Sambil di dengerin ya
Segara mendapati Jena yang sedang melamun dan wajah yang terlihat sedih
"kenapa Jen, kok ngelamun gitu"
"eh, gapapa kok kak Jena cuma kangen Papa" ucap Jena berbohong
"oh, beso kalo kamu sudah sembuh kita ke makam Papa ya"
"iya kak"
"tapi kamu harus sembuh dulu"
"Jena bakal berusahalah supaya Jena sembuh"
Segara tersenyum mendengar perkataan Jena barusan, saat Jena ingin beranjak pergi ke kamar mandi kepala Jena pusing dengan mata yang kabur.
"JENAAA!!" teriak Segara yang mendapati sahabatnya itu jatuh dan pingsan
Segara mengendong tubuh Jena dan berlari memanggil dokter
"DOK, BANTU PACAR SAYA DOK"
"sabar ya Tuan, nona Jena nya baru ingin di periksa" ucap suster yang membantu dokter merawat Jena
kalau Segara mengatakan bahwa Jena sahabatnya maka pihak rumah sakit akan terus bertanya tentang keluarga pasien (Jena), Segara yang menunggu dokter memeriksa keadaan Jena sekarang Segara sangat cemas dengan ke adaan sahabatnya tersebut
dokter keluar dari ruangan yang ditempati oleh Jena
"dengan keluarga pasien?"
"iya saya dok, bagaimana keadaan Jena?"
"silakan keruangan saya Tuan saya akan menjelaskan di sana"
"oke dok"
sampai di ruangan
"ada apa dok, Jena gapapakan dok?"
dokter menghela nafas karena sedikit cemas dengan apa yang akan ia katakan nanti
"dok? kenapa cuma diam saja"
"maaf Tuhan Segara? saya sedikit berberat hati dengan hasil yang saya dapat"
"maksud dokter?"
"nona Jena sudah memasuki kanker otak stadium 2" dokter mulai sedikit takut untuk melanjutkan perkataannya
"dok...dokter pasti bercandakan iya kan?" Segara tersenyum dengan senyuman yang susah untuk diartikan tetapi air matanya mulai mengalir
"tetapi nak Segara jangan khawatir ya saya sudah menganggap kalian sebagai anak saya, stadium ini belum seganas stadium 3 dan 4 jadi mungkin kita harus segera mengadakan terapi untuk nona Jena , tetapi kemungkinan sembuh hanya beberapa persen saja"
"baik dok apapun akan saya lakukan asal Jena sembuh dok"
"baiklah saya akan membatu kalian"
"Terimakasih dok"
Segara yang sudah frustasi berjalan melalui lorong-lorong rumah sakit dengan wajah pucat dan mata yang sembab karena menangis
Dengerin ya, sambil baca teksnya ↗
dimana saat Segara merasa hancur ia selalu teringat oleh cinta pertamanya yaitu Jena saat ia merasa lelah dan membutuhkan tempat mengeluh Jena lah orang pertama yang tau tentang keluh kesah Segara, Segara sangat menyayangi Jena saat Segara ingin memberi tahu perasaan yang ia pendam tetapi saat ia ingin memberitahu Jena bahwa ia sangat menyayangi dirinya ada hal yang membuat hati Segara merasa tidak nyaman
"Gara harus apa Jen, Gara ga kuat kalo liat Jena menderita kaya gini" Segara menangis sesenggukan
"Gara janji sama Jena bakal pulihin Jena seperti sediakala, Gara janji Jee Segara ga kuat kalo liat Jena terbaring lemah terus kaya gini tergantung sama alat-alat di sini"
Segara pergi ke ruangan milik Jena sebelum itu ia sudah mencuci muka terlebih dahulu
"Gara..." suara Jena lemas dan pandangannya buram
"eh, iya Jena? kenapa ada yang sakit sini bilang Ega"
"enggak, Ega janji jangan tinggalin Jena sendirian ya"
"Ega promise, umm Jena Ega wants to say something to Jena" ucap Segara sambil mengelus tangan mungil milik jena
"ngomong apa Ega?"
"Ega sebenernya udah suka Jena dari lama, Jena mau ga jadi cinta pertama dan terakhir Ega?"
"hah?! Ega ga bercanda kan" Jena yang terkejut dengan perkataan Segara ingin beranjak duduk ia berpikir mana mungkin seorang pria sepertinya menyukai wanita penyakitan seperti dirinya
"eh jangan bangun tiduran aja, iya bener Ega suka Jena dari kecil hehe gimana mau ga sama tawaran Ega tadi?"
Jena berpikir lagi memikirkan perkataan Segara tadi bukan lelucon hanya sekedar untuk menghiburnya saja
"kalo Kak Gara enggak bercanda sama apa yang Kak Gara bilang Jena mau kalo Kak Gara bercanda Jena sedih"
"Mana mungkin Ega bercanda Jen"
"oke, jadi hari ini Ega punya Jena sekarang"
"iyadong"
"Ega jangan tinggalin Jena ya"
"iya, gabakal kok Segara bakal sayang terus sama Jena"
"janji?" ucap Jena menawarkan jari kelingkingnya
"janji"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐒𝐚𝐦𝐮𝐝𝐫𝐚 || 𝐏𝐚𝐫𝐤 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧
Short Story"Ternyata rela tidaklah semudah kata-kata" - Segara 𝘪 𝘴𝘵𝘪𝘭𝘭 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘺𝘰𝘶