41

2.8K 170 3
                                    

Waktu cepat sekali berlalu. Kehidupan Aya pun juga berlalu, berjalan sebagaimana mestinya. Masih dengan kehaluannya dengan artis Korea. Masih menjadi asisten dosen. Dan tentunya masih menjadi tunangan boongan Pak Anta. Tak ada yang berubah sebenarnya, bahkan keakraban dengan si Dion Dion itu pun juga baik-baik saja.

UPM telah berakhir, membuat Aya bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya. BEBAS. Tak ada gangguan tugas kuliah, tak ada pekerjaan tambahan.

Hari bebas untuk Aya akhirnya tiba juga. Saatnya rutinitas tertunda kembali dijalankan. Rebahan sepanjang hari, mengurung diri di kamar sambil nonton drakor marathon. Sungguh kebahagiaan yang hakikih.

Seperti sekarang, Aya masih betah di kamarnya. Sejak bangun tidur, belum juga beranjak. Cuci muka belum, apalagi gosok gigi. Bahkan sarapannya pun ia nikmati di kamar. Beruntung ada Bunda yang selalu memanjakannya. Lebih beruntungnya lagi, karena Kak Arya-nya belum pernah balik sehingga tidak ada yang mengomelinya 24 jam. Ah, damainya hidup.

Sayang seribu sayang, kedamainkan itu hanya berlangsung beberapa jam saja sebelum dering telepon memecah gendang telinganya. Membuyarkan kefokusannya nonton drakor yang sedang romantic-romantisnya.

Sempat Aya mendiamkannya, tapi tetap saja mengganggu. Sehingga mau tak mau diangkat juga.

Sederet nama yang tertera di layar ponselnya, membuat Aya tahu siapa biang dibalik ketidaknyamanan ini.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidiak ingin diganggu, mohon jangan dihubungi dalam waktu selama-lamanya."

"AYA!! Saya tahu itu kamu."

Aya memutar bola matanya malas. "Ya deh ya deh. Langsung aja, Pak."

"Ke rumah saya sekarang!"

"Ya enggak bisa lah, Pak." Secepat kilat Aya menjawab pernyataan Anta yang sebernarnya bukan pertanyaan.

"Saya suruh, bukan nanya."

"Pokoknya gak bisa, Pak. Aya lagi marathon nih."

"Marathon apa? Kamu lari marathon?"

Aya menghela napas, si dosennya itu ternyata kurpa juga. "Drakor, Pak. Drakor. Aya lagi nonton drakor marathon. Maksudnya kita tuh nonton tanpa jeda gitu loh sampai benar-benar ending." Aya memperjelas.

"Oh ya udah, nontonnya di rumah saya saja."

"Aya, eng-"

"Ini perintah!"

Oke-oke, Aya ngalah sekarang. Langsung ia matikan. Meski malas, tapi dia paksakan untuk bergerak meninggalkan kasur kesayangannya. Drakor yang separuh ditonton dihentikan begitu saja. Kini, kamar mandi menjadi tempat yang ingin ia kunjungi.

***

Kaki Aya terasa berat melangkah saat ia sampai di halaman depan rumah Anta. Seluruh persendiannya seakan terkunci, tak mau bergerak. Bahkan, ia malah berniat untuk balik dan kembali ke rumah. Sayangnya, suara teguran membuatnya gagal melakukannya.

"Kamu kenapa balik? Pintu rumah saya di belakang kamu, bukan di depan pagar," tegur Anta yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu. Seakan tahu jika Aya sudah sampai, padahal Aya belum mengucap salam.

Aya berbalik dan tersenyum cengir. Menutupi rasa bersalahnya. "Eh, Pak Setan!"

"Masuk!" perintah Anta berlalu masuk.

Aya pun mau tak mau mengikutinya.

"Duduk!" perintah Anta kedua kalinya saat sampai di ruangan yang biasa mereka tempati bersama.

Tanpa disuruh dua kali pun, Aya melakukan perintah Anta.

"Kamu nonton drama apa tadi?"

"Hmmm, Peri Pelindung dari Kerajaan Kasat Mata," jawab Aya.

"Episode?"

"Lima belas," cicit Aya.

Anta pun segera menyalakan TV-nya yang tersambung dengan salah satu aplikasi hiburan di ponselnya. Mencari judul drama yang disebut Aya beserta episode-nya.

"Berarti tinggal satu episode lagi ya baru tamat," ucap Anta saat menemukan drama yang dicari.

"Tapi ada ekstranya, Pak," Aya tak mau kalah.

Anta tak menanggapi, malah sibuk memencat remot TV. Hingga tak lama kemudian, drama mulai tayang.

Keduanya pun langsung fokus menikmati alur drama tersebut, ditemani beberapa camilan serta minuman yang sesaat lalu dibawa oleh asisten rumah tangga Anta.

Aya yang sudah terbiasa nonton sambil ngemil, segera memangku setoples keripik untuk dikunyahnya. Anta yang tak sengaja melihat Aya, diam-diam menggeleng kepala dan tersenyum samar. Dasar!

Hampir dua jam mereka menikmati drama, yang akhirnya tamat. Langsung Anta mematikan TV-nya.

"Pak, ektra part-nya belum," protes Aya.

"Nanti! Sekarang saya ingin ngomong serius sama kamu," Anta menatap mata Aya tajam.

"Baiklah," jawab Aya balas menghindari tatapan Anta.

"Bapak mau ngomong apa sih?" Aya membuka suara setelah memberi ruang untuk Anta ngomong tapi tak bersuara.

Anta langsung berdeham.

"Aya, bagaimana kalau kita menikah?"

***

Dosen Pak Setan! || SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang