak tahu?!" Saat ditanya Nadia justru meracau tidak jelas. Jose tidak punya pilihan lain.

"Maaf," gumamnya saat merogoh tas Nadia. Tangannya langsung meraih dompet. Sebelum membukanya Jose berharap perempuan itu bukan anak rantau. Beruntung KTP-nya masih berada di kota ini. Jose pun melajukan mobil Jerico menuju alamat di KTP Nadia.

Setelah hampir tersesat karena format GPS yang tidak akurat, Jose akhirnya sampai di depan rumah berpagar dan pilar tinggi. Di sini ia menyadari bahwa Nadia bukan berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Sementara itu tuan putri rumah gedongan ini sudah lelap di dalam mobil. Jose pun membuka pintu penumpang dan menggoyang-goyang tubuh gadis itu.

"Hei, hei, bangun."

Nadia menggeram tidak suka. Ia justru memalingkan wajahnya. Jose menggoyang tubuhnya sekali lagi. Kali ini lebih kencang hingga Nadia membuka matanya. Manik bulat dan berbulu mata lentik itu mengerjap-ngerjap menatap Jose dan sekitarnya. Kemudian ia kembali menggeram.

"Kenapa gue di rumah?" ujarnya mendelik.

"Karena kamu harus pulang," jawab Jose dengan wajah bodoh. Nadia pun turun dari mobil sambil mencak-mencak. Jalan Nadia sempoyongan. Jose berniat untuk membopongnya sampai pagar tetapi Nadia justru menjatuhkan diri dalam pelukan Jose.

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang