Bab 1: Bagian 1

1.3K 144 13
                                        

Cerita ini hanya fiktif belaka dan tidak ada hubungannya dengan tokoh di dunia nyata.



***

HAPPY READING

***


"Saya pastikan keluarga Seo akan mendukung anda sepenuhnya jika pernikahan ini berhasil."

"Anda tidak perlu khawatir, Ayah mertua." Keduanya tertawa, Lee Yeol mengangkat cawan araknya yang langsung diikuti oleh pria tua di seberang meja.

Yeol bisa dikatakan masih belia untuk ukuran politikus, umurnya masih 18 tahun. Tetapi takdir yang memilihnya untuk terlahir sebagai King Alpha memaksa dia untuk pintar bernegosiasi demi kepentingannya dan Daejo, nama kerajaan yang kini dipimpin oleh sang Ayah.

Tak jarang pejabat-pejabat yang lebih tua dibuatnya tunduk. Tetapi berbeda dengan menteri pertahanan, dia merupakan sosok alpha yang tangguh dan penuh tipu daya, Yeol harus dapat membuatnya berpihak dengan hati-hati jika tidak ingin menteri licik itu mengambil terlalu banyak darinya.

Tok! Tok!

"Ah, sepertinya hadiah yang saya siapkan telah tiba." Si menteri lalu berdiri, menggeser pintu berbingkai kayu yang dilapisi oleh kertas putih.

Sementara Yeol masih duduk di tempatnya dengan pandangan yang lurus ke arah pintu. Netranya menghakimi, sedangkan pikirannya menerka-nerka, apa maksudnya ini?

"Omega ini bernama Seolna, yang paling tersohor dari Jangmijib."

Diperkenalkan seperti itu, omega pria yang menggunakan chima (rok) hijau dan atasan terbuka berwarna merah membungkuk dengan hormat. 

Semua gerak-geriknya tidak luput dari pandangan Yeol. Bagaimana tangannya bertumpu di atas perut, pandangannya yang turun ke bawah, dan omega itu juga bisa membungkuk dengan anggun layaknya dayang istana. Yeol juga bisa melihat jari-jari lentiknya, tulang selangka yang mencuat dengan indah, dan fitur wajah bak dewi bulan.

Sayang, keindahan itu harus berasal dari tempat sehina Jangmijib. Tempat para bajingan mengkhiatai keluarganya. Tempat para pendosa menjerumuskan dirinya. Tempat yang walaupun hina, tetapi mampu mengibarkan namanya ke seluruh penjuru kota, bahkan istana yang agung pun tak luput dari aromanya.

"Saya izin undur diri terlebih dahulu, Tuan."

"Ah, silakan, Tuan Seo." Perhatian Yeol berpindah pada si menteri, jadi orang tua itu akan meninggalkannya seorang diri dengan pelacur? 

Sampai pintu tertutup kembali dan Seolna duduk di sampingnya, Yeol masih belum juga mendapatkan jawaban atas pertanyaan di dalam otaknya, ia masih belum mengerti apa maksud Tuan Seo memberinya seorang gisaeng.

"Minuman seperti apa yang anda sukai? Saya mahir dalam meracik minuman?" Sengaja Soelna membuat suaranya mengalun dengan lembut, alpha menyukai mereka yang terlihat lemah. Jemari panjang meraih kendi arak dan menuangkannya pada cawan dengan cara paling anggun yang telah ia pelajari bertahun-tahun.

"Aku akan pulang." Ujar Yeol dengan singkat sembari beranjak.

Sebelum Yeol mencapai pintu, Seolna berkata, "Tuan, tidakkah anda ingin mengetahui alasan kenapa Tuan Seo mengirim saya?"

Yeol berhenti, pelacur ini ternyata memiliki lebih banyak keberanian dari yang ia kira, "dan apa itu?" tanyanya tanpa berbalik.

Bukan jawaban yang Yeol dapatkan, melainkan jari-jari lentik yang diam-diam ia kagumi merayap di bahunya, memberikan remasan sensual yang entah bagaimana bisa menaikkan libidonya. Dari jarak sedekat ini, Yeol dapat mencium aroma bunga Clematis. Manis seperti madu dan membawa hawa sejuk layaknya musim gugur.

"Jika anda dapat menjajikan keselamatan saya, dengan senang hati pertanyaan anda akan saya jawab." Bisik Seolna di telinga kanan Yeol. Bibirnya hampir menempel, bahkan sesekali belah bibir itu bergesekkan dengan daun telinga Yeol. Hidungnya juga menghembuskan nafas dengan anggun, membelai si alpha muda hingga darahnya berdesir. Membuat Yeol paham, Seolna menjadi gisaeng tersohor bukan tanpa alasan.

"Aku bisa menjamin keselamatan seluruh rakyat Daejo, melindungi nyawa seorang pelacur bukanlah hal besar."

Seolna tersenyum, ia sama sekali tidak tersinggung. Bertahun-tahun ia menjilat kaki milik hampir semua pejabat Daejo, direndahkan sekali lagi karena pekerjaannya tidak akan menjadi masalah.

"Kalau begitu..." jemari Seolna kembali merayap turun dari bahu, mengelus lengan hingga jari berurat milik Yeol, kemudian tangannya menyelinap memeluk perut kokoh si alpha. "Tuan harus meluangkan waktu untuk mendengarkan jawaban saya."

Sembari berdehem, Yeol melepaskan pelukan Seolna dan berbalik. Lalu tanpa mengatakan apapun ia kembali duduk di tempatnya semula. 

"Katakanlah."

Seolna tersenyum. Ia mengikuti Yeol untuk duduk di tempat semula. Tangan kanannya meraih cawan berisi arak yang telah ia tuangkan sebelumnya dan tangan kirinya ia jadikan tatakan.

"Minumlah dulu, Tuan."

Yeol melirik Seolna, mencoba membaca maksud dari si pelacur yang malah terlihat mengulur waktu.

Sementara Seolna yang mendapatkan tatapan tajam hanya tersenyum dengan manis dan mendekatkan cawan di tangannya pada bibir Yeol. Usaha itu berhasil, Yeol menyesap arak itu hingga tersisa setengahnya.

"Walaupun Tuan tetap tinggal hanya untuk mendengarkan jawaban saya, tetapi saya harus tetap melakukan pekerjaan saya untuk menghibur Tuan." Jelasnya sembari meletakkan cawan kembali.

Tidak berhenti di sana, Seolna kemudian meraih sumpit dan daun perila. Ia menumpuk nasi, daging dan wortel di atas daun itu lalu membungkusnya setelah meletakkan sumpitnya kembali. 

"Makanlah, Tuan." Tubuh Seolna condong ke arah Yeol, tangan kirinya mendarat di atas paha Yeol sementara yang kanan berusaha untuk menyuapi sang Putra Mahkota.

Seperti tersihir, Yeol membuka mulutnya dengan suka rela dan melahap makanan dari tangan Seolna. Dengan kurang ajarnya jemari lentik itu tidak langsung pergi. Tiga jari Seolna sedikit masuk ke dalam mulut Yeol, bahkan jari telunjuknya sempat menyentuh lidah basah si alpha. Seakan belum cukup, Seolna menarik jarinya dengan perlahan, ia berikan sentuhan lembut pada bibir bawah Yeol dengan jari telunjuk yang basah. Dari bagian dalam hingga bagian yang membentuk jurang, ia usap dengan perlahan.

Selama perlakuan Seolna itu, Yeol tak sedikitpun melepaskan tatapannya dari mata bulat si omega. Bahkan ketika tangan lancang itu sudah mengikuti tangan lainnya untuk bertumpu di atas paha Yeol, ia masih tidak melepaskan tatapannya. Giginya mencabik kudapan dari si pelacur, matanya berusaha mencabik pertahanan anggunnya.

"Sekarang, kau sudah bisa mengatakannya?"

Seolna terkekeh dengan pertanyaan tak sabaran sang Tuan. "Tentu." Ia kembali mengulas senyum, tubuhnya sudah bersandar sepenuhnya pada bahu kekar milik Yeol. Tangannya menjalar meraih paha dalam Yeol kemudian meremasnya.

"Tuan Seo menginginkan saya untuk membuat laporan tentang kebiasaan Tuan di ranjang, apa yang Tuan sukai dan apa yang tidak."

Yeol menatap Seolna dengan tajam, berusaha mencari kebohongan dari mata yang terlihat murni.

Tidak mendapatkan reaksi lain dari Yeol, Seolna bertindak lebih berani. Tangannya bergerak lebih dalam, mengusap gundukan keperkasaan sang Tuan.

"Jadi saya harus menulis laporan seperti apa, Tuan?" Tanyanya dengan wajah yang sangat dekat dengan Yeol. 


***

--To Be Continued--

***


Awalnya aku mau post ini awal februari, tapi karena satu dan lain hal baru bisa direalisasikan sekarang. 

Gimana feel-nya dapet gak? Atau ada yang kurang?

Silakan vote, comment, dan share jika kalian menyukai cerita ini.


[NOMIN] GisaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang