Bab 15

1.4K 8 0
                                    

Cuaca mendung dan rintik gerimis di luar seolah menjadi faktor pendukung aksi percintan dua remaja yang sedang dilanda birahi. Di sebuah kamar yang tidak terlalu besar, tampak pernak pernik yang menandakan bahwa itu adalah kamar seorang gadis remaja yang sedang beranjak dewasa.

"Mmmmppphhh..sllurrrppp.."

Lumatan, sedotan dan jilatan kedua bibir yang sedang menyatu terlihat begitu sensual. Si gadis yang menempel di tembok tampak kewalahan dengan serangan bibir dan belaian tangan si perjaka yang begitu lihai dalam melakukan strategi penyerangannya.

Si gadis hanya bisa memejamkan mata dan mendongak sambil membuka mulutny a tanpa bersuara saat lidah dan bibir yang kasar menjilat dan menciumi lehernya.

"Eeeehhhhh..."

Hanya lenguhan kecil yang bisa dia suarakan saat jemari si perjaka lincah menjamah bokong lalu meremasnya kuat. Kulit lehernya yang putih memerah setelah dihajar oleh cumbuan bibir si pejantan muda. Kedua sejoli bertelanjang bulat tanpa peduli semilir angin yang semakin dingin menusuk kulit. Keduanya saling menatap tajam saat aktivitas pemanasan itu jeda sejenak. Deru nafas yang memburu dari si gadis menandakan kobaran syahwat semakin membesar.

Adrian, si pejantan muda itu menatap tajam wajah cantik nan horny ala Dini si gadis yang adalah sahabat kekasihnya, Tiara. Keduanya tersenyum kecil dengan gairah saat kedua bibir mereka kembali berpaut dan berpagutan dengan ganas. Suara kecipak dari pertukaran ludah menjadi satu-satunya suara dari balik tembok kamar itu. Lenguhan dua remaja beda kelamin itu menjadi penanda aktivitas seksual yang sempat terhenti kembali bergejolak.

Tangan Adrian merengkuh dan meremas lembut tapi kuat pada kedua payudara Dini, tangan Dini memegang dan membelai lembut penis Adrian yang sudah mengeras. Sepasang mata tampak mengintai dibalik pintu kamar, hanya sejenak lalu menghilang.

"Eeenngghhhhh.."

Lenguhan sensual Dini kembali terdengar saat lidah kasar Adrian menggeliat di puting kanan Dini yang mencuat. Lentingan otomastis membuat tangan Dini terlepas dari pegangannya di penis Adrian. Rasa geli yang mendera pada puting kanannya terasa begitu nikmat. Jilatan lidah Adrian yang kedua pada puting kirinya membuat aliran gairah seakan berkumpul di antara selangkangannya, yang membuat vaginanya berkedut dan mengeluarkan cairan kenikmatan.

"Oouuugghhh.."

Cairan itu semakin membanjir tatkala jari tengah Adrian membelai membelah bibir vaginanya. Jari tengah itu secara statis memberi stimulan pada klitorisnya sehingga membuat kepalanya semakin mendongak dan mulutnya ternganga dengan mata yang terpejam berkerut seakan ingin menahan rasa geli-geli nikmat di area kewanitaannya.

"Ssssshhiiiitttt...aaaaahhhh.."

Desahan Dini mulai terdengar membahana seiring sedotan kuat mulut Adrian pada kedua putingnya bergantian dan jari tengahnya memberi kocokan lembut yang intens di lubang kenikmatannya. Sebuah sikap gentleman pejantan muda yang membuatnya jatuh cinta dan lupa diri.
Adrian bekerja dengan cermat dan senyap. Tidak ada satupun kata yang terucap saat bibir dan jari tengahnya memberikan stimulus-stimulus pada titik-titik sensitif Dini. Bibirnya bergerak turun ke perut hingga dia berjongkok diantara selangkangan Dini setelah jari tengahnya ia keluarkan dari vagina yang telah dibanjiri cairan surgawi. Deru nafas Dini yang menggebu karena rasa geli pada sekujur tubuhnya membuatnya seakan hanya bisa pasrah menerima luapan kenikmatan dari Adrian.

"Aaaaahhhhh..aaauuugghhh.."

Lenguh dan desah membuncah saat lidah Adrian menyusuri vagina dan klitoris Dini. Dini hanya bisa berdiri mengangkang dengan kaki bergetar saat lidah itu memasuki lubang surgawinya. Gelombang kenikmatan itu perlahan semakin tak terbendung akibat kelihaian gerak lidah Adrian di dalam vaginanya.

Masa Lalu  2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang