Chapter 03 : rumah

135 17 0
                                    

06.00

Tring

Bunyi dari alarm membuat seorang terbangun dari tidurnya yang terasa singkat.

Tak

Bunyi alarm yang dimatikan.

"Huft" aleska menghela nafasnya dengan kasar karena dia benar-benar masih mengantuk. Dengan malas dia mengambil handuknya dan pergi untuk membersihkan tubuhnya.

Membutuhkan 30 menit untuk aleska keluar dari kamar mandi sambil mengusap-usap kan handuknya pada rambutnya supaya kering.

Setelah usai mempersiapkan semua hal yang akan dia bawa ke sekolah, aleska membuka sebuah laci dari mejanya dan meraih sebuah surat yang dia sembunyikan.

Tatapan kosong mulai menghiasi wajahnya sambil menatap surat ditangannya.

Dengan senyum yang lirih, air mata menetes begitu saja dari matanya tanpa seizinnya.

"Jika saja...aku bisa menggantikan bunda. Aku ingin rasa sakit itu beralih padaku cukup aku saja yang merasakan sakitnya. Malaikat sebaik bunda tak pantas mendapatkan semua ini.a-aku..."

"...hanya ingin bunda mempunyai sebuah rumah yang diimpikannya, rumah yang penuh cinta dan pasangan yang mencintai nya dengan tulus meskipun aku mungkin tidak terlahir didunia ini....."

"Setidaknya aku hidup dibawah kebahagian bunda atau mungkin mati dikebahagian orang tuaku. Ekspetasi yang selama ini aku bayangkan, ternyata terlalu pahit untuk badut seperti ku"

Aleska menangis dalam diam sambil menjatuhkan tubuhnya tepat dilantai dengan tubuh yang menyandar di tepi kasur.

"Aku bahkan tidak tau bagaimana jika bunda tidak ada, apakah aku akan masih mempunyai rumah?"

Cklek

Bunyi pintu yang dibuka membuat aleska terkejut dan dengan cepat menyembunyikan surat yang berada ditangannya ke belakang punggungnya sambil menghapus air mata yang menghiasi wajahnya, pintu pun mulai terbuka menampakkan sang bunda dengan wajah yang ceria dan bahagia.

"Hey sayang, cepat kebawah. Bunda menyiapkan sarapan kesukaan mu" ujar sang bunda sambil tersenyum.

"A-ah ya, makasih bun udah capek-capek buatin aleska sarapan" ujar aleska gagap sambil meremas erat surat yang berada dibelakang tubuhnya.

"Kamu bilang apasih, kan ini udah tanggung jawab bunda sebagai ibu rumah tangga. Pokoknya bunda, enggak mau anak kesayangan bunda ini kekurangan gizi"

"Iya, iya bunda. Nanti aleska turun kalau aleska udah siap. Lebih baik bunda turun aja dulu" ujar aleska yang menghampiri bundanya dan medorong pelan tubuh bundanya keluar dari pintu

"Oke.bunda,tunggu" pintupun tertutup meninggalkan aleska yang mulai menangis dalam diam.

"Keinginan ku hanyalah......"

Aleska menggigit bibirnya dengan kencang untuk merendam suara tangisannya. Kuku yang mulai menancap di telapak tangannya untuk melampiaskan rasa sedih dan emosi yang secara bersamaan.

"...melihat bunda hidup walau aku yang harus menggantikan nya. Untuk apa aku hidup jika tanpa bunda" guman aleska dengan air mata yang mengalir deras.

"Jika mati ku adalah kebahagiaan ku,aku akan melakukan nya dengan senang hati tanpa orang menyuruhku"

Di Meja Makan

Aleska pun terlihat menuruni tangga dengan wajah yang agak muram karena dia harus memberikan surat itu walau tau apa resikonya nanti. Langkah aleskapun berhenti tepat didepan ayahnya yang sedang menikmati makanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Butterfly Has GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang