1

210 30 4
                                    

Beberapa bulan yang lalu hidup Kirana mencapai dasarnya, akibat keputusannya sendiri.

Bisa dibilang, sampai sekarang.

Akhir tahun kemarin, setelah Kirana pikir nggak akan ada lagi laki-laki yang bisa dia percaya, datanglah Kaiandra.

Kaiandra dengan sejuta sikap manisnya, yang benar-benar membuat Kirana merasa pantas untuk disayang.

Hidupnya yang hancur kembali tertata rapi sedikit demi sedikit.

Kirana berhenti membuat janji dengan psikolog, bahkan berhenti mengkonsumsi obat tidur.

Ternyata, Kaiandra-lah jawabannya.

Awalnya Kirana bahkan nggak sadar kalau dia satu tempat kerja dengan Kaiandra. Karena memang di bulan-bulan itu bisa disebut titik terendahnya.

Kirana sangat membatasi berkomunikasi dengan orang-orang. Lebih memilih sendiri dan pakai airpods supaya nggak ada yang ganggu. Kirana merasa lebih nyaman.

Tapi di suatu waktu Kaiandra menghampiri Kirana yang sedang makan sendirian di kantin, yang padahal dia nggak mau ada yang samperin.

"Boleh join?" Tanya Kaiandra, tapi nampannya sudah ada diatas meja aja. Padahal belum dapat izin.

Kirana mengangguk. Karena nggak ada pilihan lain lagi??

"Boleh."

Dan dengan sangat terpaksa Kirana melepas airpodsnya.

"Kaiandra," dia mengulurkan tangan.

Kirana menerima jabatan tangannya. "Kirana."

"Namanya cantik, persis orangnya."

Kirana yang masih kaget, memilih untuk nggak memberikan respon dan melanjutkan makan.

"Gue perhatiin lo sering sendirian ya?"

"Iya."

"I see."

Loh.

Mereka berdua terdiam sejenak.

"Gue freak sih ngomong ini disaat kita baru kenalan, tapi lo cantik kalau senyum. Banyakin senyum ya? Jangan nekuk mulu."

Kirana masih nggak tau harus respon apa, tapi mukanya memerah.

Semenjak itu, entah kenapa Kirana selalu berharap bisa bertemu Kaiandra di jam istirahat. Ajaibnya, sejak hari itu mereka sering dipertemukan.

Entah di lorong.

Entah di entrance.

Bahkan di tempat random seperti kedai kopi yang jaraknya agak jauh dari kantor.

Akhirnya Kirana dan Kaiandra ada di titik janjian untuk bertemu diluar tempat kerja.

Proses yang cukup singkat, tapi sedikit demi sedikit Kirana mulai membuka hatinya. Kaiandra benar-benar membuatnya seperti terlahir kembali.

"Lo masih takut buat komitmen ya?" Tanya Kaiandra.

"Iya. Jujur." Jawab Kirana, yang memang masih terbayang-bayang trauma dari mantan pacarnya satu tahun yang lalu.

"Mau gini aja?"

Kirana mengangguk. Kaiandra menarii selimut dan lanjut memeluk tubuh Kirana, lalu mengecup dahinya, "As long as you are happy, Kirana."

Awalnya Kirana pikir menyenangkan. Karena Kirana cuma butuh tempat cerita, lama-lama Kirana butuh pelukan setiap kali dia lelah atau  sekedar ingin ngedumel soal bosnya.

Dan lama-lama, Kirana merasa ada yang kurang kalau dia nggak bersama Kaiandra.

Tapi mereka setuju untuk nggak berkomitmen, dan Kirana selalu memberi batasan kalau mereka berdua memang nggak ada apa-apa dan nggak boleh ada perasaan apa-apa.

Kaiandra selalu membuat Kirana merasa seperti satu-satunya perempuan yang dia sayang. Selalu memastikan Kirana baik-baik saja. Selalu memastikan hari itu Kirana nggak merasa sedih.

Semuanya begitu sempurna.

Bisa dibilang, terlalu sempurna.

Setiap hari Kirana habiskan waktunya bersama Kaiandra. Hampir.

Apartment Kaiandra sudah seperti tempat tinggal Kirana. Nggak ada lagi yang mereka sembunyikan.

At least, itu yang Kirana pikir.

Semua orang di kantor mulai tahu soal hubungan mereka, yang mereka pikir, pacaran. Tapi nggak mungkin juga kan Kirana dan Kaiandra klarifikasi kalau mereka cuma friends with benefit sejauh ini?

Tapi Kirana nggak peduli.

Dia cukup senang dengan hidupnya saat ini.

Dia cukup senang punya Kaiandra yang selalu ada disampingnya.

Sampai.

"Kirana," panggil Willy, teman kantor yang duduk disebrangnya. "you okay with Kaiandra?"

Kirana mengangguk, "Kenapa, Wil?"

Willy berdiri menghampiri Kirana, lalu memperlihatkan satu direct message dari seseorang yang dia nggak kenal, yang ternyata teman kuliah Willy.

"Oh lo kerja disana sekarang, Wil? Kata tunangan gue makmur yeee kerja disana."

"Siapa tunangan lo, Vi? Satu tempat kerja sama gue????"

"Iyaaa. Kaiandra namanya. Udah lama sih cuma kita berdua emang nggak mau publish aja hhe."

Cukup membuat Kirana menjatuhkan pulpennya ke lantai.

Kirana nggak tau harus merespon apa, mukanya pucat, badannya gemetar, tapi air matanya nggak bisa keluar.

"Gue ke toilet dulu, Wil."

"Kirana? Mau gue temenin?"

Tapi Kirana nggak menggubris Willy.

Dia nggak ke toilet, melaikan naik lift ke lantai departemen Kaiandra, langsung menuju ruangannya dan mencari lelaki itu.

Untungnya Kaiandra langsung sadar ada yang mencarinya, dan langsung menghampiri Kirana.

"Hai, ada apa?"

"Viviana siapa?"

Senyuman Kaiandra hilang dalam sekejap.

"Bener dia tunangan kamu?"

Mereka berdua saling bertatapan, yang pda akhirnya Kaiandra kalah.

"Iya."

"Kamu bohongin aku?"

"Aku nggak bohongin kamu. Aku nggak pernah bilang aku nggak punya pacar apalagi tunagan. Kita pun ada di hubungan tanpa komitmen. Memangnya aku salah?"

Nggak. Kaiandra nggak salah.

Kirana yang salah.

Karena Kirana jatuh cinta pada orang yang salah.

***

hiiiii i'm back🥲
Kangennnn🥲🥲🥲🥲

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

friends with benefit | kaistal short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang