2

37 1 1
                                    

Juan pulang ke rumahnya dengan raut wajah yang tak dapat di artikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan pulang ke rumahnya dengan raut wajah yang tak dapat di artikan. Pria itu menyeret kakinya masuk ke dalam kamarnya. Terlihat Alaska sedang terlelap di atas ranjangnya dengan wajah letih.

Juan mendekati Alaska, matanya menatap ke arah perut Alaska. Tanpa sadar tangannya tergerak mengelus perut Alaska yang berlapis pakaian.

Degg.
Ada perasaan aneh yang menjalar dalam hati Juan. Perasaan yang tak mampu di jabarkan dengan kata-kata, tadinya dia sedang rapat, namun, ibunya menghubungi dan mengatakan bahwa Alaska hamil.

Alaska yang sedang terlelap merasakan seseorang membelai perutnya. Tanpa sadar, Alaska menarik tangan Juan membuat pria itu jatuh di sampingnya.

"Eughhh." Alaska memeluk erat tubuh Juan posesif seperti guling. Pria tampan itu membeku di perlakukan seperti itu oleh Alaska.

Ada perasaan aneh yang mengalir dalam tubuhnya. Juan menatap lekat wajah Alaska, kusam dan berjerawat itulah yang Juan lihat.

"Kenapa dia seperti kelelahan? Apa orang hamil memang seperti ini, pucat dan terlihat letih?" Juan mengusap pipi Alaska lembut membuat pria itu membuka matanya perlahan.

Deggg.
Alaska terkejut melihat wajah tampan Juan sangat dekat dengan wajahnya. Terlebih lagi tangan Juan yang mengusap pipinya.

"Kau sudah sadar rupanya!" Juan menarik tangannya lalu bangkit dari tidurnya, menatap datar Alaska.

"Kak."
"Aku tidak peduli kamu hamil anakku! Karena aku tetap tidak akan menganggapnya. Sekarang bangun dan tidur di tempatmu. Aku lelah dan ingin tidur di ranjang ku!" Titah Juan membuat hati Alaska kembali sakit dan sesak.

Dia mengira Juan akan menyayangi dan memanjakannya karena hamil anaknya. Namun, harapan tak sesuai kenyataan membuat Alaska kembali menelan pil pahit.

"Tapi, dia anak kakak! Anak kandung kakak! Apa tidak ada rasa sayang kakak untuknya?" Tanya Alaska memberanikan dirinya menatap Juan yang berdiri dengan dua tangan di masukkan ke dalam celananya.

"Tidak ada! Anakku hanya anak yang akan lahir dari rahim Cinta. Bukankah sudah ku ingatkan dari awal menikah bahwa jangan berharap lebih dari pernikahan ini! Silahkan mengandung tapi jangan menyusahkan ku dengan keinginan mu di masa idam. Apa yang kamu inginkan akan di penuhi oleh pelayan di rumah ini. Tapi, jangan sesekali menarik ku dalam masa idam mu!"

"Yang harus kau ingat kalau kau itu bukan seorang ratu dan aku bukan seorang raja. Jadi, tidak akan ada adegan romantis dalam masa kehamilan mu! Jika kau tidak sanggup mengandung, maka gugurkan saja! Aku tidak peduli!" Lanjut Juan mendorong pelan tubuh Alaska dari hadapannya lalu segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Alaska menyentuh perutnya lembut. Dia tak menyangka Juan tega menyuruh dirinya menggugurkan kandungan.

Alaska hanya bisa menangis dalam diam. Gadis itu mengadu pada semesta dalam tangisnya.

*
*
*

Tak terasa sudah satu tahun berlalu, Alaska sudah melahirkan seorang putra yang amat sangat tampan. Wajahnya mirip sekali dengan Juan.

Namun, Juan tak mau melihat wajah putranya itu.

Malang sekali nasib Alaska dan bayi mungil itu karena tak di anggap kehadirannya oleh keluarganya sendiri.

Juan semakin jijik dan tak suka melihat Alaska yang semakin gemuk setelah melahirkan. Pipinya yang chubby di penuhi oleh jerawat. Alaska tak punya waktu untuk merawat diri, meski Juan tetap memberikan nafkah lahir padanya.

Namun, Juan tak tahu kalau Alaska tak menyentuh uang pemberian Juan sama sekali karena tak ingin semakin di injak oleh Juan.

"Kak, apa kakak tidak ingin melihat wajah anak kita! Sudah satu bulan rehan lahir tapi kakak belum melihatnya! Bagaimanapun rehan anak kakak juga! Kalau kakak tidak suka pada aku, tapi, aku mohon sukai rehan. Dia masih kecil dan butuh kasih sayang dari ayahnya!" Ujar Alaska yang sedang menyusui rehan di sofa.

Juan yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya bisa terdiam tanpa menjawab sepatah katapun.

Pria tampan itu segera memakai pakaiannya tanpa memperdulikan Alaska menatap nanar dirinya.

"Apa serendah itu kami di mata, kakak? Apa tidak artinya pernikahan kita selama setahun? Apa kehadiran rehan di sini hanya angin lewat belaka? Kenapa kakak Setega ini pada istri dan anak kakak sendiri?" Alaska meneteskan air matanya menatap sendu Juan yang sedang mengancing baju piyamanya.

"Jangan bertanya sesuatu yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya, Alaska!" Juan merebahkan tubuhnya membelakangi Alaska.

Tes.
Air mata Alaska kembali jatuh membasahi pipi. Entah berapa banyak sudah air mata yang keluar dari mata bulatnya itu. Terbersit ingin bercerai dengan Juan.

Namun, Alaska mengurungkan niatnya karena berharap Juan berubah.

Dia bukanlah pria bodoh. Alaska hanya mencoba bertahan meski berulang kali di sakiti oleh Juan.

Alaska sedang menunggu waktu yang tepat untuk pergi dari kehidupan Juan. Di mana setelah kepergiannya itu, tidak boleh ada kata kembali lagi.

"Apa aku pergi saja dari kehidupan mu, kak?" Gumam Alaska menatap nanar punggung kokoh Juan.

Juan yang nyatanya belum tidur hanya bisa mengepalkan tangannya erat saat mendengar gumaman Alaska.

                                  
       
Terima kasih yang telah membaca kalau suka harap vote dan komen ya.....:)

:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Balas DendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang